SURABAYA | duta.co – Pro-kontra reuni 212 sudah kelewat kasar. Jika sebelumnya hanya sebatas apa perlunya? Lalu, ada komen reuni itu lazimnya anak sekolah, kemudian masuk kepada hukum agama, bukankah model reuni 212 tidak pernah dilakukan Kanjeng Nabi saw, dan itu bid’ah, kini bukan komen lagi, tetapi sudah aksi, muka foto para tokoh 212 disilang dengan warna hitam.

Tak mau kalah, kelompok pro reuni 212 membandingkan dengan Konser Musik Yanni yang berlangsung meriah di Jeddah. “Kemana suara mereka? Serak? Hilang keselek Riyal, Dollar atau Rupiah? Atau hilang keselek biji kedondong, salak, durian atau nangka?,” begitu komentar Azzam Mujahid Izzulhaq sebagai diunggah eramuslim, dilihat duta.co Sabtu (02/12/2017).

Azzam menyebut Konser Musik Yanni yang berlangsung meriah di Jeddah, Provinsi Makkah Al Mukarramah (Makkah itu provinsi yang memiliki 16 kota, salah satunya Jeddah) tadi malam (Kamis, 30/11/2017).

Tidak ada satu pun yang berteriak lantang dan keras seperti biasanya. Sebagaimana ‘mereka’ berteriak lantang dan keras kepada saudaranya (atau sudah dianggap bukan saudara?).

Yanni tidak melantunkan syair-syair yang mengagungkan Allah dan Rasulullah Muhammad saw, karena Yanni sendiri adalah orang yang bahkan tidak menganut agama. Dia penganut New Age Movement.

Konser ini tidak diawali dengan pembacaan ayat Alquran. Konser ini tidak ada ceramah atau taushiyah. Konser ini tidak membangkitkan semangat beribadah dan ghirah Islamiyah. Konser ini justru mempertontonkan perempuan mengumbar aurat di atas pentasnya. Konser ini terjadi ikhtilat massal. Kok diam? Tidak seperti biasanya? Kok tidak ada poster Yanni dicoret? Kok tidak ada tahdzir? Tidak ada pengharaman? Tidak ada apa pun juga?

Tidak seperti ke Reuni Alumni 212? Yang langsung sejak beberapa waktu lalu mereka lantang melakukan pem-bid’ah-an dan pengharaman. Poster para ulama yang berupaya mempersatukan umat Islam dicoret mukanya. Posternya diberi tanda silang. Acaranya dibid’ahkan. Padahal, acaranya adalah silaturrahim, ceramah, taushiyah, berdzikir mengingat Allah SWT dan bershalawat kepada Rasulullah saw. Syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Allah dan Rasul-Nya. Lantunannya pun mengeratkan ukhuwah, membangkitkan ghirah beribadah dan untuk lebih mencintai Islam dan juga negara tercinta, Indonesia.

Kemana suara mereka? Serak? Hilang keselek Riyal, Dollar atau Rupiah? Atau hilang keselek biji kedondong, salak, durian atau nangka? “Bagi kita ini adalah hikmah luar biasa. Allah tunjukkan ‘keberpihakan sebenarnya’ dari mereka. Allah tunjukkan siapa mereka yang sebenarnya,” katanya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry