Ketua MUI Jatim, KH Abdusshomad Buchori. (FT/santrinews)

SURABAYA | duta.co – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim mengaku sependapat dengan hasil Bahtsul Masail Kubro kiai-kiai NU se Jawa dan Madura terkait orasi politik Ketum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri pada HUT ke-44 PDIP di Jakarta Convention Center (JCC) dihukumi haram, sebab pernyataan itu bisa mengakibatkan keresahan masyarakat dan adanya indikasi ke pemahaman pelecehan agama.

“Kalau dari segi agama, pernyataan Megawati itu memang keliru. Karena itu saya sepaham atau sependapat dengan hasil Bahtsul Masail Kubro kiai-kiai NU di Ponpes Ploso Kediri beberapa hari lalu,” ujar Ketua MUI Jatim, KH Abdusshomad Buchori saat dikonfirmasi Jumat (3/3/2017) kemarin.

Bahkan kata wakil ketua MUI Pusat ini, pernyataan Megawati harusnya bisa dipermasalahkan ke ranah hukum karena bisa menyinggung orang Islam. Apalagi di negara hukum seperti Indonesia, sah-sah saja jika ada orang mempermasalahkan, karena itu bagian dari hak warga negara yang dijamin oleh Undang-Undang.

“Sebenarnya sudah ada pihak-pihak yang yang mau melaporkan pidato politik Megawati, tapi mereka masih toleran dan kuatir bisa menambah suasana politik bertambah panas sejak mencuatnya kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok,” terang kiai Abdusshomad.

Ia berharap tokoh-tokoh pemimpin bangsa tak usah lagi bicara ideologi terbuka dan tertutup. Apalagi sampai mengutak-utik atau memeras Pancasila yang sudah menjadi ideologi bangsa Indonesia. Pasalnya, sila-sila dalam Pancasila itu memiliki korelasi antara sila yang satu dengan sila yang lain.

Misalnya, Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa itu mendasari sila-sila yang lain. Sehingga orang yang beragama itu bagian dari Pancasilais. “Jangan malah sebaliknya, orang beragama disamakan dengan ideologi tertutup. Justru saya menduga orang yang membuat pernyataan seperti itu memiliki muatan tertutup,” ungkap Kiai Abdusshomad.

Ia juga menyayangkan partai politik di negeri ini sudah tidak ada lagi yang memiliki ideologi permanen, termasuk parpol-parpol yang dulunya mengusung ideologi agama, karena yang ada sekarang adalah ideologi kepentingan.

“Kami berharap Parpol Islam bisa mendukung dan memperjuangkan hak-hak umat Islam dan agama Islam,” tambahnya.

Di tengah situasi politik yang masih memanas seperti sekarang, MUI tentu berharap para pemimpin bangsa bisa menjaga ucapan atau pernyataan yang memiliki nilai edukatif dan bukan membikin pernyataan yang minta respons supaya masyarakat tak tersinggung. “Harusnya para pemimpin bangsa itu ngerti situasi dan bisa menjaga diri,” pinta kiai kharismatik asal Surabaya.

Problem yang dihadapi masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini cukup berat karena ketimpangan sosial makin njomplang sehingga pemerintah harus berusaha keras menyetop. Sebab kalau ini dibiarkan bisa muncul sesuatu di belakang hari yang sulit dibendung, seperti gerakan masyarakat yang menuntut hak tanah (lahan) karena 60% lahan di negara ini dikuasai oleh 1%. Begitu juga di bidang ekonomi,  85 % berbanding 1%.

“Keterbukaan, berakhlakul karimah itu ciri bangsa Indonesia. Dan bukan ceramah keras pasti anti NKRI. Justru yang menjual aset negara, koruptor itulah yang merusak negara ini,” ungkapnya.

Senada, wakil ketua PW Muhammadiyah Jatim, Najib Hamid juga berharap para pemimpin bangsa maupun pemimpin parpol wajib bisa menjaga dan menata kata-kata karena dari kata-kata seorang pemimpin bisa menimbulkan kegaduhan bangsa.

“Kalau yang dimaksud pernyataan Megawati  menyinggung keimanan atau keyakinan umat Islam terhadap Iman kepada hari akhir, itu soal prinsip,” dalihnya.

Terpisah, Wakil rais syuriah PWNU Jatim, KH Anwar Iskandar menegaskan bahwa dalam menyikapi kasus tersebut yang perlu dilihat terlebih dulu adalah niatan dari orang yang membuat pernyataan itu memang sengaja menghina atau tidak. Selain itu dia mengerti atau tidak bahwa percaya dengan hari akhir atau kiamat itu adalah wahyu atau bukan ramalan.

“Kalau yang ngomong itu mengerti dan sengaja maka bisa dihukumi murtad. Tapi kalau tidak tahu, ya diingatkan dan mau bertaubat, ya sudah selesai tinggal urusan dia dengan Allah,” ungkap KH Anwar Iskandar.

Ditegaskan Kiai Anwar, orang yang ngomong itu juga tahu atau tidak dengan akibat dari perkataannya. Sebab jika orang sudah tak percaya bahwa percaya hari akhir itu adalah wahyu, tentu tak bisa dihukumi dengan hukum Islam.

“Orang yang menghina agama itu dosa besar jika dia mengerti agama. Tapi kalau tak ngerti ya tak dosa. Itu kaidah yang ada dalam matan Is’adurrafiq,” terangnya.

Ia mencontohkan seseorang yang bersumpah dengan nama Allah kalau terpaksa atau main-main ya tak jadi sumpahnya. “Makanya orang yang tak tahu agama jangan bilang soal agama atau menistakan ulama. Apalagi seorang pemimpin, sebab omongannya itu akan diikuti atau dicontoh orang lain sehingga bisa merusak karakter bangsa,” pinta kiai asal Ploso Kediri.

Ditambahkan, hasil Bahtsul Masail itu baru di tingkatan Pondok Pesantren Ploso Kediri. Biasanya hasil itu akan dilaporkan ke PWNU Jatim, baru kemudian dibahas di Bahtsul Masail PWNU. “Kalau belum tuntas, ya akan dibawa ke bahtsul masail Muktamar,” pungkas Kiai Anwar Iskandar.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Bahtsul Masail Kubro se-Jawa dan Madura di Ponpes Al-Falah Ploso Mojo, Kabupaten Kediri salah satunya membahas persoalan pidato Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri yang dianggap memicu pro-kontra dan menimbulkan keresahan masyarakat.

Dalam transkrip pidato politik HUT ke-44 PDIP  di Jakarta Convention Center (JCC) dibahas lima orang mushohih ditambah lima orang sebagai perumus dengan dua moderator. Di antara fokus bahasan adalah menyangkut pernyataan bahwa Ideologi tertutup, telah mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

“Ideologi tertutup tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan diterima oleh seluruh masyarakat. Mereka memaksakan kehendaknya sendiri, tidak ada dialog, apalagi demokrasi. Apa yang mereka lakukan hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan totaliter, dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula. Bagi mereka, teror dan propaganda adalah jalan kunci tercapainya kekuasaan,” kata Mega dalam pidatonya.

Menurut Mega, syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak, dengan memaksakan kehendaknya. Karena itu demokrasi dan keberagaman dalam ideologi tertutup tidak ditolerir sebab kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan.

“Tidak hanya itu, mereka benar-benar anti kebhinekaan. Itulah yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini. Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa ‘self fulfilling prophecy’, para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya,” kata Mega.

Setelah melakukan perdebatan panjang, akhirnya diputuskan dengan mengutip Surat Is’adur Rafiq Juz 2 Halaman 93, bahwa pernyataan tersebut hukumnya haram. Sebab, perkataan itu mengakibatkan keresahan masyarakat dan adanya indikasi ke pemahaman pelecehan agama. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry