Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. AH. Rofi'uddin, M.Pd (kanan) dan Direktur Utama MRI, Arief Goenadibrata melihat hasil riset UM dari limbah bioetanol di kampus UM, Senin (16/7). DUTA/endang

MALANG | duta.co – Kampus menjadi pusat kajian atau riset bagi industri. Hal itu disadari betul oleh salah satu perusahaan PT Molindo Raya Industrial (MRI).

Perusahaan penghasil bioetanol ini menggandeng Universitas Negeri Malang (UM) untuk melakukan riset pengolahan limbah.

Seperti diketahui PT MRI menghasilkan 1,2 juta liter limbah dari proses bioetanol yang selama ini menggunakan bahan baku tetes tebu.

MRI tidak ingin limbah-limbah ini nantinya merusak lingkungan sehingga perlu diolah untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat terutama yang bernilai ekonomi.

Selama ini, limbah-limbah itu sudah diolah sendiri oleh MRI. Ada yang dijadikan pupuk organik hingga dalam waktu dekat akan diolah menjadi listrik 4,9 mega watt.

“Tapi kita butuh kampus untuk mengolahnya menjadi hal-hal lain yang bermanfaat. Karenanya kita gandeng Universitas Negeri Malang,” ujar Direktur Utama PT MRI, Arief Goenadibrata.

Kerjasama keduanya dilakukan dengan ditandatanganinya perjanjian Senin (16/7) di rektorat kampus UM.

Pendatanganan kerjasama Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam (FMIPA) diwakili Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd dan Direktur Utama MRI, Arief Goenadibrata.

“Seperti yang telah disepakati dalam MoU, riset dititikberatkan pada proses teknologi industri alkohol, gula, ataupun asam organik, dan teknologi pengolahan limbah, MoU ini akan berlaku selama tiga tahun,” ungkap Arief.

“Di mana tujuan  riset ini untuk membangun kerjasama saling menguntungkan dalam rangka peningkatan pemanfaatan hasil produksi dan limbah Molindo,” imbuh Arief.

Arief Goenadibrata mengatakan, sejak awal pendiri dan pengelola perusahaan sangat peduli lingkungan.

Perusahaan yang kini berusia 53 tahun dengan bisnis pengelolaan limbah yang berlokasi di Lawang Malang itu kini juga membangun komitmen perusahaan yang bersifat green manufacturing.

“Di satu sisi kami tingkatkan efisiensi material dan energi pada proses produksi. Sisi lain kami juga meminimalkan kerusakan lingkungan hingga titik nol,” jelas Arief.

Dipilihnya UM, kata Arief karena universitas yang dulunya bernama IKIP Malang ini memiliki fasilitas laboratorium yang lengkap. Jauh lebih lengkap dibandingkan kampus lain.

“Kita melihatnya seperti itu. Laboratoriumnya sangat lengkap,” tukasnya.

Rektor UM, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin menyambut gembira kerjasama ini. Diakuinya, kerjasama dengan MRI ini bukan yang pertama. Sudah sejak 2013 keduanya menjalin sinergi untuk kebutuhan riset.

“Ini hanya seremonial, sebagai penanda bahwa kami sudah bekerjasama,” tandasnya.

Dekan FMIPA Universitas Negeri Malang, Markus Diantoro mengungkapkan kerjasama selama ini adalah bagaimana mengolah limbah yang dihasilkan MRI.

Selama ini sudah menghasilkan pupuk organik dan energi panas untuk listrik.

Saat ini yang kembali dilakukan adalah bagaimana limbah yang banyak jumlahnya ini bisa digunakan untuk hal lain.

Karena diakui Markus, limbah dari produksi ini tidak bisa habis begitu saja, sehingga perlu dilakukan riset lanjutan hingga benar-benar nol limbah atau zero waste.

“Kita coba melakukan riset. Yang sedang kami kembangkan saat ini adalah membuat energi panas ini untuk disimpan yang bisa kami jadikan baterai atau bahasa kerennya super kapasitor,” jelas Markus.

Dikatakan Markus, limbah dari MRI memang tidak bisa langsung habis atau hilang begitu saja. Walau sudah diproses menjadi energi panas atau pupuk,masih tetap tersisa.

Nantinya dengan riset, sisa-sisa akhir dari limbah ini akan tetap bisa difungsikan dan dimanfaatkan.

“Kita akan kembangkan untuk pakan ternak. Intinya dari tanah menjadi tanah. Asalnya tebu yang ditanam di tanah ya kita kembalikan  ke tanah,” jelasnya.

Bagi MRI sendiri, nantinya dari hasil riset ini akan dikembangkan lebih lanjut.

Arief Goenadibrata mengakui masih belum terpikir apakah MRI akan membuat anak perusahaan untuk memproduksinya atau akan bermitra dengan pihak lain.

“Kita akan senang kalau itu yang mengembangkan masyarakat. Sehingga bisa memberdayakan masyarakat sekitar,” tukasnya. end