Fajar Annas Susanto, M.Kom – Dosen Sistem Informasi

MEKANISME tata kelola TI digunakan organisasi untuk merasionalisasi dan mengkoordinasi keputusan-keputusan atas TI sehingga seluruh proses pengambilan keputusan atas TI selaras dengan tujuan dan strategi organisasi.

Terdapat tiga pola struktur dan proses tatakelola TI, yaitu sentralistis, desentralistis dan federal.

Sebagian besar literatur tata kelola TI mengarahkan agar struktur dan proses TI yang terpusat sehingga tercapai efisiensi dan keefektifan penggunaan TI.

Saatini, UKM merupakan jenis kategori organisasi yang berperan penting dalam menghidupkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.

Bahkan di saat krisis ekonomi, UKM menjadi satu-satunya jenis kegiatan bisnis yang mampu bertahan dan menghasilkan kinerja.

Menurut Levy, Powell dan Worrall (2005), istilah UKM berlaku untuk perusahaan yang mempekerjakan kurang dari 500 orang.

Mengingat ukuran dan jangkauan pasar, UKM pada umumnya memiliki pangsa pasar kecil dan cenderung beroperasi dalam pasar persaingan sempurna karena UKM tidak mampu mempengaruhi harga pasar melalui tindakan strategis (Storey dan Sykes, 1996).

Di sisi lain, ukurannya yang lebih kecil memungkinkan UKM bergerak lebih fleksibel dan inovatif falam menghadapi pelanggan dan permintaan pasar (Hay & Kamshad, 1994).

Dari sisi sumber daya keuangan dan TI, UKM cenderung mengalami hambatan dibandingkan perusahaan besar shingga banyak UKM memberikan pekerjaan IT-nya kepada pihak ketiga atau konsultan eksternal (Keasey & Watson, 1993).

Mengapa hal itu dilakukan? Pertama karena UKM tesebut memiliki keahlian dan pengalaman TI terbatas, kecuali untuk UKM yang memiliki bisnis inti di bidang IT.

Kedua, karyawan UKM cenderung memiliki keahlian dan ketrampilan generalis, bukan spesialis, terutama keahlian TI.

Dan yang ketiga, dengan sumber daya yang ada dan sifat pekerjaan berbasis TI yang langka, sulit UKM untuk merekrut dan mempertahankan profesional TI yang memiliki kapabilitas.

Dari sisi manajerial, para pemilik dan pendiri UKM menghadapi keterbatasan perspektif karena kurangnya kemampuan TI oleh seluruh karyawan perusahaan.

Sebagian besar UKM membangun grup kecil internal TI yang cenderung melihat keluar perusahaan untuk mengidentifikasi, memperoleh, mengembangkan, memasang dan mendukung bisnis berbasis TI (Thong, 2001).

Orientasi keputusan grup internal TI cenderung berfokus pada masalah jangka pendek dan efisiensi operasional. Namun proses kerja dan keputusan yang terkait dengan grup internal TI ini cenderung kurang matang, tidak pasti dan tidak konsisten.

Akibatnya, pengenalan solusi bisnis berbasis TI sering dilakukan secara terfragmentasi tanpa tinjauan strategis yang sistematis ke masa depan (Foong, 1999).

Menurut studi, ada tiga struktur tata kelola yang umum digunakan dalam organisasi, yaitu sentralisasi, desentralisasi dan hobrid.

Struktur sentralisasi membuat keputusan TI secara top-down dan menggunakan perspektif luas perusahaan.

Struktur desentralisasi membuat keputusan TI secara botton-up dan menggunakan perspektif unit. Dan struktur hibrid membuat keputusan TI secara kolaboratif dengan representasi perspektif perusahaan dan unit.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa UKM memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan perusahaan besar, terutama terkait dengan struktur, sumberdaya dan sikap manajerial.

Keputusan struktur UKM cenderung terpusat, datar dan informal. Kendala keuangan membatasi kemampuan UKM untuk berinvestasi di bidang TI dan menarik profesional TI.

Terakhir, grup internal TI UKM yang menjadi ujung tombak bisnis UKM sering tidak memiliki kematangan proses dan fokus jangka panjang. (*)

 

 

 

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry