Kalau head to head Pilkada Jombang bakal seru. Tetapi, jika gagal kompromi bisa tiga paket. (FT/IST)

JOMBANG | duta.co – Ternyata, politik itu indah. Kalimat itu muncul dari generasi milenial dan Gen Z di Kota Jombang, Jawa Timur. Setelah membentuk MPros (Milenial Gen-Z Pro Sugiat) menyambut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) November 2024 di Jombang, MProS sekarang mencoba mengotak atik menuver politisi dalam merebut 1 juta lebih suara rakyat Jombang.

Awalnya generasi milenial memang tidak tertarik alias apatis dengan Pilkada. Kini setelah menyaksikan manuver politik yang terjadi di Kota Santri, mereka semakin sadar, bahwa, politik sejatinya indah. Ada seni untuk merebut hati rakyat demi Pemilihan Kepala Daerah (PIlkada). Mereka yakin bahwa politik bisa menjadi media perjuangan, alat untuk memperkuat civil society, masyarakat yang memiliki peradaban.

“Akhirnya asyik juga mengotak-atik manuver politik seseorang di Jombang. Di Kota Santri ini kita bisa menganalisa, mengapa duet Mundjidah-Sumrambah tidak berubah? Lalu, mengapa Mantan Pj Bupati Jombang Sugiat bisa bergerak cepat dan tepat? Mengapa Abah Warsubi pegang erat sutug (surat tugas) PKB, padahal anaknya Ketua DPC Partai Gerindra?,” tegas Ahmad Danail Miqdad, ulumni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UG), Yogyakarta kepada duta.co, Sabtu (10/8/24).

Partai Golkar, tegas Amiq, panggilan akrabnya, tak kalah menarik. Ia lebih rasional, hanya membidik kursi wakil bupati. Sementara PKS pilih ngeblok kepada PKB dengan menyerahkan mandat kepada Abah Warsubi. “Partai Demokrat yang sejak awal mendukung Bu Mundjidah, ternyata, juga tidak keburu merekom Mundjidah-Sumrambah. Ini menarik ini, apa yang ditunggu? Dan mengapa PDIP terburu-buru keluarkan rekom?” tegasnya.

Menurut Amiq, kemungkinan Pilbup Jombang ada 3 pasangan. Pertama, Mundjidah-Sumrambah. Kedua, Sugiat dan Cawabupnya dan, Ketiga Abah Warsubi dan Cawabupnya. “Kecuali kalau ada ‘kompromi politik’ baru kemungkinan head to head. Dua pasangan berhadapan. Misalnya, Mundjidah-Sumrambah Vs Sugiat-Warsubi,” urainya.

Siapa berpeluang menang? “Sama. Mereka memiliki peluang yang sama. Duet lama selain basis merah, bakal menerobos barisan Muslimat dan Fatayat. Tetapi, ini tidak mudah, karena Abah Warsubi juga memiliki jaringan yang kuat di jamaah ini. Apalagi, Pak Sugiat kabarnya dipercaya sebagai Musytasar PCNU, kalau pun tidak memanfaatnya Muslimat dan Fatayat, PCNU meniup peluit netral,” tegasnya.

Bagaimana dengan pasangan Abah Warsubi? “Kalau gagal kompromi, maka, Abah Warsubi bisa gandeng Gus Salman (PKB). Cuma gerbong ini tidak pernah menang, kalah terus dalam Pilkada Jombang. Meski modal Abah Warsubi sudah begitu besar, tetapi, sulit untuk mengamankan Muslimat dan Fatayat. Berbeda kalau dia masuk jalur kompromi menjadi wakil Sugiat. Masalahnya, apa dia mau?,” ulas Amiq.

Pasangan ketiga yang tidak kalah gesit adalah Cabup Sugiat. “Meski sekarang belum mengantongi rekomendasi, peluangnya masih terbuka lebar. Pertama, karena sosok Sugiat layak jual. Dia mantan PJ Bupati Jombang notabene mantan Kabinda (Kepala BIN Daerah) Provinmsi Sulawesi Barat. Sebagai orang intelijen, Pak Giat memiliki daya cium yang tajam,” tegasnya.

Ditanya soal siapa yang lebih cepat membangun Jombang? Amiq menjawab cepat: “Sugiat’” terangnya. Mengapa? “Karena dia paling serius dengan punya latarbelakang yang mumpuni. Taglinenya jelas,  pemimpin harus Tegas, Bersih, Responsif dan inovatif. Ini sekaligus PR berat bagi duet Mundjidah-Sumrambah yang rekam jejaknya mudah dikenali,” pungkasnya. (mky)