KEDIRI | duta.co -Meski telah memakan korban jiwa mencapai 12 nyawa, sementara mencapai 155 orang masih menjalani perawatan medis, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri sejak awal Januari.

Namun Pemerintah Kabupaten Kediri belum menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB), yang terjadi justru dipergunakan sejumlah orang menawarkan jasa fogging dan menjual obat

“Memang belum kami nyatakan KLB, karena belum sampai dua kali lipat jumlahnya. Data tertinggi di Kecamatan Blabak mencapai 51 pasien, disusul Kecamatan Papar mencapai 46 pasien dan Kecamatan Sambi mencapai 31 pasien,” jelas Kadinkes Kabupaten Kediri, dr. Adi Laksono, dikonfirmasi disela-sela sidak di Desa Tales Kecamatan Ngadiluwih.

Penjelasan menegaskan yang dkatakan Kadinkes Propinsi Jawa Timur, dr. Kohar Hari Santoso, bahwa perkembangannya akan dilihat hingga akhir Maret.

“Bila curah hujan masih tinggi, dan jumlah pasien bertambah, kami akan tetapkan KLB,” jelasnya dihadapan sejumlah wartawan, kemarin siang.

Namun yang terjadi, pemahaman masyarakat terkait cegah tangkal demam berdarah, belum sepenuhnya dipahami. Dari dua desa dilakukan sidak tim Dinkes Propinsi didampingi Dinkes Kabupaten Kediri, pola hidup sehat sangat memprihatikan. Seperti pengakuan Sudarsin, warga Desa Rembang Kepuh Kecamatan Ngadiluwih, sehari-harinya membuka usaha anyaman bambu.

“Selama ini tidak ada masalah, ya nanti saya bersihkan. Saya sejak kecil hidup di sini aman, paling cuma demam saja,” tuturnya dengan polos, saat ditanya Kadinkes Propinsi Jawa Timur.

Sementara, sejumlah orang baik datang ke rumah maupun lewat media sosial menawarkan jasa fogging dan penjualan obat abate.

“Kalo mau fogging harus dilakukan serentak, namun anggarannya mencapai Rp 60 miliar. Terus untuk pemakaian abate, setelah diberi obat kemudian jangan dipergunakan. Tapi sebenarnya langkah yang tepat, rutin 3 hari sekali dikuras bak airnya,” terang Kadinkes Kabupaten Kediri. (nng)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry