SIDOARJO | duta.co – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka diharapkan dapat menjawab tantangan Perguruan Tinggi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai perkembangan zaman, kemajuan IPTEK.
Hal ini merupakan tuntutan dunia usaha dan dunia industri, maupun dinamika masyarakat. Berbagai bentuk kegiatan belajar di luar perguruan tinggi, diantaranya melaksanakan proyek pengabdian kepada masyarakat di desa, khususnya kepada Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, seperti di Desa Gisik Cemandi Kecamatan Sedati.
Afif Zuhri Arfianto, Dosen yang juga ketua Program Penerapan Iptek Masyarakat kepada duta.co mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan Selasa (6/12/22) kemarin, harus dilaksanakan dengan bimbingan dari dosen. Kampus merdeka diharapkan dapat memberikan pengalaman kontekstual lapangan yang akan meningkatkan kompetensi mahasiswa secara utuh, siap kerja, atau menciptakan lapangan kerja baru.
Proses pembelajaran dalam Kampus Merdeka merupakan salah satu perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered learning) yang sangat esensial.
“Pembelajaran dalam Kampus Merdeka memberikan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan inovasi, kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri, tuntutan kinerja, target dan pencapaiannya. Melalui program merdeka belajar yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, maka hard dan soft skills mahasiswa akan terbentuk dengan kuat,” terang Afif kepada duta.co, Rabu, (7/12/22).
Dalam rangka Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, PPNS memberikan kontribusi nyata kepada Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Sidoarjo berupa peningkatan hasil tangkap nelayan tradisional dengan pemanfaatan produk inovasi Digital Virtual Assitant (DVA).
Mahasiswa dan Dosen membuat perangkat yang dapat membantu nelayan dalam menemukan lokasi persebaran ikan. “Ke depan memang eranya menangkap ikan, tidak mencari ikan lagi, tidak mencari ikan kemudian menangkapnya, tapi cukup menangkap ikan, jadi ini berdampak pada efisiensi bahan bakar,” pungkas Afif Zuhri Arfianto.
Penggunaan Digital Virtual Assistant (DVA) merupakan solusi untuk seluruh nelayan tradisional agar mendapatkan tangkapan ikan lebih banyak. DVA didesain untuk memberikan navigasi ke lokasi persebaran ikan tanpa menggunakan koneksi internet. Sebelum nelayan berangkat melaut, titik koordinat pada DVA disinkronisasi dengan titik koordinat dari peta persebaran ikan (PPDPI).
“Setelah sinkron, maka DVA akan menunjuk ke titik koordinat tersebut. Ketika nelayan telah sampai pada titik koordinat, indicator LED pada DVA akan berkedip dan alarm akan berbunyi” papar Maulidina Putri, mahasiswa semester VII prodi manajemen bisnis maritim PPNS.
Senada, Muhammad Alimin, Kepala Desa Gisik Cemandi menyampaikan, berbekal Digital Virtual Assistant, nelayan dapat langsung menuju titik koordinat yang berpotensi tempat berkumpulnya ikan tanpa harus berkeliling mencari fishing ground. “Sehingga penggunaan bahan bakar lebih hemat,” ujar Muhammad Alimin yang juga merupakan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Cabang Sidoarjo.
Dalam kegiatan, selain penyuluhan tentang penggunaan alat, tim Penerapan Iptek Masyarakat juga melakukan pendampingan langsung nelayan dengan mencoba alat langsung ke kapal dan berlaut. Dengan ini kelompok nelayan mudah memahami penggunaan alat inovasi PPNS tersebut. (loe)