KEJU MOZZARELLA : Cizzu, keju mozzarella jadi andalan Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, selain produksi susu. Duta/Faizal

KOTA BATU | duta.co – “Bukan lautan hanya kolam susu, Kail dan jala cukup menghidupimu.” Lirik lagu yang  dirilis grup band Koes Plus pada 1970 ini sangat tepat untuk menggambarkan Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Dalam sehari, dusun ini menghasilkan 5.000 liter susu segar.

Terletak di ketinggian 1034 mdpl, dusun kecil di kaki Gunung di wilayah Kota Batu ini menjadi salah satu produsen susu terbesar di Jawa Timur. Mereka memiliki 1.500 ekor sapi. Artinya selalu ada sapi di setiap rumah warga dusun ini. Bahkan jumlah populasi sapi di Dusun Brau lebih banyak dibanding jumlah manusianya sebanyak 680 jiwa.

Tapi menyulap Dusun Brau menjadi kolam susu tak semudah membalik telapak tangan. Butuh kesabaran dan sosialisasi secara masif kepada masyarakat yang sudah dari awal memilih pertanian sebagai mata pencarian utama.

Melimpahnya manfaat dan keuntungan memelihara sapi perah menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat. Mulai dari susu hingga kotorannya bisa menghasilkan cuan. Sehingga lebih mudah bagi pengurus desa untuk mengajak masyaraatnya menjadi produsen susu.

Setelah dilakukan sosialisasi manfaat menjadi peternak sapi perah, 2012 menjadi titik balik perubahan Dusun Brau yang awalnya menjadi kampung preman — sebutan untuk buruh tani di dusun tersebut — beranjak menjadi kampung susu.

Hasilnya pun cukup menggembirakan dalam rentang waktu 2 tahun, perubahan ekonomi warga terbilang cukup baik. Mulai 2010 hingga 2012 perekonomian masyarakat meningkat. Dari yang awalnya penghasilan tidak menentu karena menjadi preman tani, kini mereka memperoleh penghasilan rutin dari beternak sapi perah dan jadi preman susu.

“Di Brau, memang banyak warga yang ternak sapi. Makanya dapat julukan preman susu dari sebelumnya preman tani,” kata Kepala Dusun Brau Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji, Batu, Fendi Tri Hermawan di Koperasi Margo Makmur Mandiri Desa Gunungsari, Batu, Rabu, 30 September 2023.

Preman tani Brau ini, bekerja saat ada yang membutuhkan jasanya bercocok tanam. Sebaliknya, jika tidak ada yang membutuhkan tenaga tani, praktis menganggur dan tidak ada penghasilan sama sekali. Tapi sekarang sudah berubah, karena masyarakatnya memiliki penghasilan tetap dari ternak sapi perah.

Cerita yang sama diungkapkan Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri Desa Gunungsari, Batu, Munir. Animo warga untuk berubah jadi peternak sapi perah sangat tinggi. Ini tidak lepas dari hasil yang diterimnya saat memelihara sapi perah. Pertama, pendapatan dari susu. Pendapatan warga dari susu tidak sama. Tergantung dari jumlah ekor sapi yang dimilikinya.

Di Brau, ada satu warga yang punya dua ekor sapi, lima ekor hingga 10 ekor sapi. “Rata-rata produksi susu dalam sehari lebih dari 15 liter/ekor. Harga 1 liter susus Rp 7.300. Kalau dinilai dengan uang ada perputaran uang Rp 40 juta dalam satu hari di Brau,” ucap Munir yang juga peternak sapi di Brau.

Berikutnya, masyarakat juga bisa memiliki tabungan pedet atau anakan sapi, yang bisa dijual atau menambah populasi sapi yang dimilikinya.

Ketiga, lajut Munir, pemanfaatan limbah ternak yang bisa diolah menjadi biogas. Biogas ini mampu menggantikan konsumsi elpiji warga. “Masyarakat jadi bisa lebih hemat,” tegas pria yang akrab disapa Munir Khan ini.

Tidak sampai di sini saja, selain jadi biogas, limbah ternak sapi juga bisa diolah jadi pupuk dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Untuk pengetahuan teknologi pemanfaatan limbah ini, masyaraat Brau bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang dan perguruan tinggi lain.

“Di sni ada 35 titik pemanfaatan biogas. Ini jadi salah satu faktor mengurangi ketergantungan sama gas. Untuk pakan sapi, warga tidak perlu khawatir. Di dusun ini, kebutuhan rumput lebih dari cukup,” katanya.

Warga diberi keleluasaan untuk menananam pakan hijauan seperti rumput di lahan PT Perhutani. Konsekuensinya, masyarakat wajib menjaga pohon yang dilindungi milik Perhutani.

Keju Mozzarella “Cizzu”

Melimpahnya produksi susu di Dusun Brau ini membuat masyarakat sekitar membidik produk turunan susu seperti yoghurt, kripik susu, permen, custard hingga aneka keju. Nantinya produk ini akan di pasarkan di sekitar Kota Batu.

PEMBUATAN: Proses pembuatan keju mozzarella di dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Duta/Faizal

Langkah ini diambil karena meski melimpah, produksi susu di daerah ini belum mampu memenuhi permintaan ekspor. Akan tetapi belum mampu terpenuhi karena bahan baku masih terbatas. Sedangkan pengiriman ke Bali masih terkendala penghentian sebagaimana aturan pembatasan lalu lintas ternak pemerintah daerah setempat.

Asa baru terbit saat unit usaha yang digawangi anak-anak muda itu mendapatkan mesin olahan susu. Mesin ini diperoleh setelah mereka menjadi pemenang dalam kompetisi yang digelar Kemenristekdikti (BRIN) 2019. Setelah itu didirikanlah sentra unit produksi olahan susu sejak awal 2022.

Di awal berdirinya unit usaha ini cukup menggiurkan, karena mampu memproduksi keju mozzarella 4 ton per bulan. Selain dipasarkan di sejumlah kota di Jawa, keju yang diberi label “Cizzu” ini mampu menembus pasar di Bali. Untuk Cizzu kemasan 1 kilogram dibandrol Rp 100 ribu sedangkan untuk kemasan 250 gram djual Rp 28 ribu.

Baru merasakan ‘gurihnya’ produksi keju Mozzarella, wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melanda sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di daerah Brau. Dari yang awalnya bisa memproduksi 4 ton keju, saat PMK unit usaha ini sempat tidak berproduksi sama sekali.

“Saat itu (pandemi PMK) kami sampai tidak produksi sama sekali karena tidak ada bahan baku,”kenang Pimpinan Pengelola Unit Usaha Keju Mozzarella Chizzu, Dapin Narendra. Karena untuk bahan baku mereka sangat bergantung pada susu di Dusun Brau.

Tak sampai di situ, saat bahan baku mulai tersedia kualitasnya tidak sebaik sebelumnya. Kondisi pandemi PMK mempengaruhi kualitas susu. Hal ini juga berpengaruh pada kualitas keju yang dihasilkan unit usaha ini. “Keju kita sempat ditolak di beberapa tempat karena kualitasnya menurun,” terang Dapin.

Setelah seiring berjalan, jumlah pasokan susu mulai membaik. Saat ini unit usaha keju ini mampu mengolah 1.000 liter susu per hari yang bisa menghasilkan 130-140 kg keju mozzarella.

“Kami juga sudah bisa menjaga kualitas keju meskipun kualitas susunya kurang baiki,” terangnya. Ia juga berencana melakukan diversifikasi produk ke depan untuk menggenjot income.

Kenyataan Pahit

Di tengah melesatnya produksi susu di Dusun Brau, kenyataan pahit menghinggap pada tahun 2022. Saat itu pandemi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyebar serentak di Indonesia. Tak terkeduali menyerang ternak di Dusun ini. Dari awalnya mampu memproduksi 7.000liter susu perhari langsung menyusut saat PMK.

Di Brau, penyebaran PMK berlangsung sekitar 3 bulan, mulai Juni hingga 2022. Perekonomian masyarakat langsung oleng. Selama 3 bulan, tercatat ada 300 ekor sapi yang jadi korban wabah PMK dari total jumlah populasi sapi 1.500 ekor.

300 sapi tersebut, ada yang mati, dipotong paksa dan  dijual warga karena panik. “Sekarang tinggal 1.200 ekor,” kata Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri Desa Gunungsari, Batu, Munir.

Pria berusia 53 tahun itu, juga kehilangan 5 ekor sapi akibat PMK. Empat sapinya meninggal dan 1 sapi lagi dipotong paksa, karena ada gejala PMK. Di awali mulut sapi keluar lendir berlebihan, berbusa, kuku mengelupas, suhu badan tinggi dan nafsu makan berkurang. “Itu gejala sapi yang kena PMK,” tandasnya.

Produksi susu sapi warga menurun drastis. Produksi susu berkurang hingga 0-5 liter perhari. Padahal sebelum PMK, satu orang bisa setor antara 15-30 liter/ekor susu setiap pagi ke koperasi. Ada pula warga yang sore hari setor susu 15-30 liter.

Bahkan, sebelum PMK, satu indukan sapi perah yang pernah beranak dan diperah susunya dijual bisa laku Rp 30 juta. Ketika PMK, harga jual seekor sapi turun menjadi Rp 2,5 juta. Turunnya harga sapi juga terjadi pada harga pedet atau anakan sapi.

Harga jual pedet sebelum PMK bisa mencapai Rp 5-7 juta. Tergantung bobot sapi. Namun, ketika PMK satu ekor pedet dihargai Rp 2 juta. “Itu sangat memukul peternak. Sekarang dihargai normal. Tapi waktu PMK, memang kurang baik,” ungkapnya.

Berbagai upaya dilakukan warga agar PMK keluar dari Brau. Jajaran dusun dan desa setempat tak kenal lelah untuk mensosialisasikan kepada warga akan pencegahan penularan PMK.

VAKSINASI: Vaksinasi menjadi upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengusir pandemi virus PMK (penyakit Mulut dan kuku).
Duta/Faizal

“Dulu jamu tradisional kan menjadi obat bagi masyarakat di desa untuk menyembuhkan sakit apapun. Nah, waktu wabah PMK masuk Brau, warga disini juga mencoba membuat ramuan jamu dari bahan rempah-rempah untuk menyembuhkan  sapi yang sakit,” jelas Munir.

Terakhir upaya yang dilakukan adalah vaksinasi. Munir bersyukur atas langkah cepat Dinas Kesehatan dan Peternakan Kota Batu yang secara masif melakukan vaksinasi di seluruh peternakan sapi di desa-desa. Hasilnya, Dusun Brau bisa bangkit dari terjangan pandemi PMK.

Mengatasi permasalahan tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto, mengatakan jika Pemkot Batu menetapkan anggaran dukungan pada sektor peternakan. Antara lain anggaran pengendalian penyediaan bibit ternak dan hijauan pakan ternak dengan pagu sebesar Rp364.125.600.

Anggaran pengadaan bibit ternak yang sumbernya dari daerah atau kabupaten lain sebesar Rp336.000.000, anggaran pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan dan Zoonosis dengan total pagu Rp405.750.275. Serta anggaran pengawasan peredaran hewan dan produk hewan sebesar Rp61.824.400.

“Para peternak yang sapinya mati akibat PMK juga mendapat ganti rugi Rp10 juta per orang. Total ganti kerugian yang digelontorkan oleh Pemkot Batu mencapai Rp6,9 miliar,” kata Heru. Rincian bantuan sapi itu berjumlah 692 ekor dengan nominal per ekor Rp10 juta.

Kemudian juga bantuan pakan untuk sapi perah pasca PMK dengan jumlah penerima 3.700 ekor dan jumlah pakan (pellet) 32.200 kilogram. Pemkot juga telah melakukan penandaan (tagging) pada 13.969 ekor ternak pada 2022 dan penambahan tagging bagi 1.400 ekor ternak terjangkit PMK hingga 2023.

Begitu pula vaksinasi masif pada sapi sudah mencapai 27.178 dosis hingga Agustus 2023. Sementara vaksinasi pada ruminansia lain seperti kambing mencapai 47.363 dosis, vaksinasi domba 7.646 dosis, babi 276 dosis, kerbau 11 dosis, rusa 117 dosis, onta 12 dosis dan banteng 18 dosis.

Kini pengendalian itu membuahkan hasil karena penanganan antar provinsi dan daerah berjalan saling sinergis. Dinas Peternakan Kota Batu dan Dinas Peternakan Jatim menjalankan koordinasi masif.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Dr Ir Dyah Aryani, mengatakan, vaksinasi memang menjadi solusi untuk menghentikan penyebaran PMK di 38 kabupaten/kota.

“Vaksin ini merupakan satu-satunya cara untuk mengendalikan, selain melakukan pengobatan. Di Covid-19 mengenal vaksin 1, 2 dan booster, di PMK juga demikian,” katanya.

Penyebaran PMK mirip dengan Covid-19. Obatnya hanya satu, yaitu vaksin. Vaksinasi dilakukan untuk memberikan antigen pada tubuh agar dapat merangsang pembentukan imunitas atau antibodi. Dengan demikian, tubuh menjadi lebih kebal terhadap serangan virus yang masuk ke dalam tubuh.

Atas kejadian ini Gubernur Jawa Timur, Dra Hj Khofifah Indar Parawansa MSi meminta bantuan vaksin dalam jumlah besar ke Pemerintah Pusat. Sebab, di awal munculnya PMK pada Mei 2022, penyebaran PMK di Jawa Timur sulit dikendalikan.

Saat itu Kementerian Pertanian (Kementan)  menetapkan 4 kabupaten di Jawa Timur terjangkit wabah PMK. Padahal, waktu itu PMK sudah menyebar di 38 kab/kota. Panik, karena banyak sapi yang meninggal akibat PMK. Pemprov Jawa Timur tidak memiliki obat.

“Kita mendapat support luar biasa dari Ibu Gubernur. Melalui arahan Gubernur, kita bisa melalui masa-masa sulit untuk pengendalian PMK yang sudah berjalan satu tahun. Dalam satu tahun ini, progesnya cukup  bagus dari hasil vaksinasi yang kita kerjakan,” paparnya.

Berdasar data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, vaksinasi dilaksanakan mulai 25 Juni 2022 hingga 22 Agustus 2023 di 38 kab/kota. Dari alokasi 7.266.950 dosis vaksin yang dikucurkan pemerintah pusat,  baru realisasi 6.761.694 dosis. Jutaan dosis vaksin itu, digelontorkan ke seluruh 38 kabupaten/kota.

Sebaran vaksin di Jawa Timur, terdiri dari 38 Kab/Kota, kecamatan 653 dari jumlah kecamatan 664 (98%) di Jatim dan desa/kelurahan 7.462 (88%) dari 8.501 desa/kelurahan di Jatim. “Target  kita tahun 2023, sebanyak 7.266.950 dosis sudah habis semua,” tandasnya.

Masih di 2022, total vaksinasi PMK di Jawa Timur sebanyak  2.532.879 dosis. Rinciannya, vaksin 1 sebanyak 1.723.374 dosis dan vaksin 2 sebanyak 809.505 dosis. Sedangkan total vaksinasi PMK di Jawa Timur mulai 1 Januari-22 Agustus 2023 sebanyak 4.113.532 dosis, terdiri dari vaksin ke 1 (2.556.940 dosis), vaksin ke 2 (1.078.654 dosisi) dan vaksin Booster (477.938 dosisi. Rata-rata perhari sebanyak 17.579 dosis.

Dinas Peternakan Jawa Timur mencatat situasi PMK hingga 22 Agustus 2023 di 38 kab/kota di Jawa Timur terdapat 199.973 kasus. Rinciannya, sapi mati 4.414 ekor (2,21%), potong paksa 2.707 ekor (1,36%), sakit 139 ekor (0,08% dan sembuh 192.712 ekor (96,35%).

Capaian vaksinasi PMK berdasarkan total hewan rentan (sapi dan kerbau). Yaitu, sapi potong tervaksin 2.106.592 ekor (46%) dari total populasi 4,9 juta ekor, sapi perah tervaksin 201.995 ekor (71%) dari populasi 301.000 ekor, kerbau tervaksin 3.717 ekor (19%) dari populasi 18.962 ekor.

Untuk kambing, capaian vaksinasi PMK, 1.515.555 ekor (39%) dari populasi 3,7 juta ekor, domba tervaksin 419.538 ekor (29%) dari populasi 1,4 juta, babi tervaksin 32.232 ekor (62%) dari populasi 48.780 ekor.

“Rata-rata capaian vaksin di Jawa Timur 12.061 dosis. Kalau habis tinggal minta lagi. Pemerintah Pusat punya stok 10,4 juta ternak rentan di Jawa Timur,” tandasnya.

Total vaksinasi di Indonesia hingga 22 Agustus 2023 sebanyak 17.565.437 dosin, dimana Jawa Timur berkontribusi 39%. Tingginya vaksinasi di Jawa Timur, akhirnya Menteri Pertanian Dr H Syahrul Yasin Limpo SH Msi MH memberikan penghargaan Provinsi Jawa Timur sebagai Provinsi dengan kinerja vaksinasi PMK terbaik nasional di Jakarta pada 14 Agustus 2022. Zal