JAKARTA | duta.co – Mengutip berita tempo.co perihal ‘Kurikulum Cinta’. Ada pernyataan Menteri Agama Nasaruddin Umar bahwa itu untuk memperkuat toleransi dan solidaritas antaragama.

“Dari sini setuju. Kita berada di dalam negara yang majemuk, tidak boleh antaragama saling melecehkan, menghina dan menghujat, tidak boleh. Harus saling menghormati. Setuju sekali,” demikian prolog BANG EDY CHANNEL yang berdurasi 18:25 detik terbaca duta.co, Jumat (14/3/25).

Edy kemudian melanjutkan pernyataan Menag: “Dalam kehidupan sosial, Kurikulum Cinta dapat diimplementasikan melalui berbagai gerakan dan program, seperti dialog lintas iman, kegiatan sosial bersama, dan kampanye perdamaian,” demikian Nasaruddin dalam seminar internasional bertajuk Kurikulum Cinta dan Eco-Theology sebagai Basis Implementasi Gerakan Deklarasi Istiqlal di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan, Selasa, 4 Februari 2025.

Nah, Edy kemudian menyoroti gerakan dialog lintas iman. Menurutnya, ini bisa menjadi pendangkalan iman. “Lihat saja nanti, ini bisa menjadi SARA untuk mendangkalkan keimanan seseorang. Lalu ada tujuan moderasi dalam semangat keberagaman. Ini berbahaya. Dalam Islam sudah jelas, tidak boleh merendahkan agama lain,” jelasnya.

Ia lalu menyebut soal pemahaman seorang guru, yang mengatakan agamanya paling benar, sementara agama orang lain salah, oleh Menag disebut radikal. “Di sini nanti akan muncul banyak masalah, ada pendangkalan aqidah. Bayangkan kalau ada guru agama, mengajarkan bahwa agama kita paling benar, lalu disebut sebagai bibit radikalisme, karena menanamkan kebencian pada agama lain, ini sudah kelewatan. Bayangkan kalau anak kecil diberikan pemahaman yang sama soal agama, tidak ada pemahaman yang benar, ini bisa berbahaya,” tegasnya.

Nasaruddin Umar sendiri telah mengatakan bahwa Kementerian Agama tengah menyusun Kurikulum Cinta. “Jadi saya lagi menyusun Kurikulum Cinta. Apa yang dimaksud kurikulum cinta? Begini, setiap kali, misalnya guru agama Islam mengajarkan agama Islam yang paling benar, maka yang lainnya sesat. Jadi seolah-olah penanaman kebencian terhadap orang beragama lain. Jadi nanti kalau ada khutbah di situ, “matiin TV-nya, matiin radio-nya”, ya kan?”, ungkap Menag Nasaruddin.

“Dan agama katolik, protestan, dan Hindu-Buddha juga sama. “Eh ada azan, matiin tuh”. Jadi ada teologi kebencian dengan agama lain. Bayangkan kalau anak-anak kecil kita semuanya ditumbuhi pemahaman agama yang sama, penanaman kebencian satu sama lain. Bagaimana nasib Indonesia yang bhineka ini?,” tambah sosok yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini.

Menurut Menteri Agama, kurikulum ini bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai cinta kasih dan toleransi sejak dini. Ia menilai bahwa banyak potensi konflik muncul dari ajaran agama yang menanamkan kebencian terhadap kelompok lain.

“Jadi itulah yang saya maksudkan Kurikulum cinta. Bagaimana mengajarkan agama, tapi tidak mengajarkan kebencian kepada orang beragama lain. Tapi juga jangan sampai menyamakan semua agama, itu juga sama-salahnya. Tetap lah, agama mereka, agama mereka, agama kita, agama kita,” jelas Menag.

Menurut Edy Mulyadi, Menag tidak perlu sibuk mendistorsi pemahaman aqidah anak-anak kita. Agama Islam jauh hari sudah melarang menjelekkan kepada agama orang lain. Bahwa, anak harus yakin agamanya paling benar, itu harus kita jaga dengan baik. “Dalam Islam ada lakum diinukum waliyadin. Menag tidak perlu menghabiskan waktu dan dana untuk men-downgrade aqidah anak-anak kita,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry