“… keterangan Pak Mahfud MD di ILC menggambarkan dengan sangat vulgar bahwa elit PBNU ikut dalam dinamika rusaknya penegakan hukum, sementara warga NU kultural sangat berharap para elit struktur PBNU menjadi kekuatan yang mendorong penegakan hukum berjalan dengan baik…”

Oleh: Mukhlas Syarkun*
Pak Mahfud MD menghimbau agar dikotomi NU kultural vs NU struktural diakhiri dan hendaknya menjadi satu. Himbauan pak Makhfud MD harus didukung, tapi sayangnya agak susah terwujud sebab, jika merujuk keterangan Pak Mahfud MD sendiri di ILC yang bertema PHP Cawapres, justru itu yang menjadi titik pemisah antara NU kultural dan struktural. Mengapa?

Pertama, dalam keterangan Pak Mahfud MD di ILC telah menggambarkan watak yang sebenarnya dari struktur PBNU belakangan ini yang, dilihat telah mengabaikan semangat khittah, bahkan Gus Mus sampai suara keras agar tidak bicara politik praktis di kantor PBNU.  Begitu juga aspirasi dari NU kultural agar struktur NU benar benar menjaga khittah yaitu hanya bergerak dalam politik keumatan dan kenegaraan, bukan politik praktis mencari kekuasaan.

Kedua, berdasarkan keterangan Pak Mahfud MD di ILC, publik melihat dan paham telah terjadi paradoks elit struktur PBNU yang dianggap tunduk pada tokoh politik yang, dimata NU kultural justru tokoh politik tersebut dianggap bermasalah, karena telah durhaka kepada ‘orang tua’, khususnya kepada Gus Dur.

Ketiga, keterangan Pak Mahfud MD di ILC menggambarkan dengan sangat vulgar bahwa elit PBNU ikut dalam dinamika rusaknya penegakan hukum, sementara warga NU kultural sangat berharap para elit struktur PBNU menjadi kekuatan yang mendorong penegakan hukum berjalan dengan baik.

Keempat, keterangan Pak Mahfud MD di ILC  telah melekat dalam persepsi NU kultural bahwa elit struktur NU tidak bisa menjadi contoh yang baik dalam menjaga fatsoen perpolitikan nasional yang kondusif.

Namun demikian sekali lagi gagasan MMD (Pak Mahfud MD) yang berupaya menyatukan NU struktural dan kultural harus diapresiasi, dan kita doakan semoga berhasil.

NAMUN rasanya agak sulit, sebab di musim tahun politik ini ‘Elit Struktur NU bahkan Rais Am dan diikuti  mayoritas elit struktur telah bermanuver dalam  politik praktis’, maka, tentunya konflik kepentingan dan benturan aspirasi antarstruktur vs kultural semakin membesar, dan akan menjadi batu sandungan mewujudkan gagasan MMD tersebut. Makan menjadi nyata, bahwa penyatuan antara NU kultural dengan NU struktural  mudah dinarasikan, tetapi susah diwujudkan, bukan? (*)

Jakarta, 30 September 2018

Mukhlas Syarkun adalah Pengurus Pusat GP ANSOR 2001-2005, Pengurus Pusat Kajian KH Hasyim AS’ARY Pondok TEBUIRENG, Alumni pasca Sarjana  UNIVERSITAS MALAYSIA.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry