Menristekdikti Mohamad Nasir. (FT/SUUD)

SURABAYA | duta.co – Menristekdikti Mohamad Nasir mengakui ada beberapa dosen dan mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Indonesia yang terpapar
paham radikalisme. Bahkan diantaranya ada yang bergelar guru besar atau profesor mengajar di perguruan  tinggi yang ada di Solo, Semarang, Surabaya dan Bandung.

“Ada sekitar 4-5 orang dosen yang diketahui telah terpapar radikalisme. Sekarang mereka telah dibina karena memilih kembali ke NKRI dengan membuat pernyataan tertulis. Masak mau menikmati uang negara tapi merongrong negara, ini tak boleh sehingga harus kita selesaikan,” terang Mohamad Nasir saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (22/11/2018).

Untuk menangkal radikalisme masuk dunia kampus, lanjur Nasir, pihaknya juga telah mengintrukikan kepada seluruh rektor baik PTN maupu PTS melakukan profiling pada dosen dan mahasiswa. “Sejak 2017 sudah dilakukan. Hasilnya ada beberapa mahasiswa dan dosen yang terpapar. Bagi para dosen kita suruh pilih kembali ke NKRI atau keluar. Kalau pilih keluar ya sudah keluar dari PNS-nya,” tegas Nasir.

Selain profiling, Kemenristekdikti juga menerbitkan Permenristekdikti No.55 tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa. Tujuannya, kata Nasir supaya mahasiswa menjadi harmonis baik di dalam maupun di luar kampus dalam kegiatan ektranya serta mampu mewujudkan 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di Indonesia.

“Penguatan ideologi Pancasilla ini dilakukan melalui Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di kampus. Seperti PMII, HMI, GMNI, GMKI, PMKRI, ada Hindu Dharma, Buddis, hingga Kosgoro dan lain-lain. Anggotanya dari mahasiswa dan dosen, tugasnya bersama-sama melakukan pengawalan ideologi tersebut,” tegasnya. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry