JAKARTA | duta.co – Menteri Luar Negeri (Menlu) Malaysia Datuk Saifuddin Abdullah sowan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta. Kunjungan Menlu diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di lantai tiga Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (21/7).
Selain dalam rangka silaturahim kepada tokoh NU, Menlu juga belajar tentang konsep Islam Nusantara dan mengenal NU lebih dekat.
Kiai Said didampingi Wakil Ketua Umum PBNU H Mochammad Maksum Machfoedz, Ketua PBNU H Robikin Emhas, H Marsudi Syuhud, KH Abdul Manan Ghani, H Iqbal salam, dan Bendahara Umum H Ing Bina Suhendra.
Hadir pula pengurus NU yang lain, yakni Rais Syuriyah PBNU KH Akhmad Ishomuddin, Ketua PBNU H Sulton Fatoni,  Wasekjen H Andi Najmi Fuadi, Ketua Umum PP Pagar Nusa M Nabil Haroen, dan Wakil Sekretaris LTM PBNU H Muiz Ali Murtadho.
Dalam obrolannya, Kiai Said menyampaikan tentang Islam Nusantara yang sedang gencar di kampanyekan NU. Menurutnya, Islam Nusantara bukan agama, mazhab, atau aliran baru, melainkan sebagai simbol Islam yang damai.
“Istilah Islam Nusantara itu simbol Islam yang damai, Islam yang ramah,” jelas Kiai kelahiran Kempek, Cirebon, Jawa Barat itu.
Kiai Said menjelaskan tentang praktik hubungan agama Islam dan kebudayaan. Menurutnya, Islam dibangun di atas kebudayaan. Kebudayaan dapat diterima selama tidak bertentangan dengan syariat. Ia menyebut produk-produk hasil kebudayaan, seperti sarung dan peci.
Kiai Alumnus Universitas Ummul Qura Arab Saudi itu pun berharap kepada Malaysia untuk saling memperkuat gagasan Islam Nusantara agar menjadi kiblat sebagai Islam yang damai.
“Dan yang paling penting, mari kita perkuat Islam Nusantara. Islam Nusantara menjadi kiblat umat, bukan kiblat shalat,” ucapnya.
Sementara Menlu Malaysia Datuk Saifuddin Abdullah dalam awal sambutannya mengaku senang dapat bertemu dengan Kiai Said. “Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan Bapak Kiai Said Aqil,” kata Datuk Saifuddin.
Seperti Kiai Said, Datuk Saifuddin pun memperkenalkan satu per satu rombongan yang dibawanya, termasuk istrinya, Datin Norlin Shamsul Bahri.
Setelah itu, Datuk Saifuddin menanggapi Islam Nusantara yang disampaikan Kiai Said. Ia mengaku setuju dengan gagasan tersebut. “Saya setuju dengan pandangan Pak Kiai tadi tentang Islam Nusantara,” ucapnya.
Menurutnya, konsep Islam Nusantara yang digaungkan NU itu tidak berbeda dengan Manhaj Salaf yang dicetuskan Sidiq Fadli di Malaysia. “Saya pikir konsepnya hampir sama. Tidak bertentangan dengan budaya,” ucapnya.
Menurutnya, hubungan agama dan budaya setempat itu simbiosis mutualisme. Dengan cara menerima kebudayaan, Islam akan kuat. “Itulah (hubungan agama dan kebudayaan, red) kekuatan Islam itu,” katanya. (hud)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry