“Saya izin ke Imam Shalat Shubuh untuk menyampaikan informasi terkini sebagai penetralisir informasi liar di luar tentang kartu Nusuk dan lain-lain, plus penguatan manasik yang dikemas secara interaktif dialogis.”
Oleh Syarif Thayib

TUNTAS! Kedatangan Jemaah haji di Makkah, tuntas hari ini. Dari Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) saja, 108 Kloter selesai dengan baik. Kloter terakhir kebetulan hotelnya dekat dengan hotel yang saya tempati sekarang, yaitu di kawasan Misfalah, sekitar 2,4 kilometer dari Masjidil Haram.

Hotel tempat saya menginap bersama Jemaah haji Kloter 95 bernomor 1009. Seorang pengelola hotel yang bisa berbahasa Inggris menyatakan, bahwa hotel Jemaah haji Indonesia setara bintang 3. Tiap kamarnya memiliki kamar mandi dalam, AC, TV, Kulkas dengan kapasitas tempat tidur maksimal 4 bed.

Selain itu, setiap hotel Jemaah haji Indonesia memiliki Musholla besar yang bisa menampung lebih dari 500 jemaah. Jumlah tempat wudlunya lumayan banyak, dingin, karpetnya tebal, dan sound sistemnya juga lumayan kenceng. Bahkan suara Adzan pun tembus hingga ke lantai atasnya atau lantai di bawahnya persis.

Sebagai takmir masjid, naluri saya langsung bergerak untuk bisa mengoptimalkan fungsi masjid sebagai sarana dakwah yang bisa menenangkan Jemaah haji menjelang puncaknya, ibadah di ARMUZNA (Arofah, Muzdalifah, Mina).

Saya menyebut prosesi ibadah di ARMUZNA itu seperti ujian skripsi. Dimana mahasiswa yang lulus pada ujian akhir tersebut berhak menyandang gelar Sarjana. Sementara gelar untuk yang lulus ibadah ARMUZNA adalah Haji (H) atau Hajjah (Hj) di depan nama setiap Jemaah. Hehe..

Wajar kalau kemudian setiap Jemaah haji mengalami kecemasan mendalam, khawatir tidak mabrur, takut kena Dam, dan seterusnya. Maka mendesak untuk segera ada sarana atau media menenangkan mereka.

Sayangnya, waktu pertama kali saya shalat di Musholla Hotel 1009 sampai pas lima waktu (sehari-semalam), tidak ada satupun kegiatan dakwah yang menenangkan Jemaah, kecuali yang dilakukan kelompok bimbingan masing-masing Kloter yang sifatnya internal. Itupun beberapa yang saya ikuti belum efektif menyejukkan.

Problem utama yang mengganggu ketenangan Jemaah tahun ini adalah kewajiban untuk membawa Kartu Nusuk, yaitu kartu yang wajib dibawa Jemaah untuk masuk ke Masjidil Haram dan ke ARMUZNA. Bahkan tidak sedikit berseliweran khabar kalau ada Jemaah haji Indonesia ditangkap polisi setempat gara-gara tidak bawa kartu nusuk.

Maka langsung saja saya izin ke imam Shalat Shubuh kemarin (8/6) untuk menyampaikan informasi terkini sebagai penetralisir informasi liar di luar sana tentang kartu Nusuk dan lain-lain, plus penguatan Manasik yang dikemas secara interaktif dialogis.

Dalam forum itu pula saya melakukan sedikit fait a comply bahwa mulai sekarang di Musholla hotel setiap selesai dzikir shalat Shubuh dan Maghrib akan ada kegiatan “Kultum Sejuk” dari petugas Kloter yang ada di Hotel 1009.

Saya berani melakukan fait a comply acara di atas, karena saya yakin kalau lima petugas dikali 8 Kloter yang ada di setiap Hotel pasti piawai bicara di depan Jemaah. Maklum, mereka adalah para Ketua Kloter seperti saya yang semuanya dari Kementerian Agama.

Ditambah pembimbing ibadah Kloter yang mayoritas adalah tokoh masyarakat dari tiap Kabupaten/ Kota. Tenaga medis dari unsur dokter dan perawat pun pasti jago untuk bicara kesehatan di depan banyak orang.

Kalaupun terpaksa harus sering saya yang mengisi acara itu, juga tidak masalah. Toh hanya bicara beberapa menit saja. Stok materi ceramah haji dan lain-lain kebetulan lumayan banyak. Tinggal dibagi saja topik apa yang relevan.

Materi tentang layanan Jemaah haji terkait kebijkan dari Kementerian Agama yang diperoleh saat mengikuti sepuluh hari Bimbingan Teknis sebelum keberangkatan dan/ atau saat sudah tugas di tanah suci jumlahnya seabrek dan up to date.

Walhasil, hanya butuh keberanian untuk memulai. Kalau kita bisa, kemudian yang lain melanjutkan, maka akan menjadi gulungan bola saju Rahmatan Lil ‘Alamin. Kebahagiaan panjang pun pasti dirasakan, meski nafas kita berhenti nanti. Wallahu a’lam..(*)

SYARIF THAYIB adalah PPIH Kloter, pengurus Masjid Nasional Al Akbar Surabaya

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry