Prof DR HM Roem Rowi, MA

Oleh:  Prof DR HM Roem Rowi, MA

Mari senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah. Kita pupuk dan sirami serta kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Iman dan taqwa ibarat tanaman, yang memerlukan siraman, pupuk dan juga perawatan. Tanpa itu, dia akan layu dan akhirnya mengering. Dan di antara wujud keimanan itu adalah melaksanakan amanah. Tadi saya bacakan beberapa ayat, yang intinya Allah memerintahkan kepada kita semua untuk menunaikan amanah itu kepada yang berhak. Juga kita diingatkan jangan sampai kita mengkhianati amanat Allah dan RasulNya, dan juga amanat antar kita sendiri, sementara Allah memuji dan menjanjikan keberuntungan bagi siapapun orang yang menjaga dan menunaikan amanahnya.

Amanah adalah perpaduan antara dua kata, aamana-yu’minu = beriman,  dan amina ya’manu = aman. Sehingga perpaduan antara keduanya itu adalah apabila kita diberikan kepercayaan, maka ditanggung akan aman. Namun secara umum amanah dimaknai kewajiban atau sekaligus hak orang lain yang harus kita jaga. Kewajiban kita kepada Allah itu adalah amanat kita dan itu adalah hak Allah. Amanat Rasulullah adalah kewajiban kepada Rasulullah dan juga haknya Rasulullah.

Uniknya, dalam surah al Ahzab tersebut Allah menceritakan bahwa dahulu amanah itu pernah ditawarkan kepada makhluk-makhluk raksasa, langit, bumi, gunung-gunung dlsb, tetapi mereka semua menolak. Mengapa menolak? Karena mereka takut tidak bisa menjalankan amanat itu. Maka, diambillah amanah itu oleh makhluk yang jauh lebih kecil yang namanya manusia. Dan kebanyakan manusia yang mempunyai amanah itu tidak menyadari bahwa di balik amanah itu ada tanggung jawab yang tidak ringan. Sehingga, bisa diambil simpulan bahwa dalam mengambil amanah itu karena kecerobohan manusia.

Sekian banyak amanah yang berada di pundak kita, namun ada amanah yang cukup menentukan masa depan umat, bangsa dan Negara adalah putra putri kita.  Apalagi selama 24 jam selalu satu atap dengan kita. Dan hari ini terbukti bahwa anak kita tidak cukup hanya dititipkan ke lembaga pendidikan yang sudah ada. Apalagi jika lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu yang terpisah dari rububiyah Allah (sekuler). Padahal, menurut perintah Allah, bahwa membaca apapun jangan sampai terlepas dari rububiyah Allah. (QS. Al Alaq :1 ).

Artinya :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”,

Ketika membaca bencana yang terjadi berturut-turut, dan hampir di segala penjuru tanah air, mestinya kita baca dalam kontek rububiyahnya Allah. Dan menurut rububiyah Allah, seluruh bencana itu adalah respon terhadap keimanan dan ketaqwaan kita. Sebab Allah menjanjikan, kalau iman dan taqwa kita benar, maka alam itu akan bersikap ramah kepada kita. Langit dan bumi akan mendatangkan berkah kepada kita, bukan mendatangkan musibah dan bencana. Nah, kalau yang terjadi sebaliknya, maka itulah respon akibat perbuatan kita. Sehingga, kalau kejadian itu kita sikapi dengan kaca mata rububiyah, maka musibah itu justeru akan mendatangkan rahmat, ampunan dan tambahnya pahala.

Di antara amanat yang sangat menentukan bangsa dan negara itu adalah putra putri kita. Bagaimana cara menunaikan  amanah  anak itu? Allah SWT memberi petunjuk dalam surah at Tahrim [66] : 6),

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Yang harus kita lakukan adalah menghindari api neraka, artinya mengajak dan mengarahkan mereka untuk menuju ke surga. Itu semua tidak akan terwujud kalau iman dan taqwanya tidak disirami dan dirawat dengan baik. Kita kenalkan rububiyah Allah, yang selalu menyertai kehidupan kita.

Ada dua ayat dalam Al-Qur’an yang hampir sama bunyinya, di mana kalau dimaknai apa adanya, maka Al-Qur’an akan menjadi sia-sia. Yakni surah al An’aam [6] 151,

Artinya :

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”.

Ayat ini menjelaskan bahwa kemiskinan sudah terjadi, kemudian berikutnya pembunuhan. Dan itu dilarang,karena rizi berada di Tangan Allah. Kemudian surah yang lain yang hampir sama adalah surah al Isra’ [17] : 31

Artinya :

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

Ayat ini menunjukkan bahwa kemiskinan belum terjadi, tetapi khawatir akan menjadi miskin. Karena Allah lah yang memberi rizqi mereka dan kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

Apa ada orang tua yang membunuh anaknya sendiri? Selama orang tua itu dalam fitrahnya, maka dia mempunyai rasa kasih sayangnya kepada putra putrinya. Sehinga tidak mungkin orang tua yang membunuh (fisik) anaknya. Kalau ada, itu berarti orang tua yang tidak normal, mungkin orang tua yang gila. Dengan demikian ayat ini akan sia-sia, buat apa Allah melarang toh tidak akan ada orang yang membunuh anaknya sendiri, itu kalau dimaknai seperti itu (membunuh fisik). Oleh karena itu, maka ayat itu maknanya tidak hanya membunuh fisik, tetapi  maknanya yang utama adalah “jangan kamu membunuh (iman) anakmu”.  Karena kalau yang dibunuh fisiknya, pasti orang tua akan dosa besar, dan anak yang dibunuh akan mati syahid. Artinya orang tua masuk neraka, sedang anaknya masuk surga. Tetapi, kalau yang dibunuh imannya, maka orang tuanya masuk neraka, karena amanah Allah tidak dilaksanakan, anak juga menjadi penghuni neraka, dan akan melahirkan generasi-generasi neraka.

Mungkin nyaris tidak terbayangkan di antara kita tentang pesan Allah ini. Dan di sinilah sebenarnya makna firman Allah dalam surah at Tahrim [66] : 6),  “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” itu. Karena kamu adalah makhluk surga, maka pertahankanlah itu, terutama dirimu, dan keluargamu. Dalam kata lain, bahwa pendidikan iman dalam rumah tangga adalah segala-galanya.

Orang yang membunuh iman anaknya, mungkin hari ini sudah banyak, tetapi mungkin yang labih banyak lagi yang menkerdilkan iman. Misalnya tidak memperhatikannya kita terhadap pendidikan iman. Ngaji Al-Qur’an dinomorduakan, masih lebih dipentingkan belajar matematika, bahasa Inggris dlsb. Bukanlah Islam menganggap ilmu-ilmu umum itu tidak penting, tetapi ada yang lebih penting lagi, yakni masalah keimanan. Maka, seperti narkoba merajalela, kenakalan remaja di mana-mana. Semua itu merupakan akibat dari orang tua yang tidak mampu menyelamatkan putra-putrinya, tidak mengutamakan pendidikan imannya, sehinga bisa dikatakan bahwa kenakalan remaja akibat dari kenakalan orang tua.

Untuk itu, marilah kita selamatkan diri dan keluarga kita, harus  selektif dalam memilihkan lembaga pendidikan untuk putra putri kita. Pilihlah lembaga pendidikan yang menjanjikan bertambahnya iman dan bertambahnya ilmu. Jangan hanya ilmu tanpa iman. Dan itulah yang dipesankan oleh Allah dalam surah an Nisa’ [4] : 9.

Artinya :

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

Terakhir, sungguh pasti perintah Allah dan RasulNya pastilah yang paling benar dan pasti akan menyelamatkan kita, generasi penerus kita di zaman yang penuh dengan godaan ini.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry