“Ramadan ini seyogianya menyadarkan anak-anak muslim untuk menggali keluhuran peradaban yang pernah diraih oleh Islam. Masjid pada mulanya adalah sumber tempat aliran deras ilmu itu berasal.”
Oleh Suparto Wijoyo*

TEMPAT ibadah terus merias diri dengan ramainya jamaah. Ramadan memberikan kesan tersendiri. Pengajian-pengajian dihelat penuh gempita. Ada acara kajian di waktu jelang berbuka puasa. Maghrib menjadi sangat ramai, sambil iftar bersama. Warga datang berduyun dan siapa saja yang melintas di sekitar masjid, akan mampir turut memakmurkannya. Kuliah keilmuan digelar juga saat shalat teraweh berjamaah di surau-surau. Gedung-gedung pemerintah atau kampus-kampus tidak luput dengan kegiatan tersebut. Suasananya sangat semarak. Kajian-kajian tentang beragam tema kehidupan, sungguh menjadikan hidup lebih bermakna.

Ramadan memberikan dampak yang kuat agar umat terjaga. Berbagai pengajian di masjid-masjid itu merupakan aktivitas yang terus bermuatan ilmu. Dengan ilmu maka perilaku terjaga dan masa depan dioptimalisasi sehingga membuat diri hidup lebih berkah lagi. Serumpunan ayat-ayat suci Alquran ditelaah pula. Inilah sebenar-benarnya pendidikan yang konkret di kelas warga pada umumnya. Masjid dijadikan sebagai pusat pergerakan keilmuan dan kekuatan moral. Siapapun sudah paham bahwa pengeras suara yang bersahutan sepanjang atau sepenggalan hari di saat-saat ini adalah lumrah. Kalau malam semakin membuncah. Sebuah ritual tahunan di kala Ramadan dengan banyak pengeras suara yang mengumandangkan kajian-kajian ala kampung maupun kampus. Mengesankan.

Untuk itulah, renungan atas ajaran Islam semakin ekspresif dalam rajutan Ramadan yang teranyam menanda pesona cahaya agama yang Allah SWT meridhai-Nya. Dari shalat lima waktu yang menjadi konvensi tauhid dalam Islam sudahlah lazim dilaksanakan di tempat-tempat yang menyimbulkan rumah-Nya: Masjid-masjid yang berkelindan evolutif dari Langgar-langgar, Mushollah-mushollah, maupun Surau-surau yang acap kali berjajar di kampung-kampung. Diberilah SOP persahalatan yang “dengan syarat dan ketentuana berlaku” sesuai dengan kondisi yang menyertai dari persona pribadi masing-masing orang.

Apabila shalat ini dikerjakan berjamaah, berlakulah panduan derajat yang secara kuantitatif sangat berlipat. Hitungan-hitungan amaliah dalam setiap peribadatan dalam Islam memberikan parameter yang sangat akuntabel dan memformulasi permaknaan betapa pentingnya ilmu matematika, dan atas itulah pelajaran “al-jabr – aljabar” dikembangkan oleh Islam. Perhitungan-perhitungan matematis sejujurnya ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam, cermatilah sejarah hadirnya matematika dan ilmu-ilmu apapun dalam zaman keemasan Islam. Para ahli memahami itu terlebih lagi soal peradaban literasi yang sastrawi yang kemudian di Barat “menyerta” untuk tidak mengatakan “reproduksi” substansial atasnya. Bacalah karya-karya klasik sekaliber Hayy bin Yaqzan dan kisah Tarzan, atau Layla Majnun dengan narasi cerita Romeo-Yuliet. Gunakanlah Ramadan ini saat untuk membuka-buka kembali literatur lawas sebagai wahana perenungan perjalanan peradaban bangsa. Akan kita ketahui betapa masih banyak yang belum tergali dan tergarap dalam lorong waktu sejarah umat.

Belum lagi di ilmu-ilmu sosial dan kedokteran maupun arsitektur, pun pada ilmu hukum yang mau mengaji dengan mendalam bagaimana KUHP yang populer itu dirunut pada “takwil historisnya” dari jejak Napoleon Bonaparte dalam hubungannya dengan “produk hukum pidana di era Kekhalifahan Islam”. RKUHAP yang sekarang ini lagi ramai diseminarkan, juga menarik dicermati bagaimana ruas-ruas penyidikan, penuntutan dan pengadilan dikanalisasi oleh negara. Jangan ada satu lembaga yang akan melakukan peyidikan, dan penuntutan sekaligus pengadilan. Sebuah era dimana Islam memberikan sumbangsih hebat pada peradaban dunia itu, terkadang sering dinafikan karena keterbatasan referensi, sebagaimana Piagam Madinah (Madena Charta) yang diakui sebagai Konstitusi

Pertama di bumi ini, sering tidak dirujuk di kampus-kampus dibandingkan dengan Magna Charta. Kaedah yuridis yang terkandung di dalam Piagam Madinah mampu berlaku tanpa  “penambahan” selama satu setengah abad lebih (622-750 M) untuk kemudian mengalami “amandemen” secara runtut dari 750, 745-1906. Piagam Madinah ini pada intinya dibuktikan berbagai ilmuwan dunia, Mmslim maupun non muslim sebagai The First Written Constitution of the World, jauh lebih tinggi tujuannya dari Magna Charta (1215).

Ramadan ini seyogianya menyadarkan anak-anak muslim untuk menggali keluhuran  peradaban yang pernah diraih oleh Islam. Masjid pada mulanya adalah sumber tempat aliran deras ilmu itu berasal. Nabi Muhammad SAW menyebarkan iman tauhid Islam secara dahsyat dari Masjid, dan kampus-kampus pertama yang amat modern lahir dari Masjid, termasuk Al-Azhar (969/970), Kairo, yang segenerasi seperti Universitas Al-Qarawiyyin di Kota Fez, Maroko, atau Universitas Sankore (989) di Timbuktu, Mali. Di tempat ibadah inilah, di Masjid inilah, shalat dan ilmu digerakkan dengan saf yang rapi. Ingatlah bahwa sejak mengawali shalat para imam selalu mengingatkan rapikan barisan sebagai “penanda kesempurnaan” shalat.

Rapinya barisan dalam shalat memberikan pelajaran betapa untuk kekuatan pertahanan  sosial maupun negara, pelajaran baris berbaris amatlah penting artinya. Islam mengajarkan itu dalam SOP pershalatan. Ini adalah literatur laku yang sangat spektakuler secara praksis. Maka rapikanlah barisan umat Islam dan pelajarilah bagaimana implikasi dari “syarat dan ketentuan” yang berlaku ini dalam shalat berjamaah agar mampu menjadi gerakan besar yang menggelombangkan kemajuan Islam. Kebersamaan dan kerapatan barisan adalah kuncinya. Dengan persatuan dan kemanunggalan roso untuk saling merapatkan diri itulah, umat Islam dapat mengukirkan produktivitasnya. Ladang ilmunya sejatinya ada di masjid-masjid, termasuk urusan kolaborasi dalam perdagangan maupun manajemen tata kelola bernegara. Barokallah.

*Prof Dr H Suparto Wijoyo, SH, MHum, CSSL adalah Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan SDA MUI Jawa Timur, Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur dan Guru Besar serta Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry