
“Jika rivalitas ini memang benar, maka bisa memperburuk polarisasi politik, menciptakan ketegangan di dalam kabinet. Namun, penting dicatat bahwa keduanya juga memiliki kepentingan menjaga stabilitas koalisi, meskipun ada “ketegangan”.”
Catatan Pinggir Yusuf Mars*
BERITA menarik yang muncul di pertengahan April 2025 adalah Presiden Jokowi yang memberikan arahan kepada peserta Sespimmen Polri pada tanggal 17 April 2025.
Selain itu, ada kabar tentang sejumlah menteri di kabinet Prabowo yang dikabarkan sowan ke Jokowi, bahkan ada yang menyebutnya masih sebagai “bos.”
Fenomena ini, ditambah dengan desas-desus tentang adanya “matahari kembar” di kabinet Prabowo. Ini memunculkan pertanyaan penting: sejauh mana rivalitas antara Jokowi dan Prabowo dapat memengaruhi stabilitas koalisi pemerintahan?
Berikut adalah beberapa analisis yang dapat diurai:
Pertama: Fenomena Peserta Sespimmen Sowan ke Jokowi. Mantan Presiden Jokowi yang memberikan arahannya kepada peserta Sespimmen Polri menunjukkan bahwa meskipun dia sudah tidak menjabat sebagai presiden, pengaruhnya masih sangat besar, terutama di institusi keamanan yang krusial dalam proses pemerintahan dan pemilu.
Jokowi memperlihatkan bahwa ia tetap bisa mempengaruhi kebijakan penting di sektor keamanan, meskipun tidak lagi berada di puncak kekuasaan. Dengan memberikan arahan ini, ia menunjukkan bahwa dia masih memiliki kontrol terhadap elemen-elemen strategis yang bisa memengaruhi stabilitas politik.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Jokowi masih memainkan peran besar dalam politik praktis, bahkan setelah masa kepresidenannya berakhir. Ini tentu memberikan sinyal kuat bahwa ia tetap menjadi figur yang sangat berpengaruh, yang dapat mempertahankan loyalitas di kalangan beberapa kalangan penting, termasuk di pemerintahan dan Polri.
Kedua: Fenomena Menteri Sowan ke Jokowi. Adanya menteri-menteri yang sowan ke Jokowi dan secara terbuka menyatakan bahwa Jokowi masih menjadi “bos” mereka mempertegas kenyataan bahwa meskipun Jokowi sudah tidak menjabat sebagai presiden, loyalitas terhadapnya masih sangat kuat di beberapa kalangan pemerintahan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Prabowo kini menjadi presiden, banyak menteri dan pejabat tinggi yang mungkin merasa lebih dekat atau memiliki kesetiaan kepada Jokowi. Sebagian besar pejabat yang menyatakan Jokowi masih menjadi “bos” mungkin merasa bahwa keputusan dan arah kebijakan yang dibuat oleh Jokowi tetap memiliki pengaruh besar terhadap langkah politik mereka.
Ini bisa menciptakan ketegangan internal dalam kabinet, di mana loyalitas terhadap Jokowi bisa membayangi kebijakan yang diambil oleh Prabowo sebagai presiden.
Ketiga: Fenomena Matahari Kembar dan Rivalitas di Kabinet. Matahari kembar merujuk pada situasi di mana ada dua tokoh yang memiliki pengaruh besar di dalam pemerintahan, yang bisa menyebabkan “persaingan” terbuka atau “ketegangan” politik.
Dalam hal ini, fenomena tersebut mencerminkan adanya dua kekuatan besar di kabinet.
Meskipun Prabowo memegang kendali resmi sebagai presiden, Jokowi masih dianggap punya pengaruh yang cukup besar di banyak hal. Rivalitas ini bisa berpotensi “menggoyang” sinergi dalam pemerintahan dan menyebabkan persaingan politik yang semakin tajam.
Fenomena matahari kembar ini (jika benar terjadi) bisa mengindikasikan adanya dualitas kekuasaan, yang menyebabkan pergeseran pengaruh politik dalam kabinet.
Keempat: “Ketegangan” dalam Koalisi Pemerintahan. Meskipun Prabowo dan Jokowi berada dalam koalisi pemerintahan yang sama, “ketegangan” ini bisa memengaruhi stabilitas internal koalisi. Rivalitas terbuka atau bahkan kompetisi tidak langsung antara keduanya dapat mempengaruhi keputusan-keputusan penting yang diambil oleh pemerintah.
Koalisi pemerintahan yang melibatkan Jokowi dan Prabowo akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga keharmonisan. Jika rivalitas ini terus berkembang, bisa memengaruhi pengambilan keputusan dalam kabinet dan membatasi fleksibilitas politik yang diperlukan untuk memajukan agenda pemerintahan.
Kesimpulan
Dampak politis dari Jokowi memberikan arahan kepada Polri, ditambah dengan fenomena menteri sowan ke Jokowi dan menyebutnya sebagai “bos”, berpotensi memunculkan dan menguatkan rivalitas antara Presiden Prabowo dan Mantan Presiden Jokowi. Adanya desas-desus “Matahari Kembar” menunjukkan dua tokoh besar dengan pengaruh politik yang setara, yang menciptakan “persaingan” kekuasaan dalam kabinet.
Jika rivalitas ini memang benar terjadi, maka bisa memperburuk polarisasi politik, menciptakan ketegangan di dalam kabinet, dan memengaruhi dinamika koalisi pemerintah. Namun, penting untuk dicatat bahwa keduanya juga memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas koalisi, meskipun ada “ketegangan”. Wallahu’alam Bishowab.
*Yusuf Mars adalah Founder @PadasukaTV, Channel Youtube Sosial Politik dan Keagamaan.