Annif Munjidah, SST., M.Kes – Dosen Prodi DIII Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

ADA KALANYA orang tua sudah menerapkan jadwal makan sesuai feeding rules, namun masih ada keluhan makan sedikit dan status gizi anak kurang. Kondisi demikian disebut small eaters.

Pada kondisi ini anak hanya makan sebagian kecil dari makanan yang disajikan, ia merasa atau mengatakan kalau masih kenyang jika ditawari makan. Atau sering tidak menghabiskan porsi makan dengan alasan kenyang.

Ciri yang lain anak small eaters yaitu: anak aktif, perkembangan normal, anak lebih tertarik pada lingkungan dibanding makanan dan tidak ada masalah kesehatan lain kecuali berat badan (BB) yang kurang.

Anak dengan small eaters beresiko mengalami gagal tumbuh karena asupan nutrisi yang yang masuk tidak dapat memenuhi kebutuhan kalori yang semestinya dibutuhkan oleh anak.

Peran orang tua dalam menghadapi small eaters ini yaitu dengan tetep memantau kenaikan berat badan (BB) anak dan memastikan kenaikan BB sesuai dengan kurva pertumbuhan seperti yang ada pada kartu menuju sehat (KMS) dan buku kesehatan ibu dan anak (KIA).

Tata laksana untuk anak small eaters ditujukan untuk meningkatkan nafsu makan dan  anak dapat menikmati proses makan makanan utama.

Untuk itu melatih anak untuk mengenali lapar dan kenyang sangat penting melalui feeding rules yakni jadwal makan yang terstruktur dan teratur.

Orang tua sebisa mungkin menghindari memberi anak makanan ringan atau susu saat mendekati jam makan utama.

Pemberian makanan ringan atau susu malah membuat anak kenyang terlebih dulu sebelum jam makan utama, yang secara hitungan jumlah kalorinya lebih rendah dibandikan jumlah kalori makanan utama.

Kebiasaan yang terakhir itu yang banyak terjadi disekitar kita, saat anak menolak makan makanan utama orang tua atau pengasuh memberikan susu formula dengan dalih “tidak makan tidak apa-apa asal mau susu”. Pola pemikiran diatas perlu dirubah, karena membuat anak semakin menolak makan.

Makanan utama dapat dikreasi ibu atau pengasuh dengan menambahkan santan atau minyak atau mentega sehingga dapat meningkatkan jumlah kalori.

Selain itu pada saat proses pemberian minimalkan distraksi atau pengalihan perhatian berupa: televisi, mainan, perangkat elektronik lainnya.

Sekali lagi proses makan pada anak adalah bentuk pembelajaran, bagaimana ia mengenali lapar, kenyang dan proses menikmati makan itu sendiri.

Sumber: Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Masalah Makan Pada Batita di Indonesia  Oleh IDAI. 2014. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry