Inappropriate Feeding Practice Primer

Annif Munjidah, SST., M.Kes – Dosen Prodi DIII Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

MASALAH makan pada balita kini di istilahkan dengan gerakan tutup mulut (GTM). Saat anak menunjukkan GTM tidak jarang orang tua mencari solusi dengan memberikan anak multivitamin atau suplemen, padahal sebenarnya yang harus dilakukan orang tua adalah mengamati sedetail mungkin GTM pada anak itu sendiri. Klasifikasi masalah makan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: inappropriate feeding practice, small eaters, dan prenteral misperception.

Inappropriate feeding practice adalah masalah makan yang disebabkan oleh perilaku  makan yang salah ataupun pemberian makan yang tidak sesuai usia anak. Inappropriate feeding practice primer disebabkan pengetahuan pengasuh atau orang tua yang kurang atau bisa juga dikarenakan praktik pemberian makan yang salah pada anak sejak pengenalan MP-ASI pertama kali.

Praktek pemberian makan tersebut meliputi aspek: (1) Tepat waktu, (2). Kuantitas dan kualitas, (3) Penyiapan dan penyajian, (4) Pemberian makan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dengan menerapkan feeding rules.

Pemberian makan tepat waktu penting dilakukan oleh orang tua, seperti yang kita ketahui kebutuhan nutrisi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan pemberian ASI Eksklusif.

Setelah usia 6 bulan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi dengan pemberian MP-ASI yang adekuat secara kualitas dan kuantitas dengan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun, terkecuali pada bayi dengan failure to thrive maka MP-ASI dapat diberikan lebih awal sesuai rekomendasi dokter. Usia 6-9 bulan merupakan masa kritis untuk mengenalkan makanan padat secara bertahap sebagai stimulasi keterampilan oralmotor.

Kegagalan pada fase ini dapat mengakibatkan masalah makan di usia balita. sehingga menjadi penting memperhatikan tahapan tekstur dan jumlah makanan anak sesuai usia. Tahapan tekstur MP-ASI diantaranya bubur halus cukup kental dengan indicator saat sendok dimiringkan bubur tidak tumpah (6-8 bulan), tim kasar, cincamg, finger food (9-11 bulan), makanan keluarga (12-23 bulan)

Komposisi MP-ASI atau makanan anak harus sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG). Beberapa zat gizi esensial (yang harus diperoleh dari makanan) misalnya asam amino dan zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan sinaps dan neurotransmitter yang mempengaruhi kecepatan berfikir.

Sehingga MP-ASI harus mengandung zat makro dan mikronutrien atau yang saat ini dikenal dengan istilah MP-ASI 4 (empat) kwadran, yakni: Karbohidrat, Protein (lebih utama hewani), lemak, Serat dan ASI. Ibu dapat membuat MP-ASI sendiri dengan komposisi 4 (empat) kwadran, atau MP-ASI fortifikasi. MP-ASI fortifikasi yaitu MP-ASI buatan pabrik yang telah sesuai aturan Codex STAN lulus BPOM.

Pemberian MP-ASI fortifikasi ini merupakan alternative kedua jika kebutuhan zat gizi dari MP-ASI home made tidak mencukupi, karena berkaitan dengan kapasitas lambung bayi yang masih kecil dan keterbatasan kemampuan oral motor bayi.

Pemberian serat (sayur dan buah) hanya berupa pengenalan, karena pemberian serat yang terlampau banyak akan memenuhi kapasitas lambung bayi sehingga zat nutrient yang lain tidak dapat terkonsumsi sesuai kebutuhan, selain itu serat dapat menghambat penyerapat mikronutrien lain (kalsium, seng, dll)

Penyiapan dan penyajian makanan juga harus diperhatikan oleh orang tua atau pengasuh, keseluruhan rasa dari makanan dapat mempengaruhi selera dan ketertarikan, saat anak menunjukkan gejala GTM orang tua harus mengevaluasi rasa dari makanan tersebut melalui penggunaaan gula, garam dan MSG.

Rekomendasi WHO melalui CODEK  aturan pemberian garam pada makanan per hari pada bayi 0-12 bulan tidak boleh melebihi < 0,4 gram natrium, sedangkan pada usia 1-3 tahun tidak melebhi 0,8 gram natrium. Sedangkan penggunaan gula dalam hal ini sukrosa atau glukosa tidak melebihi 5 gram/kkal, dan fruktosa tidak melebihi 2,5 gram / kkal. Kemudian selain dari gula garam juga penggunaan penguat rasa makanan atau MSG.

Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan MSG berdampak negative pada perkembangan otak anak, disebutkan dalam penelitian bahwa ASI  juga mengandung MSG sebesar 22 mg/100 cc, artinya saat bayi diberikan ASI Ekslusif ia sudah mengenal rasa asin dan gurih selain secara fisiologi sensor rasa pada anak sudah mulai aktif sejak usia 4 bulan dan menetap sampai usia 2 tahun, sehingga dalam menyajikan makanan pada bayi atau anak orang tua harus memperhatikan rasa secara keseluruhan.

Selain itu rasa makanan juga dipengaruhi oleh lemak / minyak, penggunaan lemak pada makanan bayi berdampak positif, selain untuk mempengaruhi rasa juga untuk pembentukan sinaps dan neurotransmitter otak anak yang mempengaruhi kecepatan berfikir.

Pada anak usia 6-9 bulan minyak dapat ditambahkan pada bubur yang telah matang, sedangkan pada anak 9-23 bulan bisa digunakan saat menumis makanan. Minyak ini tidak harus virgin coconut oil, namun ibu atau pengasuh bisa memberikan minyak goreng baru yang ada dirumah.

Jadwal makan penting diberlakukan orang tua untuk anak. Tidak sedikit orang tua atau pengasuh memberikan makan pada anak tanpa jadwal, misalnya memberikan anak minuman (susu atau air putih) atau snack menjelang jam makan utama yang mengakibatkan anak kenyang sebelum ia makan. Feeding rules atau aturan pemberian makan harus dilakukan orang tua untuk mencegah anak GTM Inappropriate feeding practice yaitu:

(a)          Jadwal. Seorang anak yang mendapatkan MP-ASI harus mempunyai jadwal makan yang teratur. Makan utama 3x perhari dan diantara makan utama dapat diberikan makanan selingan sebanyak 2x, durasi atau lama makan tidak boleh lebih dari 30 menit, karena proses pemberian makan yang lebih dari 30 menit akan menjadi tidak efektif untuk proses “pembelajaran makan anak”. Anak hanya boleh mengkonsumsi air putih hanya pada saat diantara waktu makan.

(b)          Lingkungan. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan saat anak makan, hindari distraksi dari media visual atau audiovisual saat anak makan, misalnya: TV, Handphone, atau mainan. Jangan memberikan makanan sebagai hadiah.

(c)           Prosedur. Dorong anak untuk makan sendiri, hindari unsur pemaksaan atau bujukan saat menawarkan makanan, namun berikan makanan secara netral. Bersihkan area makan atau mulut anak setelah proses makan selesai, hindari pembersihan yang sering.

Proses makan pada balita adalah proses pembelajaran dan pembiasaan dengan tujuan akhir anak dapat mengkonsumsi makanan keluarga dan makan sendiri (self feeding). Belajar mengenal rasa lapar dan kenyang menjadi sangat penting dalam proses ini.

Pengenalan makanan baru dapat dilakukan 10-15 kali pemberian sebelum pengasuh mengatakan anak “tidak suka”. Mempraktikkan feeding rules sejak pengenalan MP-ASI pertama kali akan mencegah gerakan tutup mulut (GTM)

Sumber: Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti Pada Bayi dan Balita Di Indonesia Untuk Mencegah Malnutrisi Oleh IDAI 2015.

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry