Keterangan foto upperline.id

“Ringkas kata, kepemimpinan itu adalah seni tentang bagaimana mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan sang pemimpin.”

Oleh: Nur Atika Yuniarti

SETIAP generasi memiliki tantangan berbeda. Mengelola religiusitas generasi saat ini, berbeda dengan generasi masa lalu. Saat ini arus teknologi informasi sangat cepat, pelbagai persoalan bisa muncul dalam hitungan detik. Perbedaan tersebut tidak bisa lepas dari perkembangan zaman, sebagaimana pesan Ali bin Abi Thalib menantu Nabi Muhammad SAW, yaitu didiklah anakmu sesuai dengan zamannya.

Generasi Y dan Generasi Milenial

Istilah generasi saat ini adalah generasi milenial. Kehidupan anak muda yang bisa berkomunikasi atau bahkan bergelut dengan siapa saja, menembus batas wilayah negara maupun benua. Secara istilah, generasi muda yang lahir pada tahun 1980 sampai 1990 atau pada awal tahun 2000 lazim disebut generasi Y. Selebihnya disebut generasi milenial.

Dalam interaksi sosial, hal ini praktis menjadikan jarak tersendiri, terlebih saat bernaung dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Keterampilan memainkan akselerasi teknologi saat ini berada di tangan generasi milenial, sementara generasi Y yang tidak mampu beradaptasi akan tergilas dalam arus teknologi.

Butuh pemimpin atau leader untuk mengelola sumber daya manusia (SDM). Lazim kita ketahui beberapa definisi dari kepemimpinan antara lain; Getting things done yaitu mencapai hasil melalui orang lain, menggerakkan orang lain untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan.

Ringkas kata, kepemimpinan itu adalah seni tentang bagaimana mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan yang diinginkan sang pemimpin.

Setiap pemimpin itu unik dengan gaya memimpin yang berbeda, dan sejatinya, generasi milenial banyak melakukan praktik kepemimpinan tanpa disadari. Yakni mempengaruhi atau Influence sehingg muncul istilah influencer dan follower dalam dunia bisnis digital.

Agama memiliki peran pemting dalam dalam mempengaruhi orang, sehingga kepemimpinan dengan pola religiusitas menjadi salah satu tawaran dalam perkembangan manajemen saat ini, secara spesifik penulis menawarkan pengelolaan SDM yang islami sebagaimana peneliti manajemen islami, Aikaterini Galanou (2015) mengatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan manajemen SDM untuk meningkatkan komitmen di tempat kerja yaitu adanya penerapan manajemen islami.

Nilai-nilai dalam dogma agama berfungsi menuntut leader dan bawahan untuk bertanggung jawab secara penuh sesuai kapasitas. Penanaman tanggung jawab tersebut bahkan tidak selesai dengan kematian. Adanya tuntutan dari Sang Pengadil sejati, pencipta semesta.

Kelebihan manajemen dengan landasan agama (islam) juga mengatur pola jam aktivitas yang mana peribadatan dan pembinaan rohani dapat ikut terjadwal. Dengan pembinaan rohani, setiap individu diharap tidak komersil terhadap pekerjaan yang dilakukan. (*)

Nur Atika Yuniarti adalah Mahasiswa Magister Manajemen, Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry