Yusuf Hidayat, Koordinator Nasional HISNU, Alumni PP Tebuireng, Jombang.

SURABAYA | duta.co – Merah putih tidak boleh robek. Jamiyah tak boleh jadi bahan olok-olok. “Maka, bangunan (nasionalis-religius) Indonesia harus kokoh. Tidak boleh terkoyak kepentingan kelompok, meski atas nama agama. Tetapi juga tidak boleh berjalan tanpa kendali moralitas agama. Itulah Indonesia,” demikian disampaikan Ketua Umum Himpunan Santri Nusantara (HISNU), Yusuf Hidayat kepada duta.co, Rabu (29/11/23).

Gus Yusuf, panggilan akrabnya, menyaksikan fenomena rame-rame boyong (merapat) untuk mendukung Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 14 Februari mendatang. Menurutnya, mereka yang migrasi itu, memiliki alasan kuat, mengapa kita harus memenangkan Ganjar-Mahfud.

Demi Indonesia masa depan, mereka beralih dukungan ke Ganjar-Mahfud.

Pertama, tentu, formasi Indonesia (nasionalis-religius) tidak boleh ambruk. Dan itu bisa diselamatkan oleh pasangan Ganjar-Mahfud. Bahaya kalau negeri ini kita bangun dengan jargon ‘gemoy dan santui’. Di sisi lain, sangat jelas, Indonesia bukan negara agama. Karena itu, wajar ada kekhawatiran dominasi kelompok agama,” tegas Gus Yusuf, alumni PP Tebuireng, Jombang ini.

Hari ini, tegasnya, banyak nahdliyin menyadari, bahwa, kekhawatiran jamiyyah akan menjadi bahan olok-olok, kian jelas. Mengapa? Karena ada paslon yang pendukungnya menjadi pembenci jamiyyah kita. “Mereka ini selalu mengerek isu agama. Kalau mereka menang, jamiyyah akan menjadi bulan-bulanan. Karena paradigm mereka membangunan Indonesia, salah,” ujarnya.

Kedua, lanjutnya, pembangunan Indonesia harus berkelanjutan, tidak asal berubah. Indonesia tidak bisa dibangun dengan kepongahan, tanpa menghormati kebijakan yang sudah ada. Kalau paradigm ini kita biarkan, bisa merusak tatanan. “Karena itu, Prof Mahfud di depan Muhammadiyah mengutip kaidah ushul fikih: Al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik,” tegasnya.

Ketiga, jelas Gus Yusuf, duet Ganjar-Mahfud memiliki pengalaman yang handal. Ganjar, katanya, sudah malang-melintang di berbagai jenjang. “Baca buku ‘Hitam Putih Ganjar’ yang ditulis tim independen, penerbit Kompas. Pak Ganjar banyak menggunakan simbol kearifan lokal untuk membawa perubahan masyarakat. Sampai seorang Asvi Warman Adam (sejarawan) yakin, bahwa, Ganjar bakal membawa energi besar untuk kemajuan Indonesia,” tegasnya.

Pun, tegasnya, Mahfud MD. Sampai sekarang belum ada yang menandingi keberaniannya sebagai pejabat yang berjuang keras demi tegaknya hukum di negeri ini. “Beliau satu-satunya. Cuma selama ini posisinya masih menteri, sehingga terbatas. Dengan kewenangan khusus sebagai Wakil Presiden, yakin, hukum di negeri ini akan tegak lurus,” jelas Gus Yusuf.

Migrasi Dukungan

Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menyambut baik dukungan baru dari Forum Komunikasi Lintas Pendiri Deklarator Kader (FKLPDK) kepada pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Terlebih, FKLPDK sebelumnya merupakan pendukung Prabowo-Gibran.

“Itu organisasi beliau (Sahat Saragih Ketum FKLPDK) dukung paslon lain, alhamdulillah sekarang beserta kami,” kata Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid, kepada wartawan di Kawasan Cawang, Jakarta Timur, Selasa (28/11).

Arsjad menuturkan, dengan banyaknya dukungan terhadap Ganjar-Mahfud, semakin menunjukkan bahwa pasangan capres-cawapres nomor urut 3 sangat inklusif merangkul semua kalangan dan mengedepankan asas gotong-royong. “Kami menerima dengan senang hati untuk bisa bergotong royong, sama-sama menangkan Ganjar-Mahfud dan menangkan rakyat Indonesia,” demikian Arsjad.

Sementara itu, Ketua Umum FKLPDK Sahat Saragih mengatakan, ada sejumlah alasan kenapa pihaknya mengalihkan dukungan dari Prabowo-Gibran ke Ganjar-Mahfud setelah berdiskusi antara pengurus pusat, pengurus daerah di 34 provinsi dan 412 kabupaten/kota. Salah satunya, kecewa dengan pasangan yang sangat tergantung pada penguasa. Di sisi lain, bahaya, kalau pembangunan Indonesia menggunakan jargon gemoy dan santui.

“Yang pasti FKPDLK migran ke Ganjar dari Prabowo. Saya yakin rakyat setuju dengan apa yang saya katakan,” ucap Sahat.

Lebih jauh, ia juga mengklaim bahwa Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun setuju dengan dirinya yang beralih dukungan dari Prabowo-Gibran ke Ganjar-Mahfud.

“Saya boleh katakan, SBY juga setuju. Alasan indikasinya adalah coba lihat, seluruh spanduk atau iklan dari partai saya, Partai Demokrat tidak ada gambar Gibran. Itu bukan saya yang buat, itu Partai Demokrat yang buat, tentunya Partai Demokrat yang pernah saya di dalamnya, 25 tahun yang lalu, saya juga tidak lupa kacang akan kulitnya,” pungkas Sahat.

Bahkan Emrus Sihombing, pengamat politik, menilai rekam jejak dan pengalaman sosok Mahfud Md akan menjadi faktor untuk meraih suara pemilih rasional bagi Ganjar Pranowo-Mahfud Md pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024.

“Pak Mahfud mampu mendongkrak suara kalau pemilihnya adalah pemilih rasional mengedepankan rasionalitas, pemilih yang mengedepankan gagasan. Bukan pemilih yang sudah dimanipulasi. Pemilih kita sudah cerdas,” kata Emrus Sihombing dalam keterangan tertulis yang dilansir Antara.

Menurut Emrus, pemilihan Mahfud sebagai cawapres adalah langkah untuk mengedepankan nilai-nilai luhur dalam berpolitik. Dia mengatakan tujuan berpolitik adalah menyampaikan gagasan dengan tetap menjunjung etika moral.

“Keputusan ini suatu keputusan yang tepat atas dasar integritas, profesionalitas, dan kapabilitas. Dan saya yakin bangsa ini akan jernih memilih,” ujar Emrus.

Emrus menilai, pengalaman Mahfud akan sangat terlihat saat debat capres-cawapres nanti. Menurut dia, masyarakat pasti masih ingat bagaimana Mahfud berdebat dengan anggota DPR soal dugaan korupsi di salah satu kementerian.

“Jadi sekali lagi Mahfud MD bisa dongkrak suara. Kalau dihitung survei, masih ada swing voters dan undecided voters. Mereka cenderung pemilih rasional. Mereka tidak memutuskan untuk memilih sekarang tapi mereka sudah punya pilihan,” kata dia. (mky,rmol)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry