SURABAYA | duta.co –  Sisik ikan bandeng selama ini hanya menjadi limbah dan mengotori lingkungan.

Apalagi di kawasan pesisir dan tempat pelelangan ikan. Sisik ikan ini akan menumpuk dan menimbulkan bau amis.

Padahal, sisik ikan bandeng itu ternyata memiliki manfaat.

Dari hasil uji laboratorium Universitas Airlangga (Unair) ternyata sisik ikan yang dikenal dengan banyak durinya ini mengandung kolagen yang cukup tinggi.

Sehingga sangat bagus jika dibuat produk kecantikan. Karena selama ini kolagen dianggap sebagai bahan yang sangat bagus untuk kulit.

Tiga mahasiswi STIE Perbanas Surabaya, Nur Maghfirotul Auliyah, Riska Friki Anggareni dan Yusi Ismawat memanfaatkan sisik ikan bandeng ini untuk dijadikan produk kecantikan yakni masker.

Pemanfaatan sisik ikan bandeng ini awalnya untuk mengurangi limbah yang ada di lingkungan di mana Nur Maghfirotul Auliyah tinggal yakni di Lamongan.

“Bau amis, lingkungan kotor, akibat dari limbah ini. Lalu saya berpikir, mau diapakan sisik ikan itu supaya tidak terus menggunung,” jelas Auliyah ditemui di kampusnya, Senin (1/10).

Iseng-iseng mereka mencari tahu kandungan yang ada di sisik ikan bandeng itu melalui banyak referensi.

Ternyata memang mengandung kolagen. Lalu, mereka mencoba untuk membuat proposal bisnis untuk ikut lomba Business Plan tingkat Nasional di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jember.

Proposal yang diajukan itu berjudul Milkfish Scales Mask atau Masker dari Ikan Bandeng. Ternyata, proposal itu meraih juara III ajang lomba yang digelar 21 September 2018 lalu itu.

Dari proposal yang kemudian bisa diwujudkan menjadi produk jadi berupa masker.

Masker itu dibuat dengan mengeringkan sisik ikan bandeng dengan cara dijemur di bawah terik matahari.

Sebelumnya, sisik itu direndam dengan cairan air tajin kemudian direndam dengan air panas.

Setelah kering kemudian diblender hingga halus. Bahkan untuk mendapatkan bahan yang halus, mereka harus menyaringnya.

Tidak cukup sampai di situ, mereka menambahkan empat aroma yakni kayu manis, jeruk nipis, cengkeh dan pandan. Keempat bahan aroma itu memiliki khasiat masing-masing.

“Kandungan kolagen itu tidak serta merta kami klaim hanya dengan mencari referensi di google. Kami pastikan dengan membawanya untuk uji laboratorium di Unair,” tandas Auliyah.

Dari hasil uji laboratorium terhadap satu saset masker seberat 53 gram, ternyata mengandung 25,28 persen kolagen.

“Ternyata cukup bagus, dan teruji laboratoriumnya,” tukasnya.

Karenanya, ketiga cewek ini semakin gencar untuk memproduksi dan menawarkan produknya ini.

Satu saset dengan berat 53 gram itu dijual dengan harga Rp 10 ribu.

“Kita masih menjualnya di kalangan terbatas. Belum berencana untuk dijual massal. Tapi setiap bulan bisa memproduksi sekitar 100 saset,” tukasnya.

Dalam waktu dekat ini, mereka berencana melakukan perbaikan kemasan. Selain itu, variasi aroma masker juga ditambah dengan aroma kopi dan coklat.

”Produknya-produknya kemarin sudah habis dibeli. Jadi, ini mau siap-siap untuk buat lagi,” pungkasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry