SURABAYA | duta.co – Masjid Baitur Rozaq di kompleks perumahan elit Citraland Surabaya yang dibangun untuk fasilitas umum (Fasum), segera diserahkan pihak pengembang (Ciputra) kepada Pemkot Surabaya.
Masalahnya, masjid tersebut diam-diam sudah ‘dikuasai’ atau ‘dikudeta’ Yayasan Baitur Rozaq yang dipegang jamaah Islam Salafi, yang sering mengundang Syafiq Reza Basalamah dan membidahkan amaliah nahdliyin.
“Begitu diserahkan Pemkot, maka, pengelolaan Masjid Baitur Rozaq itu menjadi domain Pemkot Surabaya, terserah pihak mana yang akan dipasrahi mengelola fasum itu, demi kepentingan umum khususnya umat Islam yang ada di sekitar wilayah tersebut,” demikian sumber duta.co yang terus mengikuti proses penyerahan Fasum tersebut, Kamis (1/11/2018).
Secara lokasi, masjid ini oleh pihak pengembang memang sengaja diletakkan dekat dengan warga perkampungan dengan harapan fasum bisa dimanfaatkan warga setempat yang beragama Islam.
‘Hilang’ Secara Diam-diam
Setelah bangunan masjid berdiri, pengelolaannya dirintis oleh tokoh-tokoh ulama setempat yang dari segi amaliyah dan i’tiqodiyah itu Islam Ahlussunnah Waljamaah Annahdliyah. Seperti Kiai Shodiq, Nyai Hj Asyiyah dan tokoh-tokoh masyarakat setempat yang rata-rata warga nahdliyin.
Namun lambat laut, pengelolaan Masjid Baitur Rozaq digeser secara halus dengan cara mendirikan Yayasan Baitur Rozaq. Setelah itu mulailah ada kegiatan-kegiatan dakwah yang mengarah pada gerakan Islam kanan seperti Salafi. Bahkan kerap kali mendatangkan tokoh-tokoh Islam kanan seperti Syafiq Reza Basalamah dan lainnya.
Ketua PCNU Kota Surabaya, Dr Muhibbin Zuhri mengaku sering mendapat pengaduan dari warga NU setempat, bahwa Masjid Baitur Rozaq sering digunakan untuk tempat meeting point atau mulai bergeraknya aksi-aksi yang memanfaatkan hari Jumat dan melaksanakan aksi demo di Kantor Konjen Amerika Serikat yang lokasinya tak jauh dari masjid tersebut.
“Aksi-aksi seperti itu khan cukup merisaukan juga,” ujar Muhibbin Zuhri saat dikonfirmasi duta.co Kamis (1/11/2018).
Bahkan warga nahdliyin yang basisnya di situ juga merasa risih karena dakwah di Masjid Baitur Rozaq yang sering memojokkan dengan perkataan bid’ah hingga mengkafirkan amaliyah warga perkampungan sekitar perumahan Citraland yang mereka diyakini selama ini.
“Ini khan dakwah yang kurang baik karena suka mendiskreditkan umat Islam lainnya,” tegas dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Di sisi lain, lanjut Cak Ibin, panggilan akrabnya, pihak pengembang Citraland juga merasa sudah waktunya menyerahkan fasum berupa bangunan Masjid tersebut kepada Pemkot Surabaya. Karena itu dalam rangka persiapan penyerahan aset fasum itu harus ada Perwalinya supaya aset yang diserahkan itu tidak dalam penguasaan pihak manapun.
Ke Depan Harus Ada Perbaikan
Karena di situ ada yayasan yang dulunya tidak memiliki hubungan hukum dengan pemilik baik melalui sewa, pinjam atau lainnya, maka, pihak Citraland membentuk satu tim yang terdiri dari tokoh masyarakat dan pejabat Pemkot Surabaya untuk mengosongkan masjid tersebut dari penguasaan pihak manapun untuk diserahkan kepada Pemkot
“Saya ditunjuk oleh musyawarah termasuk didalamnya adalah pihak manajemen Ciputra menjadi tim formatur sampai dengan selesainya persiapan penyerahan aset fasum berupa Masjid Baitur Rozaq,” jelas direktur Museum NU Surabaya ini.
Diakui Muhibbin, secara resmi, pihak Yayasan juga belum pernah menyampaikan keberatan atau apapun kepada tim formatur.
“Tapi saya berharap semua pihak bisa menerima karena ini urusannya dengan penyerahan aset fasum kepada Pemkot Surabaya. Semua pihak saya harap menerima ini sebagai bagian sekaligus juga untuk menata kembali pengelolaan masjid Baitur Rozaq menjadi lebih baik,” harapnya.
Setelah diserahkan kepada Pemkot Surabaya, kata Cak Ibin, maka pengelolaan Masjid Baitur Rozaq itu terserah Pemkot Surabaya dan para pihak yang akan dipasrahi mengelola fasum itu untuk kepentingan umum khususnya umat Islam yang ada disekitar wilayah tersebut.
“Saya harap nanti disesuaikan dengan tujuan awal didirikannya masjid tersebut, yaitu untuk melayani atau menjadi sarana tempat ibadah bagi para penghuni disitu dan warga sekitarnya, sehingga tak layak untuk kelompok tertentu yang memiliki orientasi ideologi yang suka menyalahkan atau mendiskreditkan orang lain itu tidak baik untuk perkembangan ukhuwah Islamiyah,” pungkasnya. (ud)