PASURUAN | duta.co – PT Nestlé Indonesia sudah beroperasi di Indonesia selama 53 tahun. Namun hingga kini Nestlé tidak memiliki peternakan sendiri.

Sufintri Rahayu, Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia mengatakan Nestlé Indonesia hingga kini memang tidak memiliki peternakan sendiri. Walau sudah beroperasi di Indonesia lebih dari setengah abad.

Hal itu sesuai dengan komitmen pendiri Henri Nestlé yang memberdayakan para peternak di negaranya.

Nestlé Indonesia juga menerapkan sistem kemitraan dengan para peternak sapi perah untuk bisa menyuplai bahan baku ke pabriknya, salah satunya pabrik di Kejayan, Pasuruan.

“Jadi sudah 50 tahun sistem kemitraan ini Nestlé jalankan di Indonesia untuk memproduksi produk susu. Kami terapkan kemitraan untuk bahan baku agar ada keberlanjutan,” jelas Fifin, panggilan akrabnya kepada media saat kunjungan ke Pabrik Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Selasa (11/2/2025).

Selama 50 tahun kemitraan ini dijalankan, sudah ada 14 ribu peternak  ikut dari 14 kabupaten /kota di Jawa Timur dengan total 70 ribu sapi.

Dari kemitraan ini, ada 360 ton susu sapi perah dihasilkan dan dikirim ke pabrik Nestlé di Kejayan. Dari 360 ton itu, 120 ton dihasilkan dari Pujon, Kabupaten Malang. Pujon memang menjadi sentra sapi perah mitra Nestlé Indonesia sejak 50 tahun lalu.

Mitra di Jawa Timur memang sangat besar. Karena Pabrik Kejayan adalah pabrik pengolahan susu terbesar milik Nestlé di Indonesia.

Syahrudi, Head of Sustainable Agri PT Nestlé Indonesia menambahkan kemitraan dengan peternak itu dilakukan melalui koperasi unit desa (KUD). Di mana Nestlé akan berhubungan dengan KUD itu dan nantinya KUD yang akan langsung menyentuh peternak.

“Ada 27 pemasok dari 14 ribu peternak di Jawa Timur. Biasanya pemasok itu adalah KUD,” jelas Rudi, panggilan Syahrudi.

Walau Nestlé bermitra dengan KUD, namun tidak pernah lepas tangan untuk memberdayakan peternak yang menjadi anggota KUD. Nestlé memberikan banyak edukasi bagi peternak agar bisa menghasilkan kualitas susu yang bagus dan produktivitas yang melimpah.

Seperti edukasi tentang kandang, pakan, teknologi peternakan yang memudahkan peternak serta vaksinasi agar terhindar dari penyakit.

“Kita tidak pernah lepas tangan, karena kualitas susu yang mereka hasilkan menentukan kualitas produk Nestlé,” kata Rudi.

Bisa Memberikan Kehidupan yang Layak

Gatot Laksono (64), salah satu peternak di Dusun Suruhgalih, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan adalah satu dari sekian puluh ribu peternak yang menyetorkan susu sapi perah ke Nestlé Indonesia Pabrik Kejayan.

Peternak setor susu segar ke KUD Dadi Jaya. DUTA/ist

Gatot termasuk orang yang mengawali menjadi peternak di dusun itu. Sebagai seorang guru pegawai negeri sipil (PNS) Gatot merasa khawatir karena di dusunnya itu termasuk kawasan miskin.

“Banyak yang keluar dusun untuk mencari pekerjaan. Saya akhirnya belajar dari teman bagaimana beternak. Awalnya sapi potong, lama-lama bisa ke sapi perah,” katanya.

Seekor demi seekor sapi dia kumpulkan dari hasil memerah susunya hingga akhirnya kini dia memiliki 15 ekor sapi dan 5 pedet (anak sapi)

“Ya Alhamdulillah bisa hidup layak. Bisa menyekolahkan anak-anak,” ujarnya.

Dua anaknya sudah lulus kuliah. Yang satu tenaga kesehatan dan nomer dua lulusan Fakultas Peternakan, Universitas Islam Malang (Unisma).

Anaknya yang bernama Widi Ilham Budiman (26), yang nanti akan menjadi penerusnya sebagai peternak sapi perah. “Biar ada ilmunya, bukan sekadarnya,” tuturnya.

Ilham panggilan sang anak kini yang mengurusi kandang close house miliknya. Semua urusan kandang mulai kebersihan, pakan hingga kenyamanan sapi perah dikerjakan Ilham.

“Alhamdulillah. Kalau tidak diteruskan sayang sudah banyak sapi yang perlu dirawat,” jelasnya.

Regenerasi, Galakkan Peternak Milenial

Peternak milenial seperti Ilham ini memang sedang didorong oleh Nestlé Indonesia. Ibu Ida Royani, Head of Milk Procurement & Dairy Development PT Nestlé Indonesia mengatakan peternakan yang sudah berjalan memang perlu regenerasi, butuh penerus. Sehingga akan berlangsung terus walaupun nantinya yang tua sudah tidak ada.

“Kami terus dorong agar muncul yang muda-muda. Agar keberlangsung terus berlanjut,” tukasnya.

Manager KUD Dadi Jaya, Purwodadi, Rukmani juga mengaku terus mendorong anak-anak peternak khususnya untuk bisa meneruskan usaha orang tua.

“Dan sekarang sudah mulai banyak. Ad ayang meneruskan usaha orang tua, ada yang mau memulainya,” ungkapnya. lis

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry