SIDOARJO | duta.co – Seperti warga lain di sekujur Tanah Air, warga Bluru Permai Sidoarjo Jawa Timur  sangat antusias mempersiapkan acara  17 Agustusan. Warga sampai nglembur hingga dini hari membuat panggung untuk acara renungan suci hingga pementasan drama perjuangan, ludruk dengan lakon Branjang Kawat, musik perjuangan, serta berbagai acara lomba untuk anak-anak maupun orang dewasa.

MENYIAPKAN slogan perjuangan hingga Minggu dini hari tadi.

 

 

Seperti dilakukan warga RT 5 RW 11 Bluru Permai Sidoarjo. Mereka hampir setiap hari menyiapkan semua ornamen dan hiasan lain untuk acara memperingati Proklamasi  Kemerdekaan RI ke-72 tersebut.
Gang-gang di kawasan ini disulap menjadi semarak dengan berbagai umbul-umbul bernuansa merah putih. Bahkan jalan utama tempat acara digelar diubah bernuansa tempoe doeloe dengan berbagai  spanduk berisi slogan-slogan perjuangan.
RT ini pun akhirnya dikenal sebagai Kampung Merdeka ataoe Mati. Pekik kemerdekaan diekspresikan dalam berbagai kata-kata slogan yang mengobarkan semangat juang mengusir penjajah dari bumi Pertiwi. Misalnya Perjoeangan Beloem Oesai Boeng!  Merdeka…! Merdeka…!, Sekali Merdeka Tetap Merdeka!, Merdeka Ataoe Mati!, Freedom or Death!, Berkibarlah Merah Putihku!, Rawe-rawe Rantas Malang Malang Putung!, dan lain-lain.
“Setiap tahun kita membuat acara memperingati Proklamasi Kemerdekaan RI. Kali ini RT kami benar-benar kami ubah menjadi bernuansa tempoe doeloe, seperti spanduk berisi slogan perjuangan ini. Kami pakai spanduk bekas, tidak apa-apa lusuh, sebab lebih mendekati suasana ketika para pejuang bertempur menggempur musuh. Setelah merdeka kita harus bersyukur kepada Allah SWT dan mengisinya dengan semangat membangun bangsa dan negara,” kata Pak RT, Sutikno, Minggu 12 Agustus 2017.
Aswan yang menjadi pimpro acara menambahkan, warga kompak urunan agar acara ini sukses. Ada yang menyumbang spanduk bekas, cat, sajian kue, kopi, dan rokok, serta tentu saja menyumbang dana. Semua bersemangat.
Bahkan untuk pementasan ludruk, selain latihan ludrukan, ada juga warga yang secara khusus belajar gamelan. Para penabuh gamelan itu semula sama sekali tidak bisa memainkan musik tradisional ini, tapi kini mereka mahir.
“Para pejuang dulu berhasil mengusir penjajah karena bersatu, kita sekarang bikin acara mengenang jasa para pahlawan juga harus kompak bersatu agar acara ini sukses,” katanya. (yan)