“Berdaya secara politik tanpa berdaya secara ekonomi lambat laun akan memperlambat eskalasi kejayaan pergerakan di tengah-tengah masyarakat.”
Oleh : Firman Syah Ali
SEJAK tahun 2016 hingga tahun 2021, kita saksikan PMII Jawa Timur mencapai masa keemasan di berbagai bidang, terutama bidang distribusi kader, sarpras, ekonomi dan keuangan.
Dalam bidang distribusi kader, terlepas terdistribusi secara sistematis ataupun terdistribusi tanpa ada campur tangan organisasi, kader PMII Jawa Timur mendapat amanah publik untuk memimpin berbagai Kementerian, Pemerintahan Daerah, lembaga-lembaga pemerintahan non Kementerian, DPR RI, DPD RI, DPRD dan Perguruan Tinggi.
Kader PMII yang pertama kali menjadi Kepala Daerah di Jawa Timur adalah R Djunaedi Mahendra, Bupati Madiun 2003-2008, kemudian KH Amin Said Husni, Bupati Bondowoso 2008-2018. Disusul H Ipong Muchlissoni, Bupati Ponorogo 2016-2021.
Dalam Pilkada Serentak 2018, terpilih RKH Baddrut Tamam sebagai Bupati Pamekasan, H Thoriqul Haq sebagai Bupati Lumajang, H Sutiadji sebagai Walikota Malang.
Setahun kemudian, sebagai gong, Hj Khofifah Indar Parawansa terpilih sebagai Gubernur Jawa Timur, disusul dalam Pilkada Serentak tahun 2020, HM Sanusi terpilih sebagai Bupati Malang, Hj Aminatun Habibah terpilih sebagai Wabup Gresik dan Syah Natanegara terpilih sebagai Wabup Trenggalek.
Di dunia parlemen, kader PMII juga banyak yang menjadi anggota DPR-RI, DPD-RI dan pimpinan DPRD, antara lain Ahmad Nawardi Senator DPD RI, Muhammad Hasanuddin Wahid anggota DPR RI, Anggia Ermarini anggota DPR RI, Luluk Nur Hamidah Anggota DPR RI, Aam Haerul Amri Anggota DPR RI, KH Anwar Sadad Wakil Ketua DPRD Jatim, HM Miyadi Ketua DPRD Tuban, Sudiono Fauzan Ketua DPRD Kab Pasuruan, Itqon Syauqi Ketua DPRD Jember dan banyak lagi lainnya.
Dalam jajaran Pemerintah pusat, warga PMII Jatim juga ada yang terdistribusi menjadi Menteri, antara lain Imam Nahrawi sebagai Menpora, dilanjutkan oleh Gus Abdul Halim Iskandar sebagai Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, Ida Fauziyah sebagai Menteri Ketenagakerjaan dan H Nurul Ghufron sebagai Wakil Ketua KPK RI.
Di lingkungan pendidikan, beberapa perguruan tinggi terkemuka dipimpin oleh Kader PMII, sebut saja UNEJ oleh Moh Hasan PhD, UTM oleh Dr Muh Syarif, UINSA oleh Prof KH Abdul A’la yang dilanjutkan oleh Prof Masdar Hilmy, UNISMA oleh Prof Masykuri Bakri, UIN Malang oleh Prof Abdul Harist yang dilanjutkan oleh Prof Zainuddin dan lain-lainnya.
Selain itu banyak juga kader PMII yang dipercaya sebagai pimpinan KPUD, Bawaslu, KIPD, KPID, perusahaan swasta, kantor media massa, LSM dan lain-lain.
Graha Pergerakan
Selain keberhasilan kader PMII Jatim mendapat kepercayaan publik di berbagai daerah, sepanjang periode tersebut cabang-cabang IKA PMII se-Jawa Timur membangun Graha Pergerakan atau kantor permanen organisasi secara masif.
Sedangkan Pengurus Wilayah IKA PMII Jatim sendiri membangun kantor permanen yang monumental dan megah di kawasan Waru Sidoarjo (dekat Surabaya).
Graha Pergerakan selain menjadi pusat koordinasi, konsolidasi, silaturrahim, juga menjadi pusat administrasi dan simbol kebanggan seluruh kader di daerah. Dengan demikian posisi IKA PMII sebagai interest group dan PMII sebagai pressure group dalam lingkungan infrastruktur politik Jawa Timur akan semakin kokoh.
Pemberdayaan Ekonomi
Dalam rangka pemberdayaan ekonomi warga pergerakan, PW dan PC IKA PMII se-Jawa Timur juga membentuk Badan Usaha, Koperasi dan sebagainya. Badan Usaha dan Koperasi tersebut eksis dan aktif sehingga bermanfaat riil terhadap seluruh warga pergerakan.
Arti strategis badan-badan usaha dan koperasi IKA PMII adalah untuk menguatkan eksistensi IKA PMII secara ekonomi.
Berdaya secara politik tanpa berdaya secara ekonomi lambat laun akan memperlambat eskalasi kejayaan pergerakan di tengah-tengah masyarakat.
Keberhasilan Bersama
Era keemasan PMII Jawa Timur sejak tahun 2016 hingga tahun 2021 tentu saja merupakan keberhasilan seluruh kader PMII, baik yang masih anggota maupun yang sudah alumni. Baik keberhasilan sebagai pribadi maupun keberhasilan sebagai bagian dari sistem organisasi.
Memang ada kader yang berhasil terdistribusi secara sukses di tengah-tengah masyarakat tanpa bantuan IKA PMII dan PMII secara terstruktur, sistematis dan masif, namun tetaplah disebut sebagai kesuksesan organisasi, karena distribusi kader itu merupakan bagian dari mata rantai kaderisasi sebagai berikut :
1. Produksi Kader;
2. Distribusi Kader;
3. Konsumsi Kader.
Jadi ketika ada kader PMII yang mampu mendistribusikan dirinya kepada masyarakat tanpa bantuan organisasi PMII dan IKA PMII, tetap saja itu menjadi keberhasilan organisasi, karena mereka semua merupakan produk kaderisasi organisasi seperti Mapaba, PKD dan PKL.
Mudah-mudahan pada tahun 2022, emas PMII tersebut semakin berkilau untuk progresifitas Jawa Timur dan peradaban nusantara.
*) Penulis adalah Bendahara Umum PW IKA PMII Jatim