
SURABAYA | duta.co – Hari Santri Nasional (HSN) 2025 menggugah mereka untuk berkarya. Jumat (24/10/25) sebanyak 5 murid disertai guru YPM (Yayasan Pendidikan dan Sosial Maarif) I Kecamatan Taman bertandang ke Museum NU, di Surabaya.
“Mereka bermaksud membuat short video (film pendek), dokumenter, sejarah perjuangan Islam di Sidoarjo dan sekitarnya. Mereka juga melihat langsung obyek peninggalan almaghfurlah KH Hasyim Latief. Kebetulan di Museum NU ada jaz beliau,” jelas Mohammad Asharuddin, penjaga Museum NU.
Di sisi lain, tegasnya, salah satu murid YPM I Taman tersebut, ternyata cucu beliau yang lahir di Sepanjang, Sidoarjo. “Mereka sempat melihat langsung jas (peninggalan) KH Hasyim Latief yang berada di lantai dua. Salah satu dari mereka (Ning Isma, berkerudung hitam red.) adalah cucu almaghfurlah,” tambahnya.
Sebagaimana tertulis dalam sejarah NU, tahun 1936, ketika masih berumur 8 tahun, Hasyim Latief (kecil) berikut kakaknya oleh orang tuanya dikirim ke pondok pesantren Tebuireng, Jombang, besutan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU). Semangat juangnya tak pernah padam. Di samping terkenal sebagai pasukan tempur Hizbullah, KH Hasyim Latief adalah pendiri Yayasan Pendidikan dan Sosial Maarif (YPM). (mky)





































