“Fakta lain menunjukkan bahwa, peserta didik SMAN Bandarkedungmulyo, mampu berinovasi modifikasi makanan khas daerah dengan bahan dasar yang ada di sekitar dan, selama ini tidak pernah terpikirkan menjadi olahan yang istimewa.”

Oleh: Ir Hamidah Rusdiyati*

DUNIA pendidikan merupakan bahasan yang tidak pernah ada habisnya. Saking luasnya dunia pendidikan ini tidak cukup sekedar dibicarakan, tetapi perlu dikembangkan dan diimplementasikan terhadap ilmu atau bidang-bidang lainnya.

Membahas dunia pendidikan hari ini, tentu, tidak bisa lepas dari Kurikulum 13 (KURTILAS) yang merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Bahkan kalau kita perhatikan pada K13 peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan banyak mengembangkan kemampuan psikomotor, agar nantinya mereka mempunyai bekal dasar keterampilan, meski diakui masih jauh dari sempurna.

Pada K13, ada berbagai aspek penilaian yang harus dicapai. Pada masing-masing capaian, guru dituntut mampu mengembangkan mata pelajaran yang diampunya.

Pada mata pelajaran Prakarya dan KWU (Kewirausahaan) misalnya, ada beberapa pilihan kompetensi yang diampu, antara lain Kerajian, Budidaya, Pengolahan, dan Rekayasa.

Dari keempat kompetensi itu, semua penekanan penilaiannya ada pada kognitif, psikomotor dan afektif. Khusus untuk mata pelajaran Prakarya dan KWU, penilaian psikomotor merupakan ranah penilaian yang paling dibutuhkan sebagai indikator pencapaian peserta didik dalam mengembangkan mata pelajaran tersebut.

Di SMAN Bandarkedungmulyo, Jombang, mata pelajaran Prakarya dan KWU ternyata mampu mendorong peserta didik lebih mudah memahami dan mengembangkan potensi diri, khususnya pada kompentensi Kerajinan dan Pengolahan Makanan Nabati dan Hewani.

Hal ini sangatlah beralasan karena pada dua kompetensi itu, peserta didik dengan mudahnya mengeksplor ide-ide kreatifnya yang dituangkan melalui praktik.

Bagi guru, melalui  penilaian psikomotor, ini menjadi kesempatan untuk memberikan wawasan seluas-luasnya bagaiman cara mengembangkan teori ekonomis dan menumbuhkan jiwa interpreuner peserta didik.

Pada praktik kerajinan dan pengolahan, peserta didik diajarkan tidak hanya membuat produk, akan tetapi juga diajak memahami, mulai dari awal yaitu merancang usaha, mendesain produk, pengadaan bahan, menghitung biaya produksi, sampai menentukan keuntungan dan harga jualnya.

Sedangkan untuk penyempurna menjadi wirausaha muda, peserta didik harus mampu mengemas produknya dan memasarkan. Sebelum melakukan pemasaran, peserta didik dituntut mampu merancang pengemasan sebagai sarana promosi secara tidak langsung, sebelum menjual atau memasarkan ke konsumen.

Dari hasil pengamatan di kelas dan lapangan — selama proses belajar mengajar sejak tahun 2014 sampai saat ini — ternyata pada kompetensi Kerajinan peserta didik lebih banyak peminatnya, disusul kompetensi pengolahan, kkususnya pengolahan makanan nabati dan hewani.

Pada kompetensi kerajinan, peserta didik ternyata kreatifitasnya lebih tampak dan mampu berinovasi lebih luas, walaupun dengan menggunakan bahan dasar dari limbah tekstil, serat tumbuhan dan jenis limbah lainnya. Bahkan dari hasil kerajinan itu peserta didik sudah ada yang mampu memproduksi di rumah dan dipasarkan oleh orang tuanya.

Pada kompetensi pengolahan makanan nabati dan hewani, secara mengejutkan ternyata peserta didik putra, tidak kalah antusiasnya ketika tiba waktunya untuk penilaian psikomotor. Hal ini ditunjukkan pada kreatifitas dan inovasi olahan yang mereka tampilkan dengan tema yang berbeda-beda.

Fakta lain menunjukkan bahwa, peserta didik SMAN Bandarkedungmulyo, mampu berinovasi modifikasi makanan khas daerah dengan bahan dasar yang ada di sekitar dan tidak pernah terpikirkan menjadi olahan yang istimewa.

Misalnya, rendang jantung pisang, masakan lele yang di Jombang umumnya hanya dijadikan makanan sederhana seperti penyet lele. Maka, dengan kreatifitas anak-anak, makanan itu dapat disulap menjadi aneka menu dan kudapan yang tidak kalah menariknya dengan makanan aslinya (misal; pecok lele, soto lele dan lain-lain). Bahkan ada juga otak-otak yang biasanya dibuat dari bandeng, kali ini anak-anak mampu membuat dari bahan lain yaitu otak-otak mujaer.

Dari segi pengemasan, peserta didik juga sudah mampu membuat desain pelabelan dan pengemasan yang cukup kreatif dan layak untuk pengemasan produk mereka untuk dipasarakan.

Inilah hal yang sangat membahagiakan penulis secara pribadi, ketika anak-anak atau peserta didik mampu beraktualisasi melalui praktik mata pelajarannya, apalagi di luar dugaan peserta didik di SMAN Bandarkedungmulyo sejak adanya mata pelajaran Prakarya dan KWU K13, banyak yang tidak malu-malu lagi belajar mandiri dengan berjualan aneka hasil karyanya di sekolah, baik yang berupa makanan maupun kerajinan, dari yang membuat sendiri atau pun hanya sekedar menjualkan.

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka secara tidak langsung sudah mempunyai jiwa dan belajar menjadi seorang wirausahawan atau interpreuner muda.

Melalui penilaian praktik atau psikomotor itulah secara tidak langsung kita sebagai pendidik sudah bisa menumbuhkan jiwa interprenur muda melalui mata pelajaran prakarya dan KWU untuk kopetensi kerajinan dan pengolahan.

Yang perlu ditekankan pada peserta didik adalah bahwa untuk menjadi interpreuner atau seorang wirausahawan tidaklah mutlak harus bermodal besar, terpenting dan harus dimiliki adalah kemampuan dan kemauan. Punya kemampuan saja, belumlah cukup tanpa dibarengi kemauan.

Setelah itu, kerja keras dan jujur, untuk mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal, baik jujur kepada diri sendiri apalagi untuk konsumennya. Kreatif dan Inovatif, dua hal ini penting agar produk yang dihasilkan tidak monoton tetapi bisa berkembang sesuai permintaan pasar dan zamannya.

Soal sasaran pasar, agar produk yang kita buat dapat dibuat maksimal, baik kwantitas mau pun kwalitasnya, maka kita harus tahu siapa peminat hasil karya kita, dari sisi usia, jenis kelamin dan wilayahnya.

Perihal modal atau pendanaan, walaupun bukan di urutan pertama, tetapi tetap harus disediakan sesuai kebutuhan dan kemampuan kita.

Semoga dengan artikel ini bisa menjadi penyemangat para guru mata pelajaran Prakarya dan KWU di tingkat SMA, terutama bagi penulis yang berlatarbelakang guru biologi dengan dasar pendidikan pertanian. Tidak ada yang sulit, kalau pekerjaan dilakukan dengan semangat tanpa putus asa, terlebih dengan hati penuh suka cita. Semoga! (*)

*Ir Hamidah Rusdiyati adalah guru Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, SMAN Bandarkedungmulyo, Jombang.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry