Kumpul Lagi, meski kadang sempat beda pandangan para mantan pengurus GP Ansor Jawa Timur ini kompak kembali dengan membentuk IKA Ansor. (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co – Karena sering menyaksikan langkah Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang melenceng, baik di tingkat pusat mau pun daerah, ratusan mantan pengurus GP Ansor Jawa Timur mendeklarasikan Ikatan Alumni (IKA) Ansor, Jumat (22/6/2018), di Graha Astranawa, Surabaya.

“Sebagai nahdliyin yang lama digembleng di GP Ansor, saya terenyuh menyaksikan semangat para mantan pengurus GP Ansor Jatim untuk ikut serta mencermati gerak langkah organisasi yang pernah dipimpinnya. Selama ini, kita hanya bisa ngelus dada ketika menyaksikan seringnya GP Ansor menjadi alat politik seseorang,” jelas  H Muslih HS, yang diserahi mandat sebagai Ketua IKA GP Ansor Jatim kepada duta.co, Sabtu (23/6/2018)

Hadir dalam deklarasi tersebut, Dr H Taufikurrachman Saleh, SH, KH Dr Masjkur Hasyim, Drs H Choirul Anam (Cak Aman) selaku pembina. Tampak pula H Muchit, H Baidlowi, H Ramadhon Sukardi serta sejumlah mantan pengurus GP Ansor Jawa Timur.

“Banyak hal yang harus dikoreksi dari gerak langkah GP Ansor akhir-akhir ini. Ada yang tingkatannya sudah membahayakan. Kalau dibiarkan bisa-bisa GP Ansor menjauh dari Islam ahlussunnah wal jamaah. Ini menjadi keprihatinan bersama, terutama bagi yang tua-tua seperti saya,” demikian disampaikan Dr H Taufikurrachman Saleh kepada duta.co, Jumat (22/6/2018).

Hal yang sama disampaikan Cak Anam. Menurut mantan Ketua GP Ansor Jatim ini, banyak langkah GP Ansor yang harus dikoreksi, termasuk ketika asyik masuk dalam perangkap politik praktis. “Kita saksikan betapa Ansor sudah menjadi alat politik. Ini bisa dirunut dari jejak GP Ansor di Pilgub DKI, termasuk di Jawa Timur saat ini.  Harus dihentikan, ini sangat membahayakan GP Ansor sendiri, lama-lama organisasi ini hanya berfungsi untuk melayani syahwat politik seseorang, bahaya!” tegas Cak Anam.

Cak Anam juga mengkritisi semangat GP Ansor ‘membubarkan’ pengajian dai yang dicurigai berpaham radikal atau wahabi. “Cara-cara seperti ini tidak elok. NU itu gudangnya kiai, memiliki ribuan pesantren. Kalau ada gerakan paham radikal, lalu menyerang amaliah NU, atau bahkan menyerang NKRI, tidak perlu dihadapi dengan aksi unjukrasa. Tinggal ajak mereka diskusi, undang bahtsul masail, ini sekaligus pencerahan bagi umat,” jelas Cak Anam.

KH Masjkur Hasyim, selaku Komandan Banser di saat Muktamat ke-27 NU, di Situbondo, juga memberikan catatan tersendiri kepada GP Ansor. Menurut Kiai Masjkur, Ansor sekarang mudah sekali dibelokkan untuk kepentingan politik dukung-mendukung. Ironisnya, mereka tidak paham siapa yang sedang didukung. Ia memberikan contoh Pilgub DKI dan Pilgub Jatim yang sedang berlangsung.

Tampak KH Masjkur Hasyim memimpin ikrar perjuangan pengurus IKA Ansor Jatim. (FT/IST)

“Sebagai orangtua yang pernah lama di GP Ansor, terus terang saya ngeri melihat kader-kader Ansor yang semakin pragmatis. Asal dukung, tidak melihat siapa yang didukung. Ini menunjukkan betapa rapuh idealismenya, mereka sudah tidak sambung lagi dengan semangat para pendiri organisasi. Karena itu, tugas IKA Ansor Jatim dalam jangka pendek adalah mengawal Pilgub Jatim agar tidak diciderai oleh kepentingan-kepentingan sesaat,” tegasnya.

Atas saran-saran ini, H Muslih HS selaku Ketua IKA Ansor Jatim berjanji mengerahkan seluruh kekuatan alumni GP Ansor agar proses Pilgub Jatim bersih dari kecurangan. “Sesuai perintah para kiai, bahwa, Pilgub Jatim harus memenangkan kader asli NU, maka, mengawal kemenangan pasangan Khofifah-Emil menjadi sebuah keharusan,” jelas Muslih.

Masih menurut Muslih, kemenangan Khofifah-Emil akan menjadi entry point pembenahan secara keseluruhan. Baik untuk masa depan rakyat Jawa Timur, maupun untuk NU itu sendiri. “Hari ini kita saksikan betapa banyak oknum pengurus NU, atau bahkan kader-kader NU di partai yang justru merusak tatanan khitthah NU. Ini harus dibersihkan,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry