Seruan Keras KH Ma'ruf Amin bergetar sampai Israel. Meski ketakutan, Media The Times of Israel tidak yakin seruannya efektif. (FT/DOK)

JAKARTA | duta.co – Media Israel, The Times of Israel terus berupaya mengintip gerak-gerik Indonesia. Mereka marah, ‘gibras-gibras’ melihat Aksi Bela Palestina di Monas, Jakarta, Ahad (17/12), yang dikomandani MUI. Menurut The Times of Israel adalah serius seruan ulama Indonesia untuk memboikot produk Amerika Serikat dan Isarel.

Di sisi lain, Pengamat Internasional Hasmi Bakhtiar setuju dengan Erdogan, bahwa, target serangan Trump terhadap AlQuds adalah seluruh umat Islam dunia. Erdogan menyebut sasaran berikutnya adalah Madinah, Makkah, Islamabad, Kairo dan juga Jakarta.

Sampai Senin (18/12/2017), The Times of Israel masih banyak dibaca orang. Media itu menulis, para demonstran mengenakan jubah putih dan membawa spanduk bertuliskan “Indonesia bersatu untuk Palestina.” Menurut The Times of Israel, demo ini diikuti sekitar 80 ribu massa di ibu kota negara Muslim terbesar di dunia. Media ini juga menyebut  Majelis Ulama Indonesia sebagai komandannya.

Dikatakan, kalau Trump tidak mencabut keputusannya, maka, MUI minta masyarakat Indonesia berhenti membeli produk-produk Amerika, hingga Trump mencabut keputusannya untuk memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

“Jangan mengandalkan produk mereka,” kata Anwar kepada kerumunan massa, termasuk pria, wanita dan anak-anak yang menanggapinya dengan melambaikan bendera Indonesia dan Palestina dan meneriakkan ‘boikot!’.

Media Israel ini memberi kesimpulan, bahwa, protes anti-Amerika sebelumnya tidak berhasil melobi untuk memboikot barang-barang AS. The Times of Israel juga tidak yakin seruan Kiai Ma’ruf Amin, Ketua Umum MUI yang notabenen Ketua PBNU ini berhasil dengan baik.

Masih menurut Pengamat Internasional, Hasmi Bakhtiar, bahwa, KTT OIC (Organisation of Islamic Cooperation atau OKI Organisasi Kerjasama Islam) di Istanbul kemarin menyisakan catatan menarik. “Tentang hasilnya bagi saya sangat positif dan Palestina gak seperti sendirian menghadapi Israel. Wajar, awal didirikannya OIC atau OKI memang untuk mengatasi penistaan Zionis terhadap Al Aqsha,” katanya.

Tapi, jelasnya, yang juga menarik adalah kecerdikan Erdogan dalam mengelola issue AlQuds dan tampil menjadi pemimpin baru di dunia Islam. “Sejak Trump ttd keputusan mengakui AlQuds sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaan Amerika untuk Israel ke AlQuds, Erdogan adalah presiden negara berpenduduk muslim yang paling lantang menolak,” lanjutnya.

Statement pertama yang keluar dari Erdogan adalah keputusan Trump salah dan dia akan kumpulkan negara Islam untuk melawan. Dalam diplomasi bahasa begini keluar biasanya cuma dalam kondisi-kondisi genting. Kalau dilihat lebih dalam, janjinya mengumpulkan negara-negara Islam dan melakukan perlawanan itu risikonya besar. Jika gagal ini akan berdampak pada reputasi Erdogan, apalagi dunia Islam saat ini memang sedang ‘berantakan’.

“Cerdiknya lagi terlihat dalam pidato Erdogan di Istanbul. Dia katakan, kalau target dari serangan Trump terhadap AlQuds adalah seluruh umat Islam. Dia menyebut Madinah, Makkah, Islamabad, Cairo dan juga Jakarta,” jelas Hasmi. (em,rep)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry