Beredar bantahan melalui meme Mbak Yenny di media sosial. (FT/IST)

JAKARTA | duta.co — Putri Presiden Gus Dur, Yenni Wahid menyayangkan pemberitaan yang menyeret dirinya dan beredar luas di media online bertajuk ‘PBNU Gagal Paham Soal FDS’. Menurut Mbak Yenny, panggilan akrabnya, berita itu tidak benar. “Nah, itu jelas hoax,” katanya kepada duta.co di Jakarta, Jumat (18/8/2017).

Masih menurut Mbak Yenny, pihaknya mendukung segala bentuk perjuangan atau sikap PBNU yang mengkritisi kebijakan Mendikbud soal FDS. “Jadi, saya mendukung upaya PBNU soal FDS,” jelas Direktur Wahid Institut itu.

Sebelumnya beredar berita tentang pertemuannya bersama pegiat pedidikan Najeela Shihab pada hari Selasa 15 Agustus 2017 di Kantor Kemendikbud. Kedatangan mereka hendak menemui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy. Kepentingannya untuk tabayun terhadap kebijakan pemerintah yang sedang banyak mendapat perhatian publik, yaitu Lima Hari Sekolah (LHS).

Alasannya, dalam berita itu, perhatian publik memuncak karena dipicu beredarnya video secara viral di media sosial. Isi video memperlihatkan sekelompok anak-anak masih berusia SD – SMP – dan SMA (bersarung, berbaju koko, dan berkopiah ala santri) yang berjoget-joget sambil teriak-teriak tak pantas. Mereka diatur dan dituntun sedemikian rupa oleh orang-orang yang tampak sudah dewasa. Di samping itu juga beredarnya berita yang menyatakan, bahwa PBNU siap menggelar aksi penolakan LHS dengan massa yang jauh lebih banyak ketimbang massa Aksi Bela Islam 212.

Setelah tabayun, tulis berita online tersebut, Yenny Wahid puteri Ketua Umum PBNU Gus Dur, menyatakan kepada awak media, bahwa selama ini para penolak LHS belum dan atau tidak memahami LHS secara seksama dan secara benar. Kesalahan-kesalahan mereka antara lain : Para penolak menolak full day school (FDS), padahal tak ada sama sekali pengertian itu. Yang ada adalah istilah Lima Hari sekolah (LHS).

Para penolak mengira, bahwa peserta didik akan bersekolah selama delapan jam. Padahal yang benar adalah hanya menambah satu jam 20 menit saja. Dengan penambahan jam itu, peserta didik masih punya banyak waktu untuk belajar di Madrasah Diniyah.

Para penolak beranggapan, bahwa keberadaan FDS akan mematikan madrasah diniyah. Padahal justeru sekolah-sekolah yang menerapkan LHS diwajibkan berkoordinasi dengan Madrasah-Madrasah Diniyah terdekat untuk menjalin sinergi dalam membangun karakter para peserta didik. Dan yang mendapat jatah kerja delapan jam adalah para gurunya. Hal itu dimaksudkan untuk agar Pemerintah bisa memberi tunjangan kepada guru-guru lain yang tak dapat tunjangan profesi dan sertifikasi.

Maka setelah mendapatkan informasi yang cukup lengkap dari Menteri Muhajir Effendy, tulis situs itu, Yenny Wahid kemudian hendak menyampaikannya kepada PBNU. Ia berharap, semoga ketegangan-ketegangan yang muncul belakangan ini bisa segera mereda. Karena menurutnya, “Konsep LHS ini sangat sesuai dengan cita-cita Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional”. Alhamdulillah, Yenny Wahid sudah menerapkan pesan suci Al-Qur’an surat Al-Hujurat 6 dan 9, yang esensinya tabayun untuk mendamaikan.

Nah, atas berita tersebut, Mbak Yenny, kepada duta.co menegaskan bahwa berita itu jelas hoax alias tidak benar. (hud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry