Ichwan Sitorus, praktisi PR Independent. (duta.co/dok)

SURABAYA| duta.co -Awalnya jadi jurnalis selama sembilan tahun sejak tahun 2000 di koran dan radio lokal di Bali, Ichwan Sitorus justru kini tertantang dan ketagihan menjadi Public Relation (PR). Mengaku mendapat  banyak pengalaman dan jaringan luas media di Indonesia menjadi modal utama Ichwan Sitorus makin mantap berkiprah di dunia PR.

Sejak 2009 menekuni dunia ke-humasan serta marketing offline, Ichwan Sitorus lebih banyak menangani perusahaan berbasis internet, khususnya jual beli online. Di awali dengan suksesnya membangun image situs jual beli Tokobagus.com di Bali yg didirikan dua orang asal Belanda Arnold Sebastian Egg, dan Remco Lupker Tokobagus menjadi situs jual beli paling popular dan dicari saat itu.

“ Kepercayaan penuh  yang diberikan dua orang bos saya kepada kami tim tokobagus, khususnya pada saya sebagai humas atau Public relation saat itu menjadi modal terbesar saya untuk melakukan hal-hal menarik dan lebih berbeda dibanding kebiasaan PR atau humas lainnya. Apalagi jaringan persahabatan saya dengan teman-teman Wartawan selama ini menjadi power of strategy yang membuat tenar brands kami saat itu,” ujar Ichwan mencoba flashback ke sekitar tahun 2009 hingga 2013.

Lepas dari Tokobagus, Ichwan pun menjalani karirnya sebagai PR di berbagai start up ada Jogglo, Happy holiday, Indonetwork  dan beberapa lainnya. Namun secara jujur diakuinya bahwa dia tidak lagi pernah mendapatkan atasan yang secara jelas menaruh kepercayaan penuh kepadanya seperti yang ia dapatkan saat Bersama Arnold Sebastian dan Remco Lupker. Terakhir  dia berkarir di Jualo.com, selama setahun lebih beberapa bulan di tahun ini .

E-commerce Masih Butuh Publikasi dan Edukasi

Kurang lebih 8 tahun berkecimpung di dunia ke-PR an khususnya di industry e commerce, Ichwan meyakini bahwa edukasi terhadap masyarakat tentang kehadiran e commerce di Indonesia ini harus terus dikampanyekan.

Tak hanya bicara layanan serta produk yang dirilis oleh perusahaan  ecommerce terkait, namun juga hal -hal lain seperti real story tentang penggunanya. Program eksternal maupun program internalnya, serta topik topik menarik yang sekiranya bisa menambah wawasan masyarakat di Indonesia  tentang posisi  trend serta bakal trend dari industry e commerce tersebut.

“ Upaya edukasi ini menjadi tugas utama seorang PR, semua media harus di rangkul. Tidak hanya media yang berkosentrasi di kawasan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Medan , Semarang,” jelas Ichwan.

Namun media di kota kedua atau luar Jawa kata Ichwan seperti  Malang, Denpasar,  Banten, Solo, Jogja, Padang, Aceh , Menado, Palangkaraya, Papua, Lombok, Kupang hingga Papua juga harus mendapatkan attensi yang sama.

“Ini semua sebagai upaya agar proses pemahaman dan kesempatan berinteraksi di industry ecommerce ini semakin merata di wilayah Indonesia, dan media massa menjadi mediator terpentingnya,” urai Ichwan.

Ichwan mengakui  mengamati perkembangan e commerce di Indonesia yang semakin berwarna, tapi yang lebih terlihat ngejrengnya adalah  mereka yang punya modal besar untuk beriklan secara jor-joran di banyak tempat. Sedangkan yang lain dengan keterbatasan budget marketing mencoba mencari celah celah aktifitas campaign yang ada dengan low budget. Yang sayangnya tidak disertai dengan edukasi maksimal kepada media massa yang sebenarnya masih terbuka dan haus akan informasi dari para pelaku start up ini.

“Banyak hal kok yang bisa kita share ke khalayak lewat media massa ini. Tidak perlu harus menunggu atau mencari moment untuk bisa dijadikan topik press release baru di sebar ke media tapi dengan mengamati trend yang tengah terjadi di masyarakat terus kita olah menjadi sebuah angle menarik niscaya teman-teman jurnalis akan senang menampung dan mendiskusikannya untuk selanjutnya di publish di media mereka,” tambah Ichwan pemilik blog ichwansitorus.com yang kini  aktif sebagai praktisi PR lepas ini (imm)

 

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry