DIANCAM BUNUH: Kiai Abu Bakar Madris (berbaju putih), seorang dari belasan kiai yang diancam dibunuh, bersama aparat TNI dan Polri yang berkunjung ke rumahnya di Depok, Jawa Barat, pada Senin (5/3). (ist)

DEPOK | duta.co – Abu Bakar Madris, satu dari sejumlah kiai di Depok yang masuk dalam daftar akan dibunuh, menanggapi santai ancaman teror itu. Ia meyakini, teror itu hanya ancaman kosong untuk membuat resah masyarakat Depok.

“Kalau surat, iya, saya akui ada, tapi saya yakin ancaman itu hoaks, cuma buat nakut-nakutin doang,” kata Madris saat ditemui di rumahnya di kawasan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Depok, Jawa Barat, pada Senin (5/3).

Sebelumnya, surat kaleng berisi ancaman penculikan ustaz beredar di perumahan GDC Cluster Gardenia Blok Q, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Surat itu ditemukan Sabtu (3/3) lalu oleh Satpam perumahan bernama Asep. Surat dalam bentuk paket dengan nama penerima Ustaz Shobur Gardenia.

Paket itu dititipkan di pos perumahan. Setelah paket itu dibuka, diketahui adanya surat berisi ancaman akan menculik sepuluh ustaz. Empat nama di antaranya merupakan penghuni perumahan GDC. Polisi pun sudah menindaklanjuti temuan tersebut dengan melakukan olah TKP dan pengamanan.

Kiai Madris meyakini ancaman itu kosong belaka karena beberapa alasan, di antaranya pelaku pengirim surat kaleng yang berisi daftar kiai-kiai yang akan dibunuh sebenarnya mencatut nama yang salah. Misalnya, dalam daftar itu disebut seorang bernama Riyono.

Padahal, katanya, tak ada ulama atau ustaz bernama itu di sana. Ada nama lain, yaitu Haryono, tetapi dia bukan ulama melainkan anggota aktif TNI. Alasan kedua, menurut Madris, tak mungkin pula orang yang akan dibunuh lebih dulu dikirimi surat. “Orang yang mau dibunuh kok dikirimi surat, ini kan ngaco.”

Madris mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi, panik, apalagi takut. Sebab tujuan si pelaku ialah untuk membuat situasi kota ini menjadi resah, sehingga dia merasa aksinya berhasil. Sebaliknya, jika masyarakat tak terhasut, si pelaku merasa aksinya gagal.

Lagi pula, katanya, ada atau tidak ada teror, semua akan mati pada akhirnya. Maka tak ada alasan untuk takut. “Ada teror ataupun tidak, toh mati-mati juga, ngapa takut dengan kematian.”

“Jadi, lawanlah hal ini dengan yang positif, tidak perlu dibesar-besarkan. Biar polisi yang mengusut tuntas kasus ini, biar cepat ketahuan siapa pelaku dan dalangnya.”

Dijaga TNI dan Polri

TNI dan Polri bersiaga mengawasi dan mengamankan masyarakat setelah muncul selebaran itu. Tak hanya ulama, aparat juga telah melakukan penjagaan di sejumlah pesantren.

“Biar bagaimana pun, rakyat adalah ibu kandung kita (TNI). Karena itu kami bersama-sama dengan Polri akan ikut mengamankan para ulama yang namanya disebut dalam surat itu,” ujar Komandan Komando Distrik Militer 0508 Depok Letkol Infanteri Iskandar Manto, saat mengunjungi rumah Kiai Madris.

Teknis pengamanan, kata Iskandar, dengan mengedepankan personel Bintara Pembina Desa (Babinsa) di masing-masing wilayah. Dia berharap, dengan rasa aman, ibadah pun akan nyaman dan investor pun semakin berkembang.

“Untuk itu kami mengimbau pada masyarakat agar tidak mudah terpancing dengan hal semacam ini, karena memang tujuan mereka adalah untuk membuat kacau, padahal di lapangan tidak seperti itu. Depok seolah kondisinya memprihatinkan, padahal tidak benar,” ujarnya.

Selebaran yang sempat membuat resah itu ditemukan di kawasan Cilodong, tepatnya di dekat perumahan Gardenia, Grand Depok City, Depok, pada Sabtu pekan lalu. Dalam surat itu, terdapat 14 nama ulama di Depok yang diancam dibunuh.

Polisi pun langsung melakukan penyelidikan. Hasilnya, alamat si pengirim surat yang tertera di kawasan Jakarta Timur ternyata fiktif. Kasus teror itu masih dalam penyelidikan aparat Kepolisian Resor Kota Depok.

 

Pernyataan Polri

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal mengungkapkan, polisi akan memanggil tokoh pemuka agama yang namanya tercatut di surat kaleng tersebut. “Jelas (dipanggil) untuk dimintai keterangan,” kata Iqbal di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (5/3).

Menindaklanjuti beredarnya surat kaleng itu, kata Iqbal, polisi melakukan langkah antisipasi. Polres Depok telah menggelar tim untuk mengamankan yang diduga mengalami ancaman tersebut.

Secara keseluruhan, Polres Depok telah memerintahkan Kapolsek untuk silaturahim. “Sekaligus mengamankan tokoh yang diancam itu tapi kita terus melakukan. Penyelidikan juga,” kata dia.

Sejauh ini, lanjut Iqbal, polisi masih melakukan pendalaman penyidikan tokoh di balik ancaman ini. Selain itu, Iqbal mengatakan, polisi juga menyelidiki koneksi dengan kasus-kasus penyerangan yang lain di daerah lain.

Satgas Nusantara (Satgas Pemburu Hoaks dan Siber Polri) telah menyampaikan beberapa pesan terhadap masyarakat bahwa tidak semua kejadian yang kabarnya beredar di masyarakat sesuai dengan yang terjadi. Menurut dia, memang benar ada kekerasan terhadap pemuka agama. Namun, ada pula kejadian yang difabrikasi seolah-olah kekerasan terhadap pemuka ulama padahal kriminal biasa.

Bahkan, ada pula yang tidak terjadi kekerasan sama sekali, tetapi dikabarkan seolah-olah terjadi kekerasan pada ulama. “Jadi dibumbu-bumbui dikemas sedemikian rupa sehingga seperti nyata. Nah yang di Depok ada juga modus baru nah ini yang kita dalami,” ujar Iqbal.

“Intinya begini, bahwa Polri melakukan pendalaman soal siapa yang menjadi aktor di balik kasus ini. Tapi belum tentu aktor ini yang mendesain kasus yang ada,” katanya menambahkan.

 

Perintah Jokowi

Terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk menjaga stabilitas keamanan jelang tahun politik. Dia meminta agar masalah keamanan ditangani secepatnya.

“Kemudian yang berkaitan dengan stabilitas keamanan, politik saya minta Kapolri Panglima dan kita semuanya hal-hal yang mengarah kepada sisi-sisi keamanan, saya kira agar ditangani secepatnya,” kata Jokowi ketika membuka sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Senin (5/3).

Jokowi juga berharap di tahun politik ini suasana aman dan dapat dikendalikan dengan baik.”Sehingga tahun ini stabilitas betul-betul stabilitas politik dan keamanan total kendalikan,” kata Jokowi.

Sebelumnya, Jokowi juga meminta rakyat untuk bersama mengelola kebhinekaan dan perbedaan di tahun politik agar Indonesia menjadi kekuatan besar dan maju. Sebab perbedaan tersebut hendaknya menjadi kekuatan bersama untuk terus maju.

 

DITANGKAP: Bobby Gustiono diduga orang penting dalam kelompok The Family MCA (ist)
Orang Penting MCA Ditangkap

Sementara itu, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipid Siber) Bareskrim Polri kembali menangkap salah seorang pelaku pembuat berita bohong dan penyebaran ujaran kebencian. Sebelum pelaku ditangkap di kediaman mertuanya yang berada di Serdang Begadai, Sumatera Utara, dia sempat mencoba untuk melarikan diri dan menghilangkan barang bukti agar tidak terlacak jejaknya oleh petugas.

Direktur Tipid Siber Brigjen Pol Fadil Imran mengatakan bahwa pelaku yang ditangkap atas nama Bobby Gustiono diduga merupakan orang penting dalam kelompok The Family MCA. Untuk melakukan ujaran kebencian, Bobby memiliki dua akun di Facebook atas nama ‘Bobby Siregar dan Bobby Gustiono’. Pelaku ternyata salah satu admin dan pengelola dari tiga akun group Facebook dari MCA.

“Pelaku yang menggunakan Profile Picture ‘seorang anak kecil’ di Akun FB Bobby Siregar dan Bobby Gustiono. Selain sering memposting Hate Speech, SARA dan hoaks ke group-group FB yang diikutinya (lebih dari 50 group FB),” kata Fadil melalui keterangan tertulis, Jakarta, Senin (5/2).

Lebih lanjut, Fadil menyebut bahwa pelaku memiliki tugas khusus selain menyebarkan ujaran kebencian, yaitu bertugas memberikan laporan akun lawan agar di-suspend atau dinonaktifkan. “Bahkan, pelaku mampu menonaktifkan lebih dari 300 Akun Facebook setiap bulannya,” sebutnya.

Jenderal bintang satu ini menuturkan tugas lain yang dijalani pelaku adalah kerap kali memberikan tutorial atau pelatihan kepada anggota grup-nya. Hal itu diajarkan agar para anggotanya itu bisa membuat akun Facebook palsu yang seolah asli dengan mencuri identitas orang lain.

“Seolah-olah asli dengan mengambil identitas orang lain, E-KTP, SIM, Paspor. Melalui Google agar tidak disuspend,” tuturnya.

Saat ditangkap, polisi menyita sejumlah barang bukti seperti dua buah handphone yang tersimpan jejak digital sejumlah ujaran kebencian dalam berbagai bentuk. Dan hal itu juga sudah diakui oleh pelaku dengan sengaja menyebarkan konten-konten terlarang tersebut.

“Sampai saat ini penyidik masih terus mendalami motif tersangka melakukan kejahatan tersebut,” ujarnya.

Masyarakat Diimbau Lebih Cerdas

Fadil mengungkapkan, sampai saat ini pelaku masih sedang dalam pemeriksaan petugas. Hal itu dilakukan karena untuk mendalami keterkaitan tersangka dalam jaringan ujaran kebencian lainnya termasuk pengembangan terhadap pelaku lainnya.

“Dengan pengungkapan ini, masyarakat diimbau untuk lebih cerdas, bijak dan bermartabat dalam menggunakan media sosial, agar keutuhan bangsa dapat terus terjaga,” jelasnya.

Atas perbuatannya pelaku disangkakan dengan Pasal 45A ayat (2) Jo pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau pasal 16 Jo pasal 4 huruf b angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan/atau pasal 207 KUHP Penghinaan terhadap Penguasa atau Badan Umum, dengan ancaman enam tahun bui.

Seperti diketahui, Dittipid Siber Bareskrim Polri menangkap enam orang pelaku ujaran kebencian dan membuat berita bohong yakni Rizki Surya Dharma (35), Ramdani Saputra (39), Yuspiadin (24), Ronny sutrisno (40) dan Tara Arsih Wijayani (40). Enam orang tersebut tergabung dalam Muslim Cyber Army (MCA).

MCA sendiri ternyata mempunyai empat kelompok jaringan yang mempunyai kerja masing-masing kelompok tersebut. Pertama, kelompok The Family MCA yang mempunyai sembilan orang admin dalam group tersebut bertugas untuk merencanakan dan mempengaruhi member lain.

Yang kedua yaitu kelompok Cyber Moeslim Defeat Army yang memiliki 145 member, dalam kelompok tersebut bertugas untuk melakukan setting isu hoaks yang akan diviralkan. Selanjutnya yaitu Kelompok Snipper yang mempunyai 177 member dalam kelompok itu bertugas untuk menyerang seseorang atau kelompok yang diduga lawan MCA. Dan yang terakhir yaitu MCA United yang merupakan grup terbuka bagi siapa yang memiliki visi-misi MCA. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry