“Seketika saya berusaha mencari titik kurangnya MAS. Dan ahhaa.. saya langsung nemu satu. Mengapa mayoritas pejalan kaki atau pejoging itu wajahnya tampak tegang?”
Oleh H Syarif Thayib*
BEBERAPA hari terakhir, saya rajin jalan-jalan pagi mengitari Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS). Sesekali lari-lari kecil atau joging.
Kata Pak Hendro (Humas MAS), satu putaran MAS itu jaraknya 1,25km, berarti kalau 4,5 putaran sama dengan tawaf atau 7x memutari (pelataran) Ka’bah. Kalau ditambah 2,5 putaran lagi, atau total 7x putaran MAS, sudah setara dengan Tawaf plus Sa’i (berjalan antara bukit Shafa dan Marwa sebanyak 7x).
Sebagai petugas haji 2024 (PPIH Kloter) yang insyaAllah berangkat pada 6 Juni nanti, aktifitas di atas merupakan bentuk ikhtiar memiliki fisik/ stamina lebih prima, sehingga optimal dalam memberi layanan, perlindungan, dan bimbingan ibadah kepada jemaah haji, terutama saat pendampingan ibadah tawaf, sa’i, lontar jumrah, dll.
Sengaja kali ini saya memilih MAS sebagai tempat jalan pagi, plus joging, sekalian mengukur berapa kilo kekuatan nafas dan kaki untuk joging sekarang.
Selain itu, para pejalan kaki di sana memposisikan MAS sama persis dengan posisi Ka’bah, yaitu di sebelah kiri mereka. Apalagi nampak dari sebagian mereka bibirnya seperti komat-kamit. Bisa jadi mereka pun berdzikir: Subahaanallaahi walhamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu allahu akbar. wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Persis seperti bacaan singkat do’a Tawaf.
Bertasbih Berkat Keindahan MAS
Saya haqqul Yaqin, mayoritas pejalan kaki pasti mengagumi kemegahan dan keindahan MAS. Tepat di seberang Pasar Rakyat Jambangan misalnya, MAS memberi pemandangan EduPark yang menawan. Mata para pejalan kaki pun bakal takjub dengan Taman GenZi di sampingnya. Ada tempat duduk yang berangin spoi-spoi dari kerindangan pohon di sekitarnya, plus kicauan burung burung kecil dalam sangkar mini yang cantik di atasnya.
Di sudut seberang Hotel Namira, MAS menyediakan panggung Jantung Sehat. Ke timur sedikit akan menjumpai Green House (kalau tidak salah) ada banyak tanaman buah dan sayur di situ. Sampingnya persis ada Urban Farming, juga beraneka pohon “langka” tumbuh subur disana.
Pas di pertigaan bagian timur (paling selatan) ada lapangan bola, lengkap dengan gawang-gawang bola bongkar pasang di atas rumput hijau tipis dan rapih. Disitulah anak-anak KB/RA, MI, MTs MAS, juga dari sekolah lain berlarian main bola, sebagian belajar memanah tanpa berkuda.
Persis di samping selatan pintu utama MAS yang menghadap timur, ada gundukan tanah berumput rapih menghijau mirip rumah Teletubbies juga ramai dengan anak-anak kecil bermain, riang gembira.
Taman Peradaban, Diorama tafsir digital, dan taman Asmaul Husna makin melengkapi kekaguman semua pejalan kaki akan keindahan MAS kebanggaan Indonesia ini.
Mereka dan saya pun terus bertasbih, merasakan betapa luhurnya Tuhan yang telah menggerakkan hati orang-orang yang membangun dan merawat masjid jujugan para tamu-tamu Allah sebelum check in Asrama Haji Surabaya. Tiap hari selalu saja ada kunjungan manca nusantara yang penasaran dengan salah satu icon distinasi Jawa Timur.
Full Senyum
Seketika saya berusaha mencari titik kurangnya MAS. Dan ahhaa.. saya langsung nemu satu. Mengapa mayoritas pejalan kaki atau pejoging itu wajahnya nampak tegang?
Mungkinkah dzikir tasbih mereka diiringi senyum? Bukankah dengan senyum akan memunculkan hormon kebahagiaan, seperti dopamin, endorfin dan serotonin? Hormon yang juga dikenal dengan hormon kebahagiaan, karena dapat menenangkan sistem saraf, menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Spontan saya punya ide agar pejalan kaki dan pejoging itu bisa senyum-senyum sendiri tanpa jaim. Mereka tidak hanya sehat fisiknya, tetapi mentalnya juga prima.
Saya melihat ada space (ruang) di atas parit atau selokan besar di sekeliling MAS itu bisa diberi tulisan (artistic) berisi “kampanye” untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan dengan melempar sampah di sepanjang selokan.
Narasi “kampanye” harus lucu dan menghibur, sehingga pembacanya bisa senyum-senyum sendiri tanpa ragu dan malu.
Berikut beberapa contoh “kampanye” menjaga kebersihan hasil googling yang bisa dipilih dan disesuaikan:
“Buanglah sampah pada tempatnya. Pulangkan mantan pada orang tuanya.”
“Jagalah kebersihan, seperti kamu menjaga perasaanku dulu.”
“Ingat Kawans.., Kegantengan/ kecantikanmu berkurang, setiap kamu buang sampah sembarangan.”
“Dilarang buang sampah disini. Kemarin ada yang kesurupan.” Subhanallah! ()*
H Syarif Thayib adalah Petugas Haji Indonesia