JAKARTA | duta.co – Bukan untuk mencari ‘kambing hitam’. Tetapi, harus diakui, banyak kebijakan ekonomi pemerintah yang bikin rupiah terkapar.  Setidaknya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah menyentuh angka Rp 15.000 yakni pada level Rp 15.100 per dolar AS, pada Selasa (4/9) pukul 15.13 WIB. Hari ini, Kamis (6/9/2018) rame-rame menyetop kebijakan impor.

Pemerintah juga diminta menekan impor dan mengawasi ketat pembelian dolar AS. Impor beras diakui atau tidak, turut serta menginjak-injak rupiah. “Kebijakan pemerintah yang mengimpor beras dan barang untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur yang gencar dilaksanakan memiliki peran juga mendorong pelemahan Rupiah, ini harus ditekan,” ujar pengamat ekonomi Sumut Wahyu Ario Pratomo di Medan, Rabu (6/9) kepada Antara.

Menurut Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara itu, selain menekan impor, pemerintah juga harus mengawasi peningkatan pembelian dolar AS. Alasan dia, permintaan dolar AS yang terus meningkat akan menyebabkan Rupiah  semakin melemah. “Kekhawatiran terjadi kondisi seperti tahun 1998 harus diantisipasi,” katanya.

Ikuti Langkah Sandi

Wahyu menyebutkan, kondisi saat ini memang sangat berbeda dari tahun 1998, karena secara fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Sehingga kalau ditangani secara baik, krisis itu bisa diatasi. “Pemerintah diminta menindak tegas spekulan dolar AS. Harus ada efek jera agar  spekulan lain takut melakukan hal yang sama,” ujar Wahyu.

Kalau diperlukan, kata dia, juga dibuat ajakan agar pejabat dan orang kaya yang memiliki dolar AS rela menjual dollarnya sebagai bukti bahwa menolong Negara, seperti yang dipelopori Sandiaga Uno.

“Perlu aksi seperti di Malaysia. Masyarakat diimbau membantu keuangan negara yang dimulai dari para pejabat dan orang kaya yang memiliki dolar AS untuk menjual dollarnya,” katanya.

Langkah pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan seperti tax holiday atau tax allowance karena memproduksi bahan penolong atau bahan baku industri, atau barang modal sebagai substitusi impor juga harus dilakukan. Ini agar tidak terjadi lagi ketergantungan impor.

Dia mengakui, nilai tukar dolar AS yang menguat menjadi Rp15 ribu disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Secara eksternal memang faktor pertumbuhan ekonomi AS yang tumbuh hingga 4,2 persen pada kuartal II 2018 menunjukkan capaian yang sangat tinggi sehingga The Fed akan kembali menaikkan suku bunga.

Isu itu menyebabkan aliran kapital akan masuk ke AS karena bunga yang tinggi di samping dolar AS merupakan mata uang yang paling stabil. “Dampaknya ke negara lain termasuk Indonesia dimana mata uang mengalami pelemahan karena cadangan devisa  yang berkurang,” katanya.

Dari faktor internal, menguatnya dolar AS atas Rupiah membuat sebagian masyarakat mengambil kesempatan mencari keuntungan. “Pembelian dolar AS dalam jumlah besar di atas 25 ribu harus ada dasarnya atau ‘underlying’. Namun dalam prakteknya bisa saja spekulan melakukan aksi pembelian,” ujar Wahyu. (Antara,RMOL.CO)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry