
SURABAYA | duta.co – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memiliki jenjang pengurus tertinggi. Adalah Mustasyar PBNU. Pun dalam kepengurusan PBNU sekarang, Mustasyar yang paling berhak menyelesaikan masalah, apalagi ketika Rais Aam dan Ketua Umum PBNU berselisih.
“Jangan ke mana-mana. Keduanya (Syuriyah maupun Tanfidziyah) harus menyerahkan masalah ini ke Mustasyar sebagai penasehat jam’iyah. Dengan begitu, semua akan terselesaikan dengan baik, marwah jam’iyah akan terjaga,” demikian disampaikan Prof Rochmat Wahab, mantan Ketua PWNU DIY kepada duta.co, Jumat (28/11/25).
Di Mustasyar, jelas Rektor UNY, Periode 2011-2015 ini, banyak ulama-ulama arif yang bisa menuntaskan masalah tersebut. “Ini harus diselesaikan secara struktural. Bahwa kemudian Mustasyar butuh masukan dari ulama-ulama kultural, itu hal lain, tidak masalah,” tambahnya,
Menurut Prof Rochmat, diundang atau tidak diundang, Mustasyar sekarang memiliki kewajiban turun tangan (menuntaskan masalah). Melihat kondisi sekarang, Mustasyar wajib terpanggil untuk menyelesaikan masalah di PBNU ini. “Kami yakin, Mustasyar mampu menyelesaikan dan sekaligus mampu menunjukkan eksistensinya sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi)-nya,” jelasnya.
Ditanya soal Ketum PBNU yang telah mengundang PWNU baik Syuriyah maupun Tanfidziyah, menurut Prof Rochmat itu tidak legitimate. Pasti memunculkan perdebatan. Sama halnya dengan menggelar pertemuan ulama, ini justru memperuncing masalah. Ulama tidak memiliki kewenangan untuk mengoreksi keputusan Syuriyah PBNU.
“Agar marwah jam’iyah NU tetap terjaga, maka, solusi paling terhormat adalah menyerahkan masalah ini ke Mustasyar. Apakah akan ada percepatan muktamar, MLB, atau apa saja putusan Mustasyar, semua diharapkan akan mengikuti,” pungkasnya.
Dalam jajaran Mustasyar PBNU sekarang ini, ada nama KH A Mustofa Bisri, Dr. Baharuddin HS, MA, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, KH. Jirjis Ali Maksum, KH. Nurul Huda Djazuli, KH. Bunyamin Muhammad, KH. Anwar Manshur, H. Hasanoel Basri, KH. Dimyati Rois, KH. As’ad Said Ali, Habib Luthfi Bin Yahya, Prof. Dr. KH. Machasin, MA, TGH. LM. Turmudzi Badaruddin, Prof. Dr. KH. Artani Hasbi, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA, Habib Abdurrahim Assegaf, Nyai Hj. Nafisah Sahal Mahfudz, KH. Muhammad Nuh Ad-Dawami, Nyai Hj. Shinta Nuriyah A. Wahid, KH. Abdullah Ubab Maimoen, Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid
dan masih banyak lagi. (mky)





































