“Kampusmu Islam, Kelakuanmu Hew*n”
YOGYAKARTA – Kematian tiga anggota Mapala akibat diplonco di Gunung Lawu membuat Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta mengambil keputusan tegas, yakni membubarkan unit kegiatan Mapala. Pembubaran salah satu unit kegiatan favorit di UII itu menggunakan redaksi ‘dibekukan sampai jangka waktu yang belum ditentukan’.
“Jadi lembaganya yang dibekukan. Kalau kemarin (Selasa, red) masih sebatas pembekuan segala aktivitas dan kegiatan, saat ini lembaganya,” tegas Muzayin Nazaruddin, anggota Tim Investigasi Internal UII, Rabu (25/1) kemarin. Sehari sebelumnya, rektorat UII memang mengumumkan pembekuan kegiatan Mapala UII.
Selama ini, mahasiswa boleh menjadi anggota Mapala dengan sifat sukarela. Artinya, tidak ada paksaan saat menginginkan menjadi bagian dari Mapala. Namun, pihak kampus sudah membubarkan Mapala dan seluruh kegiatannya.
Selain membubaran Mapala, UII juga melarang kegiatan luar kampus. Sehingga seluruh kegiatan dipusatkan dalam kampus. Hal ini dilakukan untuk menghindari terulangnya kegiatan yang menelan korban seperti yang dilakukan Mapala di lereng Gunung Lawu.
Selain itu, UII Yogyakarta juga ‘mencekal’ seluruh panitia Diksar Mapala UII yang yang mengakibatkan tiga korban tewas. Dengan itu, seluruh mahasiswa yang terlibat tidak bisa berpergian ke luar kota untuk sementara waktu. “Untuk mempermudah proses pemeriksaan kepolisian,” kata Rektor UII Harsoyo, Rabu (25/1).
Saat ini, kepolisian setempat memang sedang menyelidiki penyebab kematian tiga mahasiswa UII, yang baru usai mengikuti kegiatan latihan di Mapala UII. “Penyidik sudah datang dan minta keterangan dari panitia pelatihan dasar Mapala UNISI,” katanya.
Sejauh ini, belum ada hasil yang bisa diumumkan terkait pemeriksaan tersebut. Upaya investigasi dan pendalaman informasi masih terus bergulir. “Kami masih dalami kejadian di lapangan, termasuk proses kekerasan yang terjadi. Kita dalami, siapa yang melakukan dan kepada siapa, dengan apa, dan waktunya,” ujar Harsoyo.
Seperti diberitakan Duta, tiga mahasiswa UII tewas setelah mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) The Great Camping (TGC) XXXVII di lereng selatan Gunung Lawu, pada 13-20 Januari 2017. Tepatnya di Hutan Tlogodringo, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng. Ketiganya diduga dianiaya oleh seniornya, berdasarkan hasil pemeriksaan medis pihak rumah sakit.
Ilham Nurfadmi Listia Adi (20) mahasiswa asal Lombok, NTB, meninggal di RS Bethesda, Selasa (24/1/2017) dinihari. Dua rekannya sudah meninggal lebih dulu, yaitu Muhammad Fadli (19) asal Batam, dan Syaits Asyam (19) asal Sleman.
Fadli, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2015, meninggal Jumat (20/1) lalu saat perjalanan menuju Puskesmas Tawangmangu. Sedangkan Syaits Asyam meninggal di RS Bethesda Yogyakarta, Sabtu (21/1) lalu. Hasil investigasi pihak UII menemukan adanya tingakan kekerasan dalam program TGC yang dilakukan Mapala UII.
Total peserta Diksar berujung tewasnya tiga yunior Mapala UII ada 37 mahasiswa dari berbagai fakultas. Sebanyak 34 peserta laki-laki dan 3 orang perempuan. Kondisi ketiga korban tewas, yaitu Asyam, Fadli, dan Ilham, ketika berangkat segar bugar, namun berubah 180 derajat selepas mengikuti pelatihan tersebut. Bahkan, korban Asyam juga menderita patah tulang. Selain tiga korban yang tewas, lima mahasiswa peserta Diksar masih dirawat di rumah sakit.
Postingan Teman Korban
Salah seorang teman Syaits Asyam, yang berinisial GMFA, mengunggah postingan tentang temannya tersebut. Tak hanya itu, dia juga menyampaikan kepedihannya kehilangan temannya tersebut. Dia mengunggah foto Asyam di akun jejaring sosial Instagramnya.
Dalam unggahannya, dia menyayangkan mahasiswa pencinta alam (mapala) yang masih melakukan pembodohan terhadap juniornya. Namun, akun jejaring Instagram GMFA telah di-private, namun berikut postingannya yang berhasil ‘diselamatkan’:
Syaits Asyam.
Dia adalah korban mereka yang memiliki idealisme rendahan, mereka yang otaknya terisi ruang kosong, mereka yang hatinya lebih keras daripada karang.
2017, dan masih saja ada orang-orang bodoh tak paham kehidupan.
Kamu kira kamu hidup di dunia ini sendirian? Kamu satu-satunya manusia yang pantas melakukan hal-hal itu pada makhluk lain?
Kamu kira kamu siapa? Kampusmu Islam, kelakuanmu kaya hew*n! yang kau lakukan itu bukan pendidikan, bukan pendidikan tapi pembodohan!
Mengasah mental kau bilang? mental apa? jika ia sudah tiada lalu mental untuk bertemu yang maha kuasa, maksutmu? hei? bodoh? apa memang itu maksutmu?
apa memang tujuanmu melakukan itu untuk kebaikan dia, untuk kebaikan “Alam” dengan namamu pecinta alam atau untuk memenuhi hasrat hati-hati busukmu itu?
Namamu pecinta alam, dengan sesama saja kau tak cinta, lalu bagaimana kau mencintai alam? apakah seperti ini bentukmu mencintai alam? hah?
Aku tak bisa apa apa kawan, syam, sori, aku ga sempet ketemu tadi siang, kamu keburu duluan, aku masih ga percaya cok kamu pergi, semoga kamu dipanggil duluan karena Allah gakmau kamu kesakitan, karena Allah sayang kamu, pengen mendekatkan kamu.
Khusnul Khotimah ya syam. Seperti kata ibumu, walau aku ga percaya pernyataan ini, katanya mereka yang melakukan itu memegang surat bebas penjara, jika iya bebas penjara mereka tidak akan bebas dari siksanya Allah. Amin.
Semoga Allah berikan yang setimpal dengan perbuatan mereka.
Ttd, keluarga keduamu yang juga disakiti oleh oknum berotak kecil dengan label pecinta alam.
Selamat jalan Asyamku.
Sorry if that post contains inappropriate words. Ada apa dengan postingan itu? Kenapa hilang begitu saja?
Sekarang, akun-akun diprivate. Ada apa? Bukankah Mapala bukan Pembunuh katamu?
Kami di sini semua marah. Semangat kawan kami harus dibayar dengan nyawa.
Entah siapa yang harus disalahkan, biarlah waktu buka tabirnya. Syam, u rn’t alone! We all here stand for ya! ungkap kebenaran. viv, mer, dit