PROBOLINGGO | duta.co – Santri Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menciptakan beras analog. Beras tersebut berbahan dari daun kelor, ubi, sagu dan suweg yang berfungsi sebagai makanan terapi pengidap kanker dan diabetes.

Para santri itu adalah Nanik, Cahyaning dan Laili. Ketiga santri tersebut saat ini mengenyam pendidikan  di SMA Genggong.

Yenny Rahma, guru Biologi pendamping santri tersebut, mengatakan beras analog ini berfungsi sebagai makanan alternatif selain beras. Jika beras Rp10.000 per kilo, maka beras analog ini 100 gram Rp10.000 Memang agak mahal tapi manfaatnya baik untuk kesehatan.

Yenny bersama ketiga santri memperaktekkan pembuatan beras analog.

Ketiga bahan dikupas dan dibersihkan, lalu diblender agar menjadi tepung. Ubi, daun kelor, sagu dan suwek mengandung banyak vitamin.

“Setelah seluruh bahan jadi tepung dan dibuat formulanya, lalu dituangkan ke dalam cetakan beras dan oven selama sekian menit. Hingga menjadi beras analog,” katanya.

Yenny menjelaskan, beras analog mengantarkan SMA Unggulan Genggong juara I dalam lomba bidang Biologi tingkat Asia di Thailand kemarin lusa, dalam ajang The Second Phatthalung International Science Fair 2019 and PCCST International Science Fair.

Ajang itu diikuti 26 tim dari empat negara. Yakni, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Indonesia. Penentuan juara dilakukan Selasa (15/1/2019) lalu.

Pengasuh Ponpes Genggong KH Mutawakkil Alallah mengungkapkan, prestasi itu menjadi kado ulang tahun Ponpes Genggong ke-180.

“Ini juga kado dari generasi muda bangsa. Bermanfaat bagi penderita kanker dan diabetes. Kami harap prestasi tapi tidak cukup sampai di sini. Pesantren itu memadukan pendidikan, teknologi dan nilai-nilai ibadah,” jelasnya. afa

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry