INOVASI : Mahasiswa Teknik Kimia UKWMS, Vincentius A Paulo E A.N menunjukkan hasil formulanya yang terbuat dari limbah kulit buah bintaro dan mengubahnya menjadi bahan nanoselulosa yaitu material berdaya serap tinggi yang isa dimanfaatkan untuk bahan penyusun obat di Kampus UKWMS, Jumat (28/4).

SURABAYA | duta.co – Pohon bintaro atau cerbera manghas sering ditemukan mengisi ruang-ruang kota, ataupun tumbuh agak liar di bantaran kali dan pinggir jalan. Tingginya bisa mencapai 12 meter, berdaun lebat, dan mampu bertahan di kondisi ekstrem. Pohon ini bisa menjadi primadona sebagai tanaman peneduh.

Namun sayangnya, buah pohon ini tidak bisa dimanfaatkan bahkan terkadang menjadi limbah. Karena pohon ini mengandung zat cerberrin dan sifatnya sangat toksik alias beracun. Bila tertelan manusia bisa membuat jantung mendadak berhenti. Masyarakat daerah Kalimantan, biasanya mempergunakan buah ini untuk membasmi hama. Selain itu, kegunaannya belum banyak diketahui sehingga seringkali buahnya yang terlalu matang hanya menjadi limbah.

Sebagai putra asli Sidoarjo, Vincentius A Paulo Endra A.N terinspirasi untuk meneliti buah Bintaro yang mudah ditemukan di sekitaran tempat tinggalnya. Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Bermula dari pengalamannya mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian (PKM-P) di tahun 2015 bersama teman kuliahnya Lewi Peter Richardo, laki-laki yang akrab disapa Endro ini membuat sebuah inovasi dari limbah kulit buah bintaro. Inovasinya adalah nanoselulosa, sebuah material berdaya serap tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal.

“Zat selulosa sebenarnya ada di semua tanaman, tapi bintaro ini kan ngelimbah banget. Saya penasaran masa sih tidak ada manfaat lainnya? Berkat bimbingan Suryadi Ismadji MT., Ph.D dan Felycia Edi Soetaredjo, Ph.D, Endro dan Peter berhasil meraih hibah dari Direktorat Pendidikan Tinggi untuk mengembangkan penelitian mereka,” ujar Endro saat ditemui di kampus UKWMS Dinoyo Surabaya, Jumat (28/4).

Hasil PKM-P tersebut lantas ia kembangkan lagi untuk penelitian skripsi, yakni ‘Modifikasi Nanokristal Selulosa dengan Chitosan untuk Pelepasan Terkontrol pada Obat’. “Kalau tadinya baru sampai membangun nanoselulosa dari limbah kulit bintaro, waktu skripsi saya berusaha membuat komposit serta aplikasinya,” ujar Endro.

Maksudnya demi memaksimalkan kemampuan yang dimiliki oleh kedua bahan tersebut dalam hal menyerap suatu material di permukaannya. Keunggulan dari komposit ini adalah sifatnya  yang biodegradable dan non-toxic sehingga aman jika berkontak dengan tubuh manusia. Masih ditambah dengan daya serapnya yang tinggi, sehingga diharapkan mampu menyerap zat aktif dengan lebih baik saat diaplikasikan sebagai bahan tambahan penyusun obat. Demikianlah, kali ini di bawah bimbingan Suryadi Ismadji MT., Ph.D dan Aning Ayucitra ST.,M.Eng.Sc, Endro pun berhasil berinovasi kembali dalam pengerjaan skripsinya.

Dengan hasil penelitiannya ini, Endro dinobatkan sebagai wisudawan terbaik dari jurusannya dan akan diwisuda hari ini, Sabtu (29/4) di Ballroom Hotel Shangri-La Surabaya. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry