Keterangan foto CNNINDONESIA dan BUMNtoday

SURABAYA | duta.co – Nama Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainal Majdi, kian rame dibicarakan. Ini menyusul pernyataannya, bahwa,  Presiden Joko Widodo (Jokowi) perlu menjadi presiden untuk periode kedua 2019-2024. Dukungan TGB ini membuat lawan politik Jokowi semakin sulit bergerak. Stigma Jokowi anti-Islam menjadi lenyap.

“Secara hitungan politis, karena TGB ini memiliki dukungan suara yang kuat di luar Jawa dan kekuatan Muslim. Di samping itu, dukungan tersebut juga bisa dimaknai sebagai pesan adanya ‘hasrat’ untuk menjadi Cawapres Pak Jokowi,” demikian disampaikan Dr Suko Widodo, pengamat politik dan komunikasi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kepada duta.co, Jumat (6/7/2018).

Meski dukungan muslim kuat, lanjut Dr Suko, yang juga harus menjadi catatan adalah kekuatan besar Pilpres itu ada di pulau Jawa. Karena jumlah pemilih Pilpres terbesar di Jawa, sekitar 53%. “Sementara di Jawa TGB belum memiliki basis kuat,” jelasnya.

‘Deklarasi’ dukungan TGB ke Jokowi, memang membuat peta politik ‘bubrah’. Apalagi, nama TGB menurut hasil survey Saiful Mujani Research Center (SMRC) menempati posisi strategis. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, soal integritas mengalah seluruh tokoh-tokoh parpol, ia menempati urutan nomor 6 setelah KH Said Aqil Siroj.

TGB sendiri menyampaikan, bahwa, pertimbangannya mendukung Jokowi sebagai presiden kedua kali adalah demi bangsa Indonesia. Meski diakui, bahwa, ia pernah menjadi tim pemenangan Probowo dalam Pilpres lalu. Sebagaimana meme yang beredar di media sosial.

“Pak Jokowi sudah mengunjungi NTB 8 kali, dan memberikan karya di sana. Saat bertemu pertama kali saya katakana kepada Pak jokowi, saya dulu pemenangan Prabowo di NTB. Tapi beliau katakana, sudah lupakanlah. Bayangkan saya menjadi ketua tim pemenangan, tetpi tidak pernah sekalipun bertemu dengan Pak Prabowo,” demikian kutipan meme yang ‘memakai’ foto TGB.

Pesan meme ini menguatkan sosok TGB sebagai politisi. Padahal, menurut Suko Widodo, yang dibutuhkan Jokowi sekarang bukan sekedar Islam atau politisi, melainkan sosok wakil presiden yang paham pemerintahan dan kesejahteraan atau ekonomi.

“Sementara TGB terlalu berada di ruang politik. Sementara yang dibutuhkan Pak Jokowi adalah orang yang paham pengelolaan pemerintahan, dan itu bisa tokoh yang berkarier di pemerintahan, seperti menteri, gubernur. Kemungkinan bisa Aher (Ahmad Heryawan), Ganjar atau Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur red.),” ujarnya. (ekp)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry