Viera Nu’riza Pratiwi, S.TP., M.Sc.
Dosen S1 Gizi, Fakultas Kesehatan

BULAN Ramadan adalah waktu di mana pola makan berubah secara drastis. Dengan berpuasa lebih dari 12 jam sehari, tubuh membutuhkan asupan makanan dengan gizi seimbang saat sahur dan berbuka agar tetap sehat dan bertenaga.

Namun, kenyataannya, banyak orang lebih memilih makanan instan dan cepat saji yang tergolong makanan ultra-proses. Makanan ultra-proses sering kali menjadi pilihan karena praktis dan memiliki rasa yang menggugah selera.

Takjil seperti minuman manis kemasan, gorengan siap saji, mie instan, dan camilan olahan sering hadir di meja berbuka. Namun, apakah makanan ini benar-benar baik dikonsumsi saat puasa? Ataukah sebaiknya dikurangi atau bahkan dihindari?

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa 

Mari kita bahas lebih lanjut. Makanan ultra-proses adalah jenis makanan yang telah melalui berbagai tahap pemrosesan industri dan mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, pemanis buatan, dan perasa sintetis.

Selama Ramadan, makanan ultra-proses seperti minuman botolan tinggi gula, gorengan dari minyak bekas, sereal manis, dan daging olahan seperti sosis atau nugget semakin banyak dikonsumsi.

Kemudahan dalam penyajian serta rasa yang lezat membuat makanan ini menarik, tetapi ada dampak yang perlu diperhatikan.Mengonsumsi makanan ultra-proses dalam jumlah besar dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan, terutama saat berpuasa.

Beberapa di antaranya meliputi kandungan gizi yang kurang seimbang karena  rendah serat, vitamin, dan mineral, tetapi tinggi gula, garam, lemak trans, serta berbagai zat aditif yang dapat mengganggu keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan tubuh selama puasa.

Makanan ultra-proses meningkatkan risiko penyakit jangka panjang jika dikonsumsi berlebihan seperti obesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.

Mengonsumsi makanan ultra-proses saat sahur dapat membuat tubuh lebih cepat merasa lapar karena kurangnya serat dan protein yang membuat kenyang lebih lama. Sementara itu, berbuka dengan makanan ultra-proses tinggi gula atau garam bisa menyebabkan rasa haus berlebihan, kembung, lemas, dan gangguan pencernaan.

Agar tubuh tetap sehat selama Ramadan, berikut beberapa cara untuk mengurangi konsumsi makanan ultra-proses seperti saat sahur sebaiknya memilih makanan yang mengandung protein (telur, ikan, ayam), serat (sayur, buah), dan karbohidrat kompleks (nasi merah, ubi, roti gandum) agar tubuh tetap kenyang lebih lama.

Untuk berbuka, lebih baik mengonsumsi makanan alami seperti kurma, buah segar, dan air putih sebelum makan besar. Cara lainnya adalah membuat takjil sehat sendiri yang lebih bisa diatur kadar manis, kadar lemak, serta lebih sehat.  Jika harus membeli makanan kemasan, periksa label gizi dan hindari produk dengan tinggi gula (lebih dari 10g per porsi), tinggi natrium/garam (lebih dari 200mg per porsi), dan tinggi lemak trans atau pengawet buatan berlebihan.

Makanan ultra-proses memang praktis dan memiliki rasa yang enak, tetapi kandungan gizinya yang kurang seimbang serta dampak buruknya terhadap kesehatan membuatnya perlu dibatasi, terutama selama Ramadan.

Daripada mengandalkan makanan ultra-proses, lebih baik memilih makanan alami dan memasak sendiri agar tubuh mendapatkan nutrisi yang lebih baik. Dengan pola makan yang sehat, puasa akan terasa lebih ringan, tubuh lebih bertenaga, dan kesehatan tetap terjaga sepanjang bulan Ramadan.  *

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry