Annif Munjidah, SST., M.Kes
Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

KEMENTERIAN Kesehatan R.I telah mengeluarkan strategi pemberian makan bayi dan anak (PMBA) yang mengacu pada global strategy for infant and young child feeding,  Rekomendasi standar emas PMBA tertuag dalam strategi PMBA yang terdiri dari : fasilitasi inisiasi menyusu dini (IMD), menyusui eksklusif (0-6 bulan), pemberian MPASI, melanjutkan menyusui sampai usia 2 tahun.

WHO merekomendasikan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dimulai setelah anak selesai diberikan ASI eksklusif atau saat usia 6 bulan, hal tersebut dikarenakan mulai usia 6 bulan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat sehingga dengan ASI saja tidak mencukupi kebutuhan energi, protein, zat besi, vitamin D dan juga vitamin A pada bayi. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, MP-ASI juga dapat menstimulasi kemampuan oromotor dan memberikan pengalaman rasa serta tekstur makanan.

Pemberian MP-ASI yang baik harus memenuhi kaidah tepat waktu, adekuat, aman, hygienis, dan responsive feeding. Tepat waktu, yakni saat bayi berusia 6 bulan, jika ibu hendak memberikan MPASI sebelum 6 bulan maka hendaknya  berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa 

Orang tua atau pengasuh dapat mengamati tanda bayi sudah siap makan saat usia 6 bulan diantaranya: bayi dapat menegakkan kepala, refleks muntah berkurang dan menunjukkan ketertarikan saat melihat orang lain makan. Sedangkan pemberian MPASI terlambat maka akan menimbulkan dampak negatif pada anak antara lain: bayi mengalami defisiensi zat besi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, dan berisiko terjadinya gagal tumbuh.

Sedangkan jika MP-ASI diberikan terlalu dini (kurang dari usia 6 bulan tanpa rekomendasi dokter) maka akan berdampak pada pencernaan, obesitas, hipertensi, penyakit jantung, alergi, invaginasi usus dan daya tahan tubuh bayi yang menurun. Beberapa kasus tertentu dokter mungkin memperbolehkan bayi berusia 4 bulan untuk diberi makanan dengan beberapa pertimbangan medis.

Perlu diketahui oleh orang tua atau pengasuh, beberapa periode sebelumnya mungkin anak menunjukkan perilaku suka memasukkan tangan atau benda kedalam mulut, hal tersebut normal dan wajar karena anak berada dalam fase oral, Aktivitas anak memasukkan tangan / benda kedalam mulut sebenarnya memiliki dampak positif terhadap persiapan anak menerima MPASI. Semakin jari masuk kedalam mulut maka semakin melatih reflek muntahnya, hal yang perlu dilakukan oleh orang tua yakni cukup menjaga kebersihan dan keamanan dari benda yang dimasukkan kedalam mulut.

ADEKUAT. Artinya: MPASI diberikan dengan kandungan zat gizi lengkap dan seimbang baik makro atau mikronutriennya, atau yang popular disebut menu lengkap, Makronutrien yang dimaksud yakni makanan mengandung karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan  mengandung mikronutrian yang dimaksud yakni makanan mengandung vitamin dan mineral.

Pemberian makanan MPASI menu lengkap berkaitan erat dengan penambahan berat badan bayi. Pemilihan bahan makanan akan menentukan preferensi rasa anak dan respon anak terhadap makanan di periode selanjutnya. Pada saat pemberian MPASI di awal hendaknya ibu mendahulukan rasa / aroma amis terlebih dahulu, misalnya ikan, hati dan sejenisnya.

Makanan yang tidak padat zat gizi hendaknya tidak diberikan pada anak, misalnya kerupuk, keripik dan sejenisnya, karna hal tersebut akan membuat anak sulit menerima makanan lain yang nilai gizinya lebih padat, dikarenakan rasa gurih yang bersifat “nagih”. Tentu hal tersebut sangat disayangkan.

AMAN DAN HYGIENIS yakni terjaga kebersihannya mulai dari proses persiapan, pembuatan dan penyajian. Beberapa hal berikut dapat dilakukan oleh ibu yakni memisahkan alat dan bahan makanan antara yang matang dan mentah, menggunakan air bersih saat memasak, memasak makanan sampai matang, menyimpan makanan pada suhu ruangan maksimal 2 jam, Jika makanan akan diberikan pada anak lebih dari 2 jam setelah dimasak, maka hendaknya simpan terkebih dahulu di dalam lemari es dalam kondisi tertutup dan memanaskan kembali saat akan memberikan pada anak, dengan cara dikukus.

RESPONSIVE FEEDING. Perilaku pemberian makan dengan menerapkan asuhan psikososial. Memberi bayi makan dan membantu anak / bayi yang lebih besar untuk makan sendiri. Merespon tanda-tanda lapar dan kenyang pada bayi, tidak membiarkan bayi menangis kelaparan dan juga tidak memberikan bayi makanan saat bayi kenyang, memberi makan dengan perlahan dan sabar, mendorong bayi makan tapi tidak memaksa, jika bayi menolak makanan maka hendaknua mencoba untuk mengkombinasi makanan lain, rasa lain atau tekstur lain, Minimalisir ganggungan/distraksi misalnya dengan mamatikan televisi atau simpan mainannya, menjadikan makan sebagai proses yang menyenangkan.

Selalu mengajak bayi komunikasi saat makan, berikan senyuman, kata-kata yang menyemangati dan melakukan kontak mata, melibatkan anggota keluarga terdekat dalam pemberian makan, misalnya menciptakan suasana makan bersama, atau ayah dapat membantu ibu menyuapi anak.

WHO telah mengeluarkan panduan terbaru terkait pemberian makan pada bayi dan anak, diantaranya: pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, kemudian memberikan MPASI di usia 6 bulan sambil tetap memberikan ASI hingga anak berusia 2 tahun. Menerapkan responsive feeding, menerapkan pola hyginitas, memulai MPASI dari usia 6 bulan dengan jumlah sedikit kemudian bertambah sesuai penambahan usia bayi, Pemilihan makanan untuk bayi usia 6-23 bulan yakni berasal dari sumber protein hewani, kacang-kacangan, biji-bijian buah dan sayur secukupnya, pemilihan susu untuk bayi usia 6-11 bulan: ASI, susu formula dan susu sapi.

Sedangkan untuk anak berusia 12-23 bulan: ASI, susu sapi. Jenis susu sapi yang ada di pasaran : susu pasteurisasi, susu evaporasi (tidak kental) yang dilarutkan, susu fermentasi dan yogurt.
Penting m menghindari memberikan anak susu dengan perasa dan pemanis buatan, menghindari memberikan anak makanan tinggi gula, garam dan lemak trans, pemanis non gula, dan berikan batasan asupan jus buah 100% pada anak, meningkatkan konsistensi dan variasi makanan seiring dengan pertumbuhan bayi, meningkatkan frekuensi makan seiring pertumbuhan anak, memberikan makanan secara bervariasi, memberikan suplemen nutrisi atau produk makanan yang difortifikasi pada anak 6-23 bulan sesuai kebutuhan dan tetap memberikan makan pada anak dalam kondisi sakit. *