(ki-ka) Arzetti Bilbina, Rektor Universitas Narotama, Dr. Arasy Alimudin, Prof Dr Moh Mahfud MD dan Ketua LLDIKTI Wilayah VII Jatim, Prof Dr Ir Soeprapto di sela acara  puncak Dies Natalis Universitas Narotama, Selasa (5/3). DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co –  Hukum di Indonesia terus mengalami dinamika, terus berubah dan terus bergerak. Hal itu diungkapkan pakar hukum Prof Dr Mohammad Mahfud MD di puncak Dies Natalis ke-38 Universitas Narotama Surabaya, Selasa (5/3).

Dikatakan Mahfud, Pada 1940-an, para pendiri negara ini melalui perdebatan menentukan apakah Indonesia ini akan dibuat negara demokrasi atau kerajaan. Perdebatannya cukup panjang sampai Soekarno mengharuskan negara ini harus berupa negara republik.

Ketua Mahkamah Konstitusi RI periode 2008-2013 itu mengatakan terbentuknya Indonesia sebagai negara republik atau negara demokrasi adalah hasil voting. Sehingga tidaklah menyesatkan jika saat ini pengambilan suara dengan voting digunakan untuk menentukan nasib bangsa.

“Namun saat ini hukum telah berubah seiring perbedaan politik. Politik Indonssia saat ini bukan lagi demokrasi melainkan oligarki, di mana partai politik dikuasai pemimpin dan bukan dipilih oleh rakyat,” ungkapnya.

Mahfud juga mengatakan turut bangga atas banyaknya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang semakin maju, salah satunya Universitas Narotama. “Sekarang lulusan PTS tidak bisa lagi dianggap remeh. Akses lulusan untuk maju juga sama dengan lulusan PTN,” katanya.

Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jawa Timur, Prof. Dr. Ir. Soeprapto, DEA juga mengatakan hal sama. Perguruan tinggi swasta (PTS) termasuk Universitas Narotama semakin berkembang. Cara belajarnya sudah mengikuti revolusi industri 4.0 sehingga sangat relevan dengan kehidupan masa kini.

“UNNAR yang baru berusia 38 tahun ini sudah bisa mengalahkan PTS yang usianya di atas 50 tahun. Rankingnya pun naik dengan cepat karena pergerakannya yang eksponensial,” tuturnya.

Rektor Universitas Narotama, Dr. Arasy Alimudin, M.M menyampaikan selama 38 tahun Universitas Narotama berdiri diiringi naik turun karena berbagai situasi. Namun UNNAR tidak pernah turun dalam hal pengembangan dan menjalankan pendidikan cinta tanah air.

“Salam dari semua agama selalu kami sampaikan saat membuka dan menutup sambutan. Hal itu mencerminkan kampus nasionalis yang tidak memberi tempat untuk siapapun menjadi ekstrimis,” ucapnya.

Arasy berharap lulusan UNNAR terus mencintai negeri dan berbakti pada tanah air dengan karya sesuai bidang dan disiplin ilmunya. Ia juga mengatakan UNNAR memiliki kepedulian besar terhadap dunia pendidikan yang berdampak pada masyarakat luas.

“Misalnya saja kami juga peduli dengan anak-anak Yaman yang terkatung-katung pendidikannya dan memberikan beasiswa untuk mereka di Universitas Narotama,” ujar Arasy. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry