SURABAYA | duta.co – Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) memang membutuhkan penanganan yang sangat ekstra. Di rumah sakit, bayi ini akan memerlukan ruangan yang hangat dan perawatan ektra ketat.

Biasanya jika di rumah sakit bayi akan dibedong atau dibungkus dengan plastik dan diletakkan di inkubator. Sehingga lambat laun berat badan bayi akan meningkat. Selain diberikan cukup asupan gizi dan ASI dari ibunya.

Tapi, membungkus bayi prematur yang lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kilogram ini membuat empat mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menjadi miris.

Sehingga Wahyu Erisa Fitri, Mahasiswi Prodi Kebidanan, Nurul Afifatul Azizah (Kebidanan), Elok Reskina Arvy (Kebidanan), dan Riza Ayu Tohari Putri (Keperawatan) berpikir untuk membuat sesuatu yang lebih ‘manusiawi’.

“Kayaknya kalau pakai plastik gimana gitu. Kasihan bayinya. Kami tidak tega melihatnya. Walau itu sudah menjadi prosedur di rumah sakit,” ujar Wahyu mewakili teman-temannya.

Dari sana, sebuah ide muncul. Sebuah produk bedong pun dibuat. Buat bedong biasa. Melainkan bedong ini bisa menghangatkan dan bisa menjadi pengganti plastik untuk membungkus tubuh bayi yang memiliki berat badan lahir rendah.

Inovasi ini sangat kreatif. Sehingga proposal mereka langsung mendapatkan hibah dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) untuk program Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI).

Bedong Bedman begitu keempat mahasiswa ini menyebut inovasi mereka. Sungguh, produk ini mengundang decak kagum terutama dari para undangan yang hadir dalam puncak Lustrum I di kegiatan Pameran Produk Inovasi Karya Mahasiswa Unusa, Sabtu (7/7) di kampus B Tower Unusa.

Diungkapkan Wahyu Erisa Fitri, usahanya mereka dirikan sejak September 2017. Ide awalnya sebenarnya muncul pada saat mereka melakukan praktik kerja lapangan di daerah Kenjeran yang mayoritas masyarakat di sana menengah ke bawah.
Pada saat mereka sedang melakukan kegiatan imunisasi dan Posyandu di mana kondisi saat itu sedang hujan.

Banyak ibu yang tidak bisa datang untuk melakukan imunisasi maupun kegiatan Posyandu pada bayinya, dengan alasan hujan dan takut bayinya kehujanan.

“ Aktivitas para ibu pun terhambat bahkan sampai tidak datang untuk melakukan imunisasi dan Posyandu, sehingga jadwal imunisasi pun terlambat,” katanya.

Dari pengalaman dan kejadian itulah, kata Wahyu menambahkan, mereka kemudian membuat sebuah inovasi Bedman (Bedong Mantel Anti Hujan) berguna untuk melindungi bayi dari hujan dan bermanfaat untuk mempertahankan suhu tubuh pada bayi dengan berat badan lahir rendah).

”Gagasan usaha Bedman ini berawal dari meningkatnya keluhan para ibu yang kondisi bayinya sering kedinginan saat hujan turun. Ini terutama terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah yang memiliki resiko hipotermi atau suhu tubuh lebih rendah dari batas normal,” kata mahasiswi penerima Bidikmisi ini.

Terinspirasi kejadian itulah Wahyu dan kawan-kawannya kemudian membuat produk Bedman yang mudah diaplikasikan para ibu untuk melindungi bayinya dari hujan dan kedinginan.

Produk Bedman bisa menjadi produk unggulan, cocok digunakan para ibu yang mempunyai bayi, saat beraktivitas di luar ruangan pada saat hujan, maupun bisa digunakan untuk bayi dengan berat lahir rendah, guna mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermi.

“Tapi ini bisa juga dipergunakan untuk bayi yang memiliki berat badan lahir rendah,” tandasnya.

Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng. mengapresiasi inovasi dan karya terbaru 4 (empat) mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Unusa yang telah membuat Bedman (Bedong Mantel Anti Hujan).

Inovasi ini diharapkan bisa menular kepada para mahasiswa lainnya, karena persaingan akan bisa dihadapi jika mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjadi sosok inovatif dan kreatif.

“Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang akan menggantikan pemimpin-pemimpin di negeri ini kelak sehingga mahasiswa harus mampu melahirkan inovasi sekaligus menjawab tantangan pembangunan dan mewujudkan generasi emas,” ungkapnya.

  1. Untuk menjadi generasi emas, mahasiswa harus memiliki karakter pejuang dan tidak mudah menyerah karena masa kuliah merupakan saat terbaik untuk mengisinya dengan kegiatan pendidikan dan keterampila0n.

“Era globalisasi tidak bisa dihindari namun harus dihadapi dengan berbagai persiapan kemampuan dan keahlian. Mahasiswa harus menemukan cara di luar hal yang biasa atau Thinking out of the box,” pungkasnya. end/ril

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry