Cita Kartika dengan piala di tangan. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co – Mendalami olahraga beladiri Kempo sudah dilakukan Cita Kartika Putri Wahyudi sejak usia dini.

Tepatnya sejak usia  tujuh tahun. Awalnya, pamannya yang adalah seorang pelatih Kempo mengajak kakaknya untuk bergabung. Namun ternyata malah Cita yang tertarik untuk menggeluti olahraga Kempo.

Setelah berlatih selama dua tahun, Cita mulai mengikuti kejuaraan pertamanya yaitu kejuaraan antar Dojo (klub) se Jawa Timur tahun 2009 di usia 9 tahun.

Saat itu pula, mahasiswi fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama itu meraih medali pertamanya.

“Saat itu saya mendapat peringkat 3 Embu berpasangan campuran tingkat Kyu 3 pemula. Di umur 9 tahun itu juga saya masuk Puslatcab dan mengikuti Kejuaraan Provinsi untuk pertama kali,” cerita mahasiswi Program Studi Akuntansi itu.

Dari kejuaraan pertamanya hingga Kejuaraan Provinsi di Tuban yang baru saja ia lalui, Cita sudah mengoleksi total 42 medali. Medali emas dan perak mendominasi dari semua medali yang ia dapatkan.

“Jumlahnya agak lupa tapi memang lebih banyak emas dan perak. Baru saja di Kejurprov dapat 3 emas di kategori Randori kelas 55 kg, pasangan putri tingkat dewasa Kyu 1, dan beregu campuran dewasa,” kata gadis kelahiran 2 Mei 2000 itu.

Di usianya yang masih 19 tahun, tentunya prestasi Cita terhitung luar biasa. Cita pun mengaku mendalami olahraga Kempo membuatnya belajar banyak. Antara lain tentang kedisiplinan, kekuatan mental, dan keberanian.

 “Pelatih yang sangat sabar membuat saya tidak gampang putus asa. Mereka selalu memotivasi agar saya menaklukkan rasa takut saya terhadap musuh dan tidak gampang menyerah meskipun saat pertandingan tidak jarang mengalami bengkak atau memar,” katanya.

Tidak jarang pula Cita harus mengalami serangan yang cukup keras. Paling parah, punggung Cita pernah tertendang oleh lawan.

Untungnya, Cita tidak sampai harus dilarikan ke rumah sakit. “Memang itu tantangannya. Apalagi kan saya mengambil pertandingan Randori yang memang benar-benar bertarung. Risikonya harus rela cedera. Memang sakit, tapi kalau bengkak dan memar saja sudah putus asa, ya tidak akan maju-maju,” ujarnya.

Meski sudah menjalani banyak kejuaraan, Cita mengakui sampai sekarang pun ia masih sering gugup setiap kali akan bertanding. Tapi ia merasa sangat beruntung memiliki orangtua, pelatih, dan teman-teman yang selalu mendukungnya.

“Pernah suatu kali saya harus menghadapi musuh yang sudah sangat berpengalaman di kejuaraan nasional. Tapi saat itu saya tidak tahu tentang dia. Teman-teman juga tidak memberitahu saya agar saya tidak semakin gugup. Mereka baru memberitahu saya setelah pertandingan selesai,” ungkap lulusan SMAN 17 Surabaya itu.

Mahasiswi semester 2 itu berusaha untuk tetap bisa membagi waktunya dengan baik antara Kempo dan kuliah, karena Cita tahu studi lanjut juga sangatlah penting untuk masa depannya.

“Sejauh ini untungnya dua-duanya masih bisa berjalan bersamaan dengan lancar. Kampus juga sangat mendukung saat saya harus menjalani kejuaraan di luar kota. Fokusnya saat ini tetap berprestasi di Kempo dengan tidak melalaikan kuliah karena itu sangat penting,” katanya.

Pada para atlet Kempo yang baru memulai, Cita berpesan agar tidak mudah menyerah.

“Jangan gampang putus asa karena kalah itu biasa. Kita kan bertanding, jadi tentu ada yang menang dan kalah. Jadikan kekalahan itu sebagai pelajaran dan motivasi kalian untuk jadi yang lebih baik. Cedera dan luka juga sudah biasa, jangan dijadikan alasan dan penghambat,” pesannya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry