SURABAYA | duta.co  – Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Calon Guru unjuk karya dalam Proyek Kepemimpinan di Kampus C, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Selasa (13/5/2025).

Ini adalah proyek tahunan yang wajib diikuti mahasiswa PPG Calon Guru (prajabatan) untuk merealisasikan ide dalam sebuah karya nyata sesuai dengan tema yang ditentukan.

Ada 16 kelompok dengan produk atau karya yang berbeda. Dari 16 kelompok itu, 12 kelompok dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan 4 kelompok dari Pendidikan Bahasa Inggris. Mereka pun selain memamerkan produknya juga harus mempresentasikannya di depan dosen dan juri.

Misalnya Kelompok 1 yang membuat proyek bernama Splash. Kelompok 2 dengan proyek Banovit, pupuk organik cair. Dan banyak proyek lain dengan karya unik.

Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie mengatakan ada dua hal yang penting dari gelar karya ini yakni produk dan proses. “Produk penting karena dilihat. Namun proses yang jauh lebih penting. Bagaimana tim bisa menghasilkan produk tersebut. Saat proses itu banyak hal yang bisa dipelajari, terkait pembentukan karakter misalkan kedisiplinan, pengembangan sifat kejujuran, kerjasama tim, kemampuan berkomunikasi dan banyak lagi lainnya,” jelasnya.

Dikatakan Prof Jazidie, bagi Unusa proyek gelar karya ini sangat strategis. Karena hasilnya bukan hanya Unusa bisa terus dipercaya untuk menjadi tempat penyelenggara program PPG, namun juga memberikan dampak besar bagi banyak hal.

Sehingga para dosen PPG harus bisa all out dalam membimbing mahasiswanya sehingga bisa mewujudkan produk dalam gelar karya ini. “Bukan sekadar menggugurkan kewajiban tapi harus mengawal dengan baik. Sehingga out put-nya bisa menghasilkan lulusan guru yang berkualitas,” tandasnya.

Di proyek ini kata Prof Jazidie, mahasiswa belajar juga menjadi pemimpin dan belajar menjadi pengikut yang diselaraskan untuk menghasilkan produk yang baik.

Splash, Sendok jadi Hiasan

Kelompok 1 membuat produk bernama Splash. Produk ini merupakan kerajinan dari sendok makan plastik. Sembilan orang mahasiswa PPG itu membuatnya menjadi hiasan dinding hingga hiasan meja.

Achmad Nafal, Ketua Kelompok 1 mengaku pembuatan kerajinan itu berawal dari banyaknya sampah sendok plastik di Royal Plasa. “Dari sana terinspirasi mengolahnya dengan membuat hiasan,” katanya.

Namun sebagai calon guru, Bafal dan kawan-kawan bukan hanya melihat produk jadinya tapi pada proses pembuatannya. Di mana nantinya murid akan belajar tentang bagaimana menggunakan gunting, lem tembak dan sebagainya. “Sehingga murid punya sensor motorik yang bagus. Selain itu akan melatih murid untuk peduli sampah terutama sampah plastik,” tuturnya. ril/lis

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry