Anggota Komisi VIII DPR RI, Evi Zainal Abdin saat menjadi pembicara dalam seminar nasional di sebuah hotel, Kota Pasuruan, Jumat (9/11/2018) siang. (DUTA.CO/Abdul Aziz)

PASURUAN | duta.co – Maraknya insiden mabuk rebusan pembalut di sejumlah daerah menjadi perhatian serius anggota Komisi VIII DPR RI, Evi Zainal Abidin, saat menjadi pembicara Seminar Nasional bertajuk “Literasi Media Digital untuk Orang Tua pada Era Milenial”, di Darorssalam Syariah hotel, Kota Pasuruan, Jumat (9/11/2018).

Menurut Evi, peristiwa yang menjadi perbincangan masyarakat ini tak terlepas dari kurangnya pengawasan dari orang tua pada anaknya. “Pengawasan orang tua penting dalam pergaulan anak. Sehingga anak bisa diarahkan untuk tidak terpengaruh hal-hal yang negatif. Karena anak adalah aset bangsa,” terangnya, seusai acara Seminar.

Dikatakannya peran orang tua penting di lingkungan rumah. Anak bisa diawasi dan agar tak terjerumus hal negatif. “Narkoba yang kita kenal dewasa ini, tidak berbentuk seperti yang dulu. Macam-macam. Kita dikagetkan mabuk lem, menghirup obat nyamuk, sekarang mabuk rebusan pembalut,” ujar Evi.

Peristiwa ini dinilai ada kegagapan teknologi terkait literasi media digital, hingga penggunaannya menjadi liar dan tidak terarah di tengah masyarakat. Selanjutnya, keberadaan dan pendampingan orang tua dianggap mutlak soal penggunaan media digital oleh anak maupun para muda.”Seperti pakai internet,” beber dia.

Menurutnya, orang tua memiliki kewajiban agar anak-anaknya tidak terjebak pada persoalan narkoba, pornografi maupun masalah sosial lain.

Ia menengarai, apa yang terjadi bisa jadi lebih banyak bersumber dari dunia maya, sehingga mereka banyak yang meniru dan penasaran hingga mencoba-coba untuk dipraktikkannya.

Mereka mengadopsi setelah leluasa mengakses informasi konsumsi rebusan pembalut dapat digunakan untuk memperoleh sensasi mirip mabuk narkoba.“Ini yang harus menyadarkan kita semua, untuk sama-sama berbenah untuk mengubah perilaku dari negatif ke arah positif. Ini harus jadi keprihatinan bersama,” tukasnya.

Sementara, Lies Rosdianty, Asisten Deputi Perlindungan Hak Sipil Informasi dan Partisipasi Anak pada Kementerian PPPA menambahkan, orang tua juga harus memahami sumber informasi, yang bisa dibilang layak terhadap anak, karena saat ini banyak orang tua yang kerap mengabaikannya. “Karena peran orang tua sangat penting,” urainya.

Sementara informasi yang tersedia bagi anak belum terintegrasi dalam satu tempat, lebih-lebih masalah keamanan anak ketika mencari informasi. Selain masih kurangnya pengawasan terhadap isi informasi bagi anak, bahan-bahan atau materi dikaitkan peningkatan pengetahuan anak juga dinilai masih sangat kurang. (dul)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry