Keterangan foto gelora.co

JAKARTA | duta.co – Ini salahnya yang waras atau gimana. Sampai-sampai orang pasien sakit jiwa pun harus ikutan nyoblos. Di Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM), Bogor, Jawa Barat misalnya, dalam Pemilu 2019 yang berlangsung Rabu (17/4/2019) hanya dihadiri tujuh pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Mereka dikumpukan di ruang Instalasi Rehabilitasi Psikososial RSMM. Kemudian datang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dari TPS Kelurahan Menteng Kecamatan Bogor Barat, tentu, tidak sakit jiwa.

Sebelum menggunakan hak pilih, pasien diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh petugas. Salah seorang pasien yang sangat antusias tak malu untuk bertanya cara mencoblos.

“Nusuknya di jidat ya pak?,” tanya seorang pasien yang duduk berjajar bersama pasien lainnya yang tengah serius memperhatikan pengarahan.

Petugas pun  kaget bukan kepalang. Karena sakit jiwa, masak mau disalahkan. Petugas pun mengiyakan. Seraya menimpal bahwa mencoblosnya dengan paku, bukan dengan sandal.

“Iya, jangan lupa nusuknya pakai paku ya, bukan pakai sandal,” kata petugas yang memberikan arahan di depan para pasien.

Apa yang terjadi? Tak lama berselang, salah seorang pasien memilih untuk meninggalkan lokasi TPS tanpa pamit. Entah kenapa dia memilih untuk tidak mencoblos.

Petugas pun memaklumi dan perawat membawanya kembali ke ruang perawatan. Dengan begitu, tercatat hanya enam pasien saja yang menyalurkan hak pilihnya.

“Saat pasien menolak untuk mencoblos kita tak bisa memaksa, karena itu hak nya dia,” ujar Kasubag Hukormas pada RSMM, Prahardian Priatama kepada Radar Bogor.

Usai menutup pengarahan, salah seorang pasien yang mengenakan sarung meminta petugas untuk mendahulukannya mencoblos. Alasannya dia datang dari jauh dan lelah.

“Pak, saya duluan ya soalnya datang jauh dari Jakarta ingin istirahat,” katanya kepada petugas.

Petugas yang mendengar hal itu pun tersenyum sambil meminta pasien lainnya untuk memberikan izin.

“Gimana teman-teman, boleh ya bapak ini duluan mencoblos karena datang dari Jakarta,” tanya petugas kepada pasien lainnya yang dijawab dengan anggukan kepala. Padahal, di antara mereka hanya beda ruangan.

Satu persatu mereka bergantian memasuki bilik suara. Mereka sangat senang bisa memberikan hak suaranya. Bahkan sambil meminta awak media memfotonya sambil menunjukkan jari yang telah dicelupkan ke dalam tinta sebagai tanda dia telah mencoblos. (pojoksatu/gelora.co)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry