SURABAYA | duta.co – Namanya Markus Firdaus, titelnya SPd, MPd. Ialah Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Gresik yang baru. Markus lahir di Sumenep 29 April 1976. Sejak kecil sudah belajar di Pondok Pesantren Annawari, Seratengah Bluto Sumenep, Madura.
Islam tulen? Ya! Suami Mutik Hidayat itu sekolah di MI (Madrasah Ibtidaiyah) Tarbiyatus Shibyan, kemudian MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan Madrasah Aliyah (MA) di Annawari, Seratengah Bluto Sumenep Madura. Kemudian masuk UNESA Surabaya, S2 jurusan Hukum di UTM Madura.
“Jumat (5/7/2019) kemarin saya dilantik Kepala Biro Kepegawaian Kemenag Pusat. Sebelumnya saya menjabat sebagai Kepala Biro Humas Kanwil Kemenag Jatim selama 2 tahun lebih,” beber Markus Firdaus, dikorfirmasi Senin (8/7/2019).
Lucunya, nama ‘Markus’ dijadikan bahan bully, dikaitkan dengan Pilpres 2019. Markus disebut sebagai Kepala Kemenag dari Kristen. Sudah begitu, dapat karangan bunga dari pendeta lagi.
Padahal, “Saya sejak MI kelas 3 sudah mondok di Pondok Pesantren Annawari Seratengah Bluto Sumenep Madura sampai tingkat Madrasah Aliyah (SMA), dan kemudian melanjutkan kuliah S1 di Universitas Negeri Surabaya (IKIP),” pungkas Markus sambil tersenyum geli.
Di laman facebook isunya digoreng lantaran ada karangan bunga, ucapan selamat dan sukses atas dilantiknya Bapak Markus SPd, MPd sebagai kepala kantor Kemenag Gresik dari Pdt. Hendry Hariyono, MTh dan Jemaat Gereja Kemah Tabernakel.
Dalam status akun FB Hastag 2019 ganti Presiden dikatakan bahwa lengkap sudah era jae ! Kakanwil Agama Gresik Dipegag Pendeta. Tak ayal, komentar netizen pun menimbulkan pro dan kontra karena mudah tersulut seolah-olah minoritas memimpin mayoritas.
Markus sendiri heran. “Iya betul, saya lagi viral di facebook, tapi saya tidak kenal. Cuma dia bilang pengurus FKUB (forum komunikasi umat beragama). Jadi saya tidak tahu dan tak kenal siapa yang mengirim karangan bunga ucapan itu,” ujar Markus Firdaus.
Kendati menjadi korban bully, Markus mengaku tidak mempersoalkan ramainya Medsos. Nama asli dirinya adalah Markus Firdaus, memang bukan Mahrus. Mungkin keinginan orang tua dulu adalah Mahrus tapi karena logat Madura sehingga menjadi Markus dan memang nama di ijazah sekolah seperti itu (Markus Firdaus,red)
“Orang yang mempertanyakan itu wajar karena dari sisi nama seperti itu. Tapi mudah-mudahan kalau sudah kenal akan memahami siapa saya, bagaimana komitmen saya dengan toleransi. Kita semua pati ingin aman dan nyaman,” dalihnya santai.
Ia juga mengucapkan banyak terima kasih kepada orang yang mengirim karangan bunga ucapan tersebut walaupun ia tidak kenal.
“Kita harus saling menghormati dan menghargai demi kemajemukan bangsa tercinta ini, makanya sepatutnya tetap menghormati semua umat beragama, suku dan keberagaman harus tetap kita jaga untuk ke Indonesiaan kita bersama,” harap pria asli Sumenep ini.
“Kita harapkan dengan adanya kepala kantor Kemenag Kabupaten Gresik yang saya pegang sementara ini, bisa membawa kebaikan. mohon untuk didukung semua pihak untuk kebaikan Depag dan kebaikan kita bersama terutama warga Gresik,” harap Markus Firdaus. (ud)