
SURABAYA | duta.co – Pesatnya perkembangan teknologi, harus diimbangi dengan kecepatan menguasainya. Bukan cuma manfaat, madlaratnya bisa ‘membunuh’ siapa saja yang gagal mengendalikannya. Lalu, bagaimana upaya menciptakan literasi digital di era teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ini?
“Setidaknya sejak 4 tahun silam, dunia tengah berjibaku menghadapi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Kita ingin membedahnya,” demikian disampaikan H Helmy M Noor, Ketua LTN (Lembaga Ta”lif Wan Nasyr) PWNU Jawa Timur kepada duta.co, Jumat (9/5/25).
Sabtu (10/5/25) dalam rangka Rakorwil (Rapat Koordinasi Wilayah), LTN PWNU Jatim, ia mengundang Ketua LTN PBNU, KH Ishaq Zubaidi Raqib, Kepala Dinas Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Jawa Timur, Sherlita Ratna Dewi Agustin, SSI, MIP dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur, Ir Tiat S Suwardi, MSi untuk membedah plus minus AI. “Acara ini dimoderatori Dr HM Ghofirin, Bendahara LTN Jatim,” tegasnya.
Daikui, bahwa, teknologi AI sangat membantu, tetapi, sekaligus bisa membunuh kita. Belakangan, masyarakat semakin sulit membedakan mana produk palsu dan mana yang orisinil. Teknologi AI dengan cepat mengubah cara berinteraksi dengan teknologi dan dunia sekitar. AI mengacu pada kemampuan mesin untuk melakukan tugas yang membutuhkan pemahaman manusia, seperti pengolahan bahasa alami, pengenalan gambar dll.
Di samping itu, penggunaan AI menimbulkan berbagai isu etika dan privasi yang kompleks. Di Indonesia, kesadaran tentang isu-isu ini masih relatif rendah, regulasi yang ada pun belum cukup kuat untuk melindungi privasi individu dan mencegah penyalahgunaan teknologi tersebut. “Oleh karenanya, diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan mengembangkan regulasi yang komprehensif,” tambahnya.
Bicara soal manfaat, kekuatan teknologi AI tak bisa disembunyikan. Bahkan disebut mampu menghasilkan efisiensi tinggi. AI dapat melakukan tugas yang memakan waktu dengan cepat dan akurat, meningkatkan efisiensi dalam berbagai industri seperti manufaktur dan logistik. Itulah sebabnya, banyak perusahaan mempercayakan tugas-tugas rumit kepada teknologi ini.
AI juga bisa mengenali pola yang sulit dipahami manusia, seperti pola dalam data medis atau keuangan. Bahkan AI dapat membantu dalam diagnosis penyakit dan pengembangan obat melalui analisis data medis yang kompleks. Dengan demikian, otomatisasi AI dapat menggantikan pekerjaan manusia dalam beberapa sector.
Ini menyebabkan kekhawatiran tentang pengangguran, ujungnya dapat membuat manusia kehilangan kemampuan untuk melakukan tugas sederhana secara mandiri. Di sisi lain, AI juga dapat membuat kesalahan yang tidak terduga, terutama dalam situasi yang tidak ada dalam data pelatihan.
Untuk membongkar lebih dalam, apa saja manfaat AI dan apa madlaratnya, ikuti seminar dan diskusi pentingnya literasi digital dan artificial intelligence (AI) yang digelar LTN PWNU Jatim. (mky)