
GRESIK | duta.co – Desa Doudo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, menunjukkan komitmennya dalam membangun masa depan berkelanjutan. Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat yang digagas oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya, desa ini kini mengembangkan sistem pertanian terapung di Telaga Rena sebagai solusi atas keterbatasan lahan dan tantangan ketahanan pangan.
Kegiatan dipimpin Tatak Setiadi selaku Ketua Pelaksana, dengan dukungan penuh dari Prof. Dr. H. Muhammad Turhan Yani, M.A., Kepala LPPM. Dalam pernyataannya, Kepala LPPM Unesa menegaskan bahwa inovasi pertanian terapung merupakan langkah strategis yang sejalan dengan visi LPPM untuk mendorong ketahanan pangan berbasis lokal dan ramah lingkungan.
“Kami percaya bahwa telaga bukan hanya sumber air, tetapi juga ruang hidup yang bisa dimanfaatkan secara produktif. Inisiatif ini adalah bentuk nyata dari kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dalam menjawab tantangan pangan secara berkelanjutan,” ujar Kepala LPPM.
Telaga Rena, yang dahulu menjadi tumpuan warga dalam memenuhi kebutuhan air bersih, kini bertransformasi menjadi pusat inovasi agrikultur. Sistem pertanian terapung yang dikembangkan menggunakan media tanam seperti cocopeat dan sekam padi, serta memanfaatkan struktur apung berbahan ramah lingkungan. Tanaman seperti kangkung, bayam, dan selada telah diuji coba sebagai komoditas awal.
Sutomo, Kepala Desa Doudo, menyambut baik program ini dan menyadari bahwa proses menuju keberhasilan tidak selalu berjalan mulus. Ia menekankan pentingnya kesabaran dan adaptasi dalam menghadapi tantangan teknis di lapangan.
“Kami sadar bahwa setiap inovasi memerlukan proses. Akan ada trial and error, dan mungkin beberapa kali percobaan sebelum sistem ini benar-benar optimal. Tapi semangat warga dan dukungan dari berbagai pihak membuat kami yakin bahwa pertanian terapung ini akan membawa manfaat besar,” ungkap Sutomo.
Setelah pemasangan sistem aquaponik selesai pada 5 Juni 2025, tim pelaksana melakukan tindak lanjut berupa pelatihan teknis, pemantauan kualitas tanaman dan ikan, serta penyusunan panduan praktis. Program ini juga diarahkan untuk membuka peluang ekonomi baru melalui pemasaran hasil panen ke pasar lokal dan UMKM.
Ke depan, model ini diharapkan dapat direplikasi ke telaga lain dan diintegrasikan dengan konsep eduwisata, menjadikan Doudo sebagai pionir desa wisata edukatif berbasis pertanian terapung. Dengan melibatkan karang taruna dan kelompok perempuan, proyek ini tidak hanya menjawab tantangan pangan, tetapi juga memperkuat pemberdayaan masyarakat. ekp